sejak pertemuannya tadi dengan Icha, hingga sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Kafa tidak banyak bicara dengan siapapun termasuk pula ibunya.
dirinya banyak diam dan melamun, dalam lamunannya dia masih kepikiran dengan perkataan Icha padanya.
" aku nggak nyangka, dengan begitu cepat Ica melupakan aku, apakah aku tidak begitu penting dalam hidupnya "kata kaffah dalam lamunannya.
"wajah Icha itu seperti tidak asing di mata mama, mama seperti pernah mengenal dia sebelumnya, apakah Icha itu wanita yang pernah kamu bawa ke rumah sakit itu ya" kata Mama disalah perjalanan mereka.
"tanzi, tanzi."
"eh. iya mah."
"kamu kenapa sih, melamunin apa?"
"kamu itu lagi nyetir loh tanzi, fokus jangan melamun"
"iya ma." Mama terdiam sambil memperhatikan wajah anaknya itu.
"Mama perhatikan, dari tadi kamu diam saja, ada yang mengganjal di hati kamu. ada yang mengganggu pikiran kamu. "
"tanzi."
"iya ma!tanzi Nggak kenapa-napa kok."
"kamu nggak mau cerita sama mama."
"ya udah nggak papa."
"nggak ma, bukan begitu."
"aduh gimana ya caranya untuk jelasin ke Mama."
"emm.. tadi Mama ngomong apa ma, Mama seperti pernah mengenal Ica di rumah sakit "Mama menggangguk.
"iya, Mama penasaran, Icha itu sebenarnya siapa sih" tanzi mulai mengatur nafasnya.
"oke! tanzi akan jelasin semuanya ke Mama. "
"sebenarnya waktu itu tanzi mau bawa Icha ke mama, tanzi mau kenalin Icha sama mama, tapi karena kejadian di rumah sakit itu, semuanya batal mah, Icha pergi dan menghilang begitu saja sejak dia tahu kalau tanzi akan dijodohkan oleh orang lain."
"oh . jadi karena itu makanya kamu belum ada keputusan karena kamu masih ada perasaan dengan Icha. "
"iya ma."
Mama menghembuskan nafasnya.
"maafin mama ya sayang, mama nggak peka sama perasaan kamu, harusnya dari awal Mama tanya dulu sama kamu."
"nggak papa ma aku mah mungkin ini ketentuan Allah untuk tanzi, lagian tanzi juga sudah ada keputusan untuk perjodohan itu mah."
"keputusan kamu apa?"
"tanzi terima mah."
"kamu yakin?"
"insya Allah tanzi yakin ma. "
"bagaimana dengan perasaan kamu."
Mama tenang aja komatansi akan belajar untuk melupakan Icha. dan menerima masa depan tanzi yang sudah Allah takdirkan untuk bersama dengan sisi "ucapnya dengan senyuman.
Mama pun membalas senyuman tanzi dan mengusap lembut bahunya.
"aku akan ikuti perkataan kamu cah, aku akan coba tuk lupain kamu dan menerima masa depanku yang sudah Allah takdirkan bersama dengan Zizi bukan dengan kamu. bismillah ya Allah bantulah tanzi "kata tanzi pada dirinya.
hari kini telah menjelang pagi, semua Santri di pesantren Muhajirin Al Jannah melakukan aktivitas mereka seperti biasa.
mulai dari aktivitas infirodi, ataupun ijtima'i (bersama).
mereka semua begitu antusias, semangat belajar mereka begitu tinggi dalam belajar ilmu agama.
kelas tahfid dengan hafalan Quran mereka, kelas alim dengan kitab mereka hingga kelas formal dengan pengetahuan umum yang lengkap mengenai agama Islam juga perkembangannya.
semenjak kakinya kembali melangkahkan ke pesantren perubahan dalam diri Icha tampak begitu menonjol. ia terlihat begitu semangat dengan belajarnya.
apalagi dirinya yang berada di kelas formal, keinginantahuannya tentang perkembangan Islam semakin kuat.
sampai-sampai dirinya dijuluki sebagai santriwati paling pintar di kelas itu titik di samping itu, Icha juga belajar di kelas tahfidz bersama dengan ana. salah satu sahabatnya, Alquran adalah induknya semua ilmu untuk itulah sebelum dirinya memulai belajar. Icha selalu menyempatkan untuk membaca Alquran setiap kali selesai salat.
sedangkan di kelas tahfidz hafalan qurannya tidak terlalu menonjol, tidak seperti anak yang memang khusus fokus dengan hafalan qurannya.
siang itu, setelah selesai dengan kelas formalnya, Icha bersama dengan Dina berjalan menuju ruangan guru untuk memberikan kumpulan tugas-tugas yang sudah selesai kepada wali kelas mereka yaitu ustadzah Nahwa.
"hem .. udah kabur, tapi balik lagi, memang nggak punya malu ya "bunga bersama dengan Naura temannya tiba-tiba saja datang menghampiri mereka, yang saat itu kebetulan sama-sama berpapasan di koridor pesantren.
"udah gitu sok caper lagi di depan Kak Zain, is nggak punya malu" sambung Naura.
Icha hanya menghembuskan nafasnya dan menundukkan wajahnya.
"eh bunga, Naura, kalau ngomong itu dijaga ya, jangan asalnya nyeplos" kata Dina yang merasa tidak terima dengan perkataan bunga menyinggung Icha juga dirinya.
"loh, emang bener kan kami toh ngomongnya apa adanya" balas bunga lagi.
""bunga...
"udah Din, jangan dilawan lagi apa yang dikatakan mereka itu memang benar kok "cegah Ica kepada Dina.
"tuh kan sadar diri! bagus deh."
mata Dina menatap bunga dengan begitu serius.
"tapi ca, mereka itu sudah keterlaluan sama kamu, ngomong nggak bisa dikontrol, mulut mereka itu minta di sekolahin lagi. "
"udah Dina, kalau kamu ngomong seperti itu berarti sama saja seperti mereka. istighfar Dina "Icha yang coba menenangkan Dina yang sudah panas hatinya.
Dina menghela nafasnya dan beristighfar dengan suara yang pelan.
"bunga, Naura, makasih ya atas motivasinya, omongan kalian tadi, menyadarkan Icha agar tidak berbuat kesalahan yang sama. sekali lagi terima kasih ya "ucap Icha dengan wajah santainya yang diiringi dengan senyuman.
"Icha duluan ya, assalamualaikum" Icha berlalu pergi bersama dengan Dina yang berjalan di belakangnya.
"waalaikumsalam."
"huh dasar sok alim" balas bunga yang melirik ke arah Dina dan Icha.
"mereka itu nggak berubah-berubah ya dari dulu, entah kapan jadi orang baiknya."
"udah Din, jangan dibahas lagi ntar kita yang dapat dosanya. makanya banyakin doa untuk mereka, biar dapat hidayah dari Allah. "
Dina hanya menghela nafasnya.
mereka terus berjalan hingga sampai di depan ruang guru.
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
"masuk nak" ustadzah Nahwa mempersilahkan.
"maaf ustadzah agak lama, karena tadi sedikit ada masalah."
"oh ya nggak papa nak" Icha langsung meletakkan kumpulan tugas-tugas itu di atas meja dekat dengan ustadzah Nahwa.
" kami permisi ya ustadzah "ucap Dina.
"iya iya jazakumullah ya nak"
"Amin ustadzah"
dengan perlahan mereka berjalan menuju pintu keluar.
"eh .. tunggu sebentar."
Icha dan Dina berbalik badan menghadap ustadzah yang tadi mencegah mereka pergi.
"iya ustadzah ada apa? Dina bertanya.
"duduk dulu di sini, ada yang mau ustadzah omongin" perintah beliau.
mereka pun duduk di hadapan ustadzah Nahwa di kursi yang sudah tersedia.
"em... nama kamu Annisa assyadzi kan"tanya ustadzah Nahwa yang menunjuk pada Icha.
"iya ustadzah" jawab Icha dengan anggukannya.
"ustadzah lihat dalam waktu terakhir ini, prestasi kamu semakin meningkat nilai-nilai kamu baik dengan begitu cepat. di sini sudah terlihat kalau kamu adalah anak yang jenius dan berprestasi tinggi dan kalau nilai kamu terus-terusan meningkat seperti ini, beasiswa siap untuk menanti kamu Annisa "ustazah Nahwa memberi penjelasannya.
"beasiswa ustadzah."
kata Icha mengulangi perkataannya dengan wajah yang berseri.
Dina langsung memandang Icha dengan penuh bangga.
"iya Anisa" ucap ustadzah dengan senyuman.
"beasiswa ke cordoba ya ustazah" tanya Dina.
ustadzah Nahwa menganggukkan kepala dengan senyuman.
"Masya Allah ca" puji Dina.
"makanya ustadzah sampaikan dari sekarang, jadi Anisa bisa lebih bersemangat lagi dan ustadzah yakin kamu pasti bisa sampai di sana".
"Amin ustadzah" ucap Icha dan Dina yang mengaminkan perkataan ustazah Nahwa.
"sebenarnya, ada 6 kandidat yang akan kami berangkatkan ke sana dan penilaian ustadzah untuk saat ini kan tidak pertama itu adalah kamu. jadi ustadzah harap kamu bisa menjaga kepercayaan yang sudah kami berikan, jangan sampai nama kamu tercoret dari daftar" jelas ustadzah Nahwa lagi.
"insya Allah ustadzah, Icha akan memegang penuh kepercayaan yang sudah diberikan" sahut Icha.
"Alhamdulillah, semoga saja ya Icha."
ya sudah mungkin cuma ini saja yang mau ustadzah sampaikan, lebihnya nanti ustadzah akan bicarakan lain waktu. "
"iya ustadzah terima kasih banyak atas kabar baiknya."
"sama-sama."
"kalau gitu kami permisi keluar ya ustadzah."
"oh iya iya."
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam."
Icha dan Dina pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruangan guru.
"Alhamdulillah ya ca, aku senang dengar kabar dari ustadzah Nahwa tadi."
"iya Din, Icha juga senang titik Icha benar-benar enggak nyangka kalau nama Icha ada di salah satu kandidat itu."
"sekarang kamu yakin kanca, kalau rencana Allah itu indah pada saatnya."
"iya Din, semoga saja Allah memudahkan semuanya."
"amin."
"oh iya ca, dari 6 kandidat yang maksud ustadzah tadi, aku yakin kalau salah satunya itu ada nama Kak Zain."
"Kak Zain?"
"iya."
"sebenarnya sudah dari 1 tahun yang lalu kak Zain akan diberangkatkan untuk kuliah di Cordoba, tapi karena kejadian yang menimpa orang tuanya, jadi Kak Zain menghapuskan namanya sendiri dari daftar. mungkin di tahun ini Kak Zain akan berangkat, bareng sama kamu cah "sindir Dina sambil menyenggol bahu Icha.
"doain aja ya, semoga jadi dan nggak ada hambatan apapun."
"insya Allah pasti tak doain."
Icha tersenyum dengan begitu bahagianya, langkahnya untuk menggapai impian yang sudah lama ia dambakan titik tinggal sedikit lagi, Icha berharap semoga keinginannya yang satu ini sejalan dengan takdir yang telah Allah tentukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
abdan syakura
MaasyaAllah
Icha insyaallah akan pergi tuh ma Zain ke Cordoba.....amiin
2023-03-09
1