"Kaffa" panggil seseorang dari belakang.
merasa ada yang memanggilnya, Kafa menoleh ke belakang dan menghentikan langkahnya.
"eh....loe main cabut-cabut aja sih dari gue "
"ada apa lagi fi."
"gimana?"
"gimana apanya."
Kakak melanjutkan lagi langkahnya bersama dengan Rofi salah satu temannya.
"masak lu nggak peka sih sama pertanyaan gue . "
sindir Rofi sambil menaikkan kedua alisnya.
Kafa diam dan tersenyum.
"1 bulan lagi,mas bro."
"2 bulan lagi."
"oh..gue tau."
"udah tenang aja,Lo pasti gue undang kok."
"Raffi mengeluarkan suara tawanya.
"lo kok ketawa sih."
"fa, fa, Lo serius banget nanggapin pertanyaan gue, gue cuma ngetes lo doang." kata Rofi kembali dengan suara tertawanya.
"iya, tapi gue beneran serius Rofi." Rofi terdiam dan memandang wajah Kafa.
"Lo serius, lo beneran udah yakin mau nikah." kafa menganggukkan kepalanya.
"wah, lo kesambet apa FA?" tiba-tiba udah punya keputusan begini.
"gue nggak kesamber apa-apa aku mah tapi gue emang beneran mau nikah Rofi."
"lo udah istikharah."
"kalau gue belum istikharah nggak mungkin gue seyakin ini."
"Masya Allah, gue salut banget sama sahabat gue yang satu ini" kata Rofi yang menepuk bahu Kafa.
Kafa hanya menunjukkan senyumannya.
hening ..
keduanya sama-sama saling diam.
"jadi lo beneran udah menerima perjodohan itu fa?"tanya Rofi yang menghilangkan keheningan.
"udah."
"ikhlas fa?"
"ia ikhlas lah, kalau gue nggak ikhlas nggak mungkin gue seceria ini."
"terus Icha gimana?"
"dia udah bisa menerima semua? apa dia udah mengikhlaskan elo, dia nggak ngomong apa-apa gitu sama lo,sama oh ya lu ketemu sama Icha di mana?" semua pertanyaan dilontarkan Rofi padanya.
"ya ampun Vi, pertanyaan lo banyak banget, bingung gue mau jawab yang mana dulu."
Rossi kembali mengeluarkan suara tertawanya.
"ya lo jawab semua, kan itu pertanyaan gue udah gue rangkum semua."
keduanya terus berjalan hingga sampai di parkiran mobil.
"gue ketemu Icha di rumah Zain sepupu gue, gue juga nggak tahu kenapa dia ada di sana. yang jelas, sekarang gue udah tenang banget bisa ketemu dan ngomong langsung sama dia. iya, walaupun akhirnya tidak sesuai dengan apa yang gue inginkan.
"emangnya, apa yang lo inginkan dari Icha, lo mau balikan lagi sama dia?"
"kalau balikan itu nggak mungkin fi, karena Icha udah lupain perasaannya sama gue "ucapnya sambil tersenyum.
"gue pikir, Icha nggak akan bisa ikhlasin gue. ternyata, gue salah Icha,dengan begitu mudahnya mengikhlaskan semuanya. "
"Bagus deh kalau gitu, berarti artinya Icha udah bisa mengikhlaskan lo sama orang lain kan" kafa tersenyum.
"ya udah, lo mau pulang bareng gue nggak" ajak Kaffa yang akan memasuki mobilnya.
"bolehlah, gue juga lagi males pulang sendiri."
"ya udah ayo."
Rofi pun masuk ke dalam mobil Kafa bersama dengannya.
......................
"assalamualaikum" ucap Icha juga Dina sambil masuk ke dalam kamar mereka.
"waalaikumsalam" jawab mereka yang ada di dalam.
"kebetulan sekali semuanya lagi pada kumpul" ucap Dina.
"memangnya ada apa Kak Dina kok sepertinya ada sesuatu yang penting yang mau Kakak sampaikan" tanya Ika yang saat itu masih sibuk dengan kitabnya.
"aku ada kabar bagus untuk kalian semua."
"kabar apa Din" tanya Ana yang langsung menutup qurannya.
Dina memasang senyumannya.
"ada apa sih Dina, jangan buat orang penasaran deh" ucap Zizi yang terlihat sudah tidak sabar.
"iya iya."
"jadi begini, aku mau kasih tahu kalian semua kalau teman kita yang satu ini, akan mendapatkan biaya siswa ke Cordoba" beritahu Dina sambil memegang kedua bahu Icha yang ada di sampingnya.
"beasiswa?" ucap Ika.
"Cordoba?" timpal Ana.
"serius?" timpal zizi juga.
Dina menyahutinya dengan menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Masya Allah Icha" puji Zizi.
mereka semua yang tadinya masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ketika mendengar kabar itu, mereka pun langsung menghampiri Icha dan mendekat padanya dengan perasaan yang bangga.
"yang dibilang Kak Dina itu beneran kak?" tanya Ika.
"iya, Alhamdulillah, ini semua karena doa kalian dan motivasi kalian juga untuk Icha." mereka semua tersenyum bahagia.
"kalau orang tua kamu tahu, pasti mereka akan bangga sama kamu ya kan ca" ucap Zizi.
"iya Kak Icha, kami aja bangga dan senang dengarnya apalagi orang tua kakak "timpal Ika.
"semoga saja apa yang kalian katakan itu benar ya, aku juga berharap dengan hal yang sama" kata Icha sembari tersenyum.
"oh ya, kapan berangkatnya ca "tanya Ana.
"Icha juga belum tahu, karena ustadzah Nahwa belum memberitahu apapun."
"oh..."
perbincangan mereka di kamar mengenai beasiswa yang akan diterima Icha tidak sengaja terdengar oleh bunga dan Naura yang saat itu lewat di depan kamar mereka.
"Icha mau dapat beasiswa ke Cordoba, nggak mungkin, pasti ustadzah Nahwa salah nama."
"eh, kamu kok ngomong gitu sih bunga, tapi kan memang benar kalau Icha itu adalah santriwati paling berprestasi untuk saat ini, jadi wajarlah kalau dia akan mendapat beasiswa.
"ih... kamu kok malah belain Icha sih nau, seharusnya kamu itu belain aku "Naura hanya terdiam.
"aku nggak akan biarkan Icha mendapatkan beasiswa itu."
"kamu mau melakukan apalagi bunga."
"udah deh, kamu ikut aja, ntar juga kamu tahu" Naura menghembuskan nafasnya.
"Ica..."panggil seseorang dari depan kamar.
mendengar ada suara yang menyebut namaNya, Icha pun melihat ke arah pintu keluar begitu juga dengan yang lainnya.
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
"safinah, ada apa Fin."
"Icha, orang tua kamu datang, mereka sudah ada di depan bersama dengan ummah dan Abuya.
mendengar kabar itu, Icha langsung membulatkan matanya.
"apa! orang tua Icha datang, kamu serius Vin."
"iya ca, aku serius."
"panjang umur, baru aja diomongin, eh ternyata datang juga"ucap Ika.
"ke sana gih, temuin mereka ca"kata Zizi.
Icha masih diam di tempatnya.
"kok masih di sana sih cah, sana gih buruan temuin mereka, kasihan mereka udah nungguin kamu ca"timpal Dina.
"ya udah deh, aku ke sana dulu ya."
mereka semua mengangguk sembari tersenyum.
"ayo ca"ajak Safina.
Icha pun mengikuti ajakan Safina untuk menemui kedua orang tuanya yang sudah menunggu dirinya di depan.
"mama, papa."
Icha menyapa mereka ketika sudah ada di sana.
"Icha" Mama datang menghampiri dirinya dan langsung memeluk Icha.
"mama rindu sekali sama kamu ca"kata mama dalam pelukannya.
Icha hanya terdiam dalam pelukan Mama tanpa berkata apapun padanya.
"kamu baik-baik saja karena, kamu sehat kan sayang"tanya Mama yang melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Icha.
"Icha baik, baik aja kok mah."
"syukurlah sayang."
"Icha, mama sama papa kamu mau ngajak kamu keluar sebentar" ucap ummah yang menghampirinya.
"iya sayang, mama sama papa mau menghabiskan waktu seharian ini untuk kamu. kamu mau kan."
Icha terdiam sambil berpikir.
"mau ke mana ma?"
"ke mana aja, yang kamu mau."
"tapi..."
"Icha."
pandangan Icha tertuju pada ummah.
"ya udah deh, Icha mau."
sahutnya dengan sedikit senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments