Mama terlihat begitu senang saat Icha mau mengikuti ajakannya.
"pah..."panggilan mama mengarah ke papa yang ketika itu sedang berbincang dengan kyai.
papa pun menoleh ke belakang, dan menghentikan perbincangannya dengan sopan kepada kyai. lalu datang menghampiri mama dan Icha.
"Icha anak papa" sambut papa sambil mencium kening Icha.
"Icha hanya diam.
"Icha mau kan pergi sebentar sama mama dan papa" pertanyaan papa mengarah padanya.
"mau kok pa" jawab mama.
"kok mama sih yang jawab, kan papa tanya ke Icha."
iya, Mama sebagai perwakilan, lagian Icha juga mau kok, kan sayang."
Icha menyahutinnya dengan anggukan kepala.
"ya udah kalau gitu, papa mau minta izin sama kyai dulu ya, kalian tunggu saja di mobil" kata papa.
" ya sudah, ayo sayang kita masuk mobil "ajak mama.
Icha pun mengikuti ajakan mamanya.
"ummah, kami permisi sebentar ya."
"iya, silakan, hati-hati ya Bu, Icha."
"ya ummah."
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
Icha, mama dan papa masuk ke dalam mobil bersamaan setelah mereka berpamitan pada ummah dan Abuya.
mobil pun perlahan mulai melaju, lalu berjalan hingga keluar dari pekarangan pesantren.
"kita ke resto seperti biasa ya Pak." kata Mama kepada papa.
papa menyehudinya dengan menganggukkan kepalanya.
"gimana belajar kamu di pesantren sayang."
"baik ma."
"kamu udah betah ya tinggal di sana."
"udah.
"oh ya, mama dengar dari ummah katanya prestasi kamu semakin meningkat ya sayang. sampai kamu mau mendapat beasiswa ke luar negeri.
"Alhamdulillah, iya mah."
"Alhamdulillah, mama senang banget mendengarnya. tapi, perkataan Mama terhenti.
"tapi apa mah."
"nanti aja ya sayang, kita omongin di restoran, nggak enak kan kalau kita ngobrolnya di jalan" ucap mama.
Icha terdiam sambil memikirkan perkataan mamanya tadi padanya.
"apa maksud Mama ngomong seperti itu ya, pasti ada yang mereka sembunyikan dari Icha" kata Icha pada dirinya.
setibanya di sana...
mobil mereka berhenti di salah satu restoran mewah yang ada di kota solo.
"meja nomor 19 VIP ya Bu yang ada di sebelah sana "kata salah satu pelayan resto.
"oh iya terima kasih ya Mbak."
"sama-sama Bu."
"ayo sayang."
Icha mengikuti langkah kedua orang tuanya menuju meja nomor 19 VIP yang sudah mereka pesan duluan sebelumnya.
"silakan Pak, Bu mau pesan apa."
salah satu pelayan yang datang menghampiri mereka membawakan menu yang ada di restoran itu.
"kamu mau pesan apa sayang."
"apa aja ma, terserah mama."
"kok terserah mama sih, yang mau makan kan kamu bukan mama."
" ya udah Icha pesan nasi goreng aja. "
"nah gitu dong sayang."
"Bapak pesan apa pa?"
"sama aja seperti Icha."
"nasi goreng spesial 3 ya Mbak" kata Mama pada pelayan itu.
"nasi goreng spesial 3 minumannya Bu."
"seperti biasa aja Mbak."
pelayan itu menganggukkan kepalanya.
"oke bu, pesanan akan segera kami antar"kata pelayan itu yang beranjak akan pergi.
hening ...
Icha hanya memandang di sekelilingnya yang penuh dengan banyak orang di sana dengan wajahnya yang kurang bahagia. kedua orang tuanya sama-sama sibuk dengan ponsel mereka, hingga seorang pelayan resto datang dan membawakan pesanan untuk mereka.
"permisi."
"maaf Pak, Bu ini pesanannya."
kata pelayan itu sambil meletakkan pesanannya di atas meja mereka.
"oh iya, terima kasih ya Mbak."
"sama-sama Bu" sahut pelayan yang beranjak pergi.
"Mama tadi mau ngomong apa ma sama Icha?" tanya Icha disela makan mereka.
Mama menghentikan suapan makannya dan sejenak memandang wajah papa yang ada di sebelah kanannya.
"nanti aja ya sayang kita bicarakan setelah selesai makan."
"sekarang aja mah, lagian Icha juga udah selesai makan kok."
"Mama terdiam dan mulai mengatur nafasnya.
"ya udah Mama jelasin sekarang sama kamu ya."
"sebenarnya, rencana mama sama papa adalah kami ingin mengembangkan bisnis yang ada di Jerman" lalu bagaimana dengan Annisa finance"keduanya terdiam dan saling menatap pandangan.
"sebenarnya Annisa finance tidak akan bertahan lama lagi. makanya papa ingin mengembangkan perusahaannya yang ada di Jerman, sebelum Annisa finance koleps, sebelum kita kehilangan semuanya.
jelas Mama dengan panjang lebar.
"kamu mau kan ikut mama sama papa pindah ke Jerman."
"nggak" jawab Icha langsung.
"kenapa sayang?"
"Icha nggak mau mah, pa."
"tapi ini demi kebaikan dan masa depan kamu."
Icha terdiam dan menghela nafasnya.
"mama sama papa selalu bilang ini demi masa depan Icha, masa depan Icha, masa depan Icha yang mana ma? Mama sama papa mau melihat masa depan Icha yang hancur karena ulah kalian sendiri."
"maksud kamu apa sayang."
"mama sama papa selalu mementingkan pekerjaan kalian, Mama sama papa tuh nggak pernah bisa mengerti perasaan Icha sedikitpun. sedikitpun ma, kalian selalu saja menghancurkan impian Icha dari dulu mah, pah dari Icha masih sekolah kalian selalu mau permintaan kalian itu Icha penuhi, mama sama papa selalu mengatur hidup Icha tanpa kalian pikirkan perasaan Icha, kalian hanya mengikuti ego kalian sendiri."
"Icha" ucapan dengan pandangan yang serius.
"cukup pa ma Icha bukan anak kecil lagi, Icha udah besar, Icha sudah punya prinsip Icha sendiri yang tidak pernah Icha dapatkan dari kalian orang tua Icha. Icha punya mimpi yang harus Ica wujudkan. untuk kali ini Icha nggak bisa ikuti kemauan kalian lagi. Icha akan tetap tinggal di sini."
baru kali ini Icha angkat bicara di depan orang tuanya sesuai dengan apa yang ia rasakan, dengan perlahan air matanya mulai mengalir dan membasahi pipi mulusnya.
"Icha, Icha kamu mau ke mana."
cegah Mama yang akan mengejar dirinya.
"Icha jangan pergi, Icha kamu mau ke mana?"
"Icha mau balik ke pesantren mah."
"Icha kamu jangan pergi sendiri, biar mama yang antar ya sayang."
"nggak usah ma, Mama nggak usah peduli lagi sama Icha, Mama urusin aja perusahaan Mama yang mau kolaps itu.
kan itu lebih penting untuk mama daripada Icha. "
"Icha, kamu nggak boleh ngomong seperti itu, Mama nggak akan biarkan kamu pergi sendiri. Mama yang akan antar kamu "cegah Mama sambil memegang erat tangan Icha.
"pa,ayo pa."
Icha tak bisa melepaskan tangannya dari pegangan mama. akhirnya ia pun mau pulang bersama dengan kedua orang tuanya walaupun hatinya sedikit terluka karena mereka.
"Mama itu sayang sekali sama kamu Icha, maafin mama sama papa kalau selama ini kami terlalu sibuk dengan pekerjaan tanpa memperdulikan kamu. padahal kamu adalah satu-satunya harta yang paling berharga dalam hidup kami.
ternyata selama ini kasih sayang mama sama papa itu salah pengertian, kami tentang hidup dengan materi itu juga salah. maafin mama sama papa ya sayang. "kata Mama sambil mengusap lembut kepala Icha.
air mata itu masih mengalir, Icha tidak begitu kuat membendungnya. pandangannya mengarah pada kaca jendela mobil tanpa sedikitpun memandang ke arah mamanya yang saat itu berada di sampingnya.
keheningan begitu terasa ketika mereka sama-sama tidak ada yang mau membuka pembicaraan.
sampainya di pesantren. mobil orang tua Icha telah tiba tepat di depan gerbang pesantren. Icha pun keluar dari mobil itu lalu diikuti oleh Mama dari belakang.
"kalau mama sama papa tetap mau pergi, silakan ma tapi, jangan pernah ajak Icha. biarkan Icha di sini fokus dengan belajar Icha juga impian dan cita-cita Icha yang harus dicapai dan Ica wujudkan.
terdiam dengan wajah ibanya yang memandang Icha. tangannya dengan lembut mengusap kepala Icha yang tertutup dengan jilbabnya.
"maafin Icha karena omongan Icha tadi yang terlalu menentang mama sama papa."
kata Mama dengan wajah ibanya.
"tapi papa akan tetap pergi" kata papa tiba-tiba keluar dari mobil.
"pa"cegah mama.
Icha mengangkat pandangannya dan menatap wajah papanya.
"terserah papa" ucapnya dengan wajah yang sedikit tersenyum.
"Icha masuk dulu mah."
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
Icha langsung berlalu pergi dari orang tuanya tanpa menyalami tangan papanya.
"papa ini kenapa sih Pak, kenapa papa terlalu keras kepala sekali.
papa diam dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa memberi tanggapan omongan mama sama sekali, mama hanya bisa menghembuskan nafasnya.
"Icha..."panggil seseorang yang berada di sebelahnya.
ternyata ada seseorang yang dari tadi tidak sengaja memperhatikan Icha dari luar sampai masuk ke dalam area pesantren.
Icha menghapus perlahan air matanya dan menahannya agar tidak lagi jatuh membasahi pipinya.
"Kak Zain."
"kamu kenapa ca?"
"Icha nggak kenapa-napa titik" jawabnya dengan wajah yang berusaha tersenyum.
"kamu abis nangis kan ca."
Icha diam sambil memalingkan wajahnya.
"Nggak kok Kak, Icha nggak nangis."
"maaf ya Kak, Icha duluan."
"assalamualaikum" ucapnya yang berlalu pergi.
"waalaikumsalam" jawab Zain dengan wajahnya yang menyimpan rasa penasaran.
"Icha kenapa ya nangis, bukannya kalau seorang anak yang dijenguk orang tuanya dia merasa bahagia tapi kenapa Icha menangis?"
"kenapa aku jadi kekhawatiran sama Icha."ucap Zain yang merasa bingung dengan dirinya.
"Zain" sapa Fahma yang menghampiri dirinya sambil menepuk bahu Zain.
karena pandangan Zain masih tertuju pada seseorang Fahma pun mengikuti arah pandangan itu.
" kamu lihatin siapa Zain ."
"aku nggak liatin siapa-siapa."
"ah masa sih, lah yang tak liat pandanganmu serius banget kok mengarah ke sana."
"lagi lihatin seseorang ya."
"nggak Fahma, udah ah ayo kita ke rumah Abuya dari tadi aku nungguin kamu "ucap Zain yang beranjak pergi duluan dari Fahma.
"ada yang aneh dari anak satu ini, aku jadi semakin curiga" kata Fahma yang melirik Zain dari belakang.
"Fahma...."panggil Zain yang sudah jalan duluan.
"iya iya sebentar" jawab Fahma sambil berjalan menyusul Zain...
***Bersambung***........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments