"ya Allah, waktuku di sini tidak lama lagi, sebentar lagi hari itu tiba, hanya dengan hitungan jari saja "zizi terlihat sedang melamun sendiri sambil memandangi kalender yang ada di buku kecilnya.
"Dear....
"Ika! kamu buat kakak terkejut saja. "
"maaf Kak, lagian sih Kak Zizi akhir-akhir ini sering banget ih kalian melamun" Zizi hanya tersenyum.
"ada yang dipikirkan ya Kak."
"sebenarnya sih ada, tapi kakak nggak bisa cerita."
"kenapa kak."
"karena ini masalah pribadi."
"oh....
"jangan terlalu dibawa pikir ya Kak, Ika takut nanti Kakak jadi stress. "
"Nggak kok Kak, Kakak nggak akan kebawa stress "kata Zizi dengan senyumannya.
"zi, Zizi..."
seseorang memanggilnya dengan suara yang tergesa-gesa.
"Dina. ada apa, kok tergesa-gesa gitu. "
"itu loh,si Ica."
"Icha."
"kenapa dengan Icha?"
" eh Kak Dina, tarik nafas dulu baru ngomong "sambung Ika.
"Dina pun menghembuskan nafasnya.
"Icha udah ketemu."
"Icha udah ketemu? maksudnya Icha udah ada di sini gitu."
"ya."
"Alhamdulillah" ucap Ika dan Zizi yang bersamaan.
"di mana sekarang?"
"itu ada di depan sama Abuya dan ummah."
"ya udah kita ke sana yuk Kak, Ika nggak sabar mau ketemu sama Kak Icha."
Zizi menganggukkan kepalanya.
mereka bertiga langsung keluar kamar dan berlari menghampiri Ica di sana.
"Icha" panggil Zizi melihat Icha.
merasa ada seseorang yang memanggilnya, Icha pun langsung menghampiri suara itu.
"zizi, Ika, Dina."
"Icha kangen banget sama kalian."
Icha memeluk ketiga temannya dengan begitu bahagia.
"maafin Icha ya, Icha udah buat kalian semua panik, Icha memang bodoh saat itu."
ucapnya dengan rasa penuh penyesalan.
"iya Cha."
"lain kali jangan terlalu nekat ya setiap perbuatan itu harus dipikir dulu."
Icha mengangguk dengan senyuman.
"Icha" panggil seseorang.
semua mata tertuju pada suara yang memanggil Icha, terutama Zizi.
"Kak Zain."
"loh, Kak Ica kok bisa bareng sama Kak Zain."
"ntar aku ceritain, aku ke sana dulu ya." kata Icha yang beranjak menghampiri Zain.
"ada apa, apa ada barang Icha yang tertinggal.
"nggak."
"lalu ada apa lagi."
Zain diam dan terlihat sedang berpikir.
"nggak jadi deh" aku lupa mau ngomong apa.
"ya ampun Mas Zain, kenapa bisa lupa, grogia sama Icha atau sama orang yang ada di belakang Icha."
mata Icha melirik ke arah Zizi.
"Nggak ah, apa yang digerugikan."
"ya udah deh, entar kalau udah ingat ngomong langsung ya sama Icha. "
"iya."
"Icha juga mau ngucapin terima kasih banyak sama Mas Zain, atas semua kebaikan Mas Zain sama Icha."
"iya sama-sama."
"oh ya ca, jangan panggil Mas lagi ya."
"upps..ok! Kak Zain "kata Icha dengan tersenyum.
" Icha duluan ya, assalamualaikum. "
"waalaikumsalam."
Icha kembali lagi pada temannya yang masih menunggu dirinya di tempat yang sama.
"ayo kita ke kamar, Icha kangen banget sama suasana yang ada di pesantren ini" aja Icha sambil merangkul ketika temannya.
"ya udah ayo" sahut Ika.
......................
adzan maghrib telah berkumandang, hilir mudik para santri untuk pergi ke masjid terlihat begitu ramainya. mereka semua berbondong-bondong mendatangi masjid untuk melaksanakan salat magrib berjamaah di sana..
"Masya Allah, akhirnya sang muadzin kita datang kembali titik" ucap Fahma salah satu teman Zain.
"setelah sekian lama berdiam di rumah sambil menunggu ketidakpastian, akhirnya dia kembali juga ke sini" sambung temannya yang lain.
"kalian ini bisa saja" balas Zain dengan tersenyum.
ya udah ayo kita berangkat "aja Baihaqi.
"ayo" sahut mereka.
mereka bersama-sama berangkat ke masjid untuk mengikuti salat magrib berjamaah.
setelah usai salat, Icha merapikan mukenanya dan menggantungkannya di gantungan baju yang ada di dalam kamar mereka.
"semenjak kembali lagi ke pesantren, Kak Ica terlihat lebih semangat ya" Icha menjawabnya dengan senyuman.
"iya, aku mau berubah jadi Icha yang lebih baik lagi dan lebih semangat lagi."
"bagus deh, kami senang dengarnya" sahut Ana.
Hening.
"oh ya.... kalian ada yang lihat handphone Ica nggak "
"handphone?" tanya mereka serempak.
"iya handphone Ica, kemarin itu Icha ada bawa handphone terus Icha lupa simpan di mana."
"kami juga nggak ada yang tahu kalau ada handphone di sini Kak."
"ke mana ya?" ucap Icha yang bingung.
"assalamualaikum" ucap Zizi dan Dina yang baru kembali dari masjid.
"waalaikumsalam" sahut mereka.
"nah itu Kak Zizi udah pulang coba aja tanya sama Kak Zizi."
"ada apa?"
"kamu ada lihat handphone aku nggak."
"handphone?"
Icha menganggukkan kepalanya.
"ada, Zizi simpan di lemari."
"Alhamdulillah masih ada handphonenya."
"ada apa cha, kamu mau pakai handphonenya."
"Nggak kok zi, Icha cuma mau lihat isi aja, Icha mau blokir nomor-nomor yang nggak perlu."
"oh sebentar ya, Zizi ambil dulu."
"iya."
Zizi beranjak menuju lemarinya untuk mengambil handphone Ica yang sudah lama disimpannya.
"nih ca"kata Zizi sambil memberikan barang itu.
"tadinya sih, aku mau serahin handphone itu sama Abuya tapi tunggu kamu dulu nggak enak kan kalau aku langsung kasih aja tanpa ada konfirmasi dari kamu cah."
iya sih Nggak apa-apa kok mah makasih ya udah disimpan handphone Ica. "
"sama-sama ca."
Icha membuka kembali ponselnya, ia menghapus semua nomor-nomor yang tidak penting di ponselnya termasuk juga nomor handphone Arli.
"Kaffa" Icha berpikir.
"nggak usah aja deh, nomor ini masih penting di handphone Icha" kata Icha pada dirinya.
"udah selesai" ucapnya sambil melemparkan ponsel itu di tempat tidur.
"terus handphone itu akan Kak ica ke mana kan?"
"iya, mungkin akan Icha serahkan sama Abu ya."
"oh...
"em... sejak Icha nggak ada di pesantren, orang tua Icha ada nggak nanyain tentang kabar Icha "
mereka semua diam sambil saling memandang wajah satu sama lain.
"kok, kalian pada diam sih."
"em.. maaf ya Kak Icha, orang tua Kakak memang tidak ada komunikasi ke sini, Abuya dan ummah juga sudah berusaha untuk menghubungi mereka, tapi nggak ada respon apapun "kata Ika yang angkat bicara.
Icha diam sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya.
"kamu jangan sedih ya CA." sambung Dina.
"Hem.. Nggak kok, Icha nggak sedih. "
kata Icha yang berusaha tersenyum.
"ternyata mama sama papa lebih peduli dengan pekerjaan mereka daripada sama anak mereka sendiri" batinnya.
"ca."
"kamu melamunkan, kamu sedih ya ca" ucap Zizi.
"Nggak kok, Icha nggak sedih nih lihat senyum Icha" katanya sambil menunjukkan senyumannya. mereka semua merangkul Icha dan menghilangkan kesedihan yang sedang ia tahankan.
"kalian tenang aja, Icha nggak akan sedih lagi kok, karena Icha selalu ingat pesan ibu."
"ibu, ibu siapa ca" tannya Dina yang penasaran.
"ibunya Kak Zain" jawabnya.
gimana ceritanya kok kamu bisa dekat dengan ibunya Kak Zain "tanya Ana yang juga penasaran.
cerita nggak ya "...
"cerita dong Kak Icha, Ika kan penasaran" Icha tertawa kecil.
"iya deh Icha cerita."
"jadi, waktu Ica kabur, Icha itu pingsan di jalanan sepi, terus paginya Icha sudah ada di rumah orang. Icha nggak tahu itu rumah siapa, setelah ija sadar dan ibu cerita semuanya barulah Icha tahu kalau itu adalah rumah Kak Zain dan yang menolong Icha di jalan itu adalah Kak Zain dan asma adiknya. "
"simple banget ceritanya" kata Ana.
"sepertinya Kakak bahagia ya tinggal di sana."
"iya, karena tinggal bersama mereka, Icha bisa merasakan kasih sayang keluarga yang sesungguhnya, yang tidak pernah Ica dapatkan sebelumnya."
mereka semua yang melihat itu terlihat terharu.
"oh ya, ternyata kamu dulu satu sekolah ya sama Kak Zain" ucapnya sambil menepuk bahu Zizi.
"kamu tahu dari mana?"
"Kak Zain yang cerita" zizi diam.
"Nggak cuma teman satu sekolah saja kak, tapi mereka juga ada hubungan yang spesial" ucap Ika.
"oh ya... Kak Zain kok nggak ada cerita ya "Zizi masih diam dengan wajahnya yang berpaling.
"sepertinya ada yang disembunyikan sama Kak Zizi deh."
"iya sih, kamu merahasiakan apa sih dari kita "sambung Dina.
tapi setelah ini, kalian jangan bahas tentang Kak Zain lagi ya. "
"oke... Ika janji."
mereka semua pun menganggukkan kepala dengan bersamaan.
Zizi menceritakan semua tentang dirinya dan juga Zain mulai dari pertemuannya perasaannya hingga surat khitbah yang Zain tuliskan untuk men khitbah Zizi.
"oh jadi surat itu kakak tolak, padahal kan Kak Zain sudah meminta izin pada Abuya."
Zizi menggangguk.
"kenapa kisah Zizi sama seperti wanita yang akan dijodohkan sama Kafa ya" kata Icha pada dirinya.
" kalau ikatan kisahnya seperti ini, dari kemarin Ika nggak akan bahas Kak Zain sama Kak Zizi lagi. "
"Nggak papa kok kah, kan kamu nggak tahu."
" maaf ya Kak zi "ucap Ika dengan wajah sesalnya.
terus perasaan kamu sama Kak Zain gimana sekarang? "tanya Dina.
Zizi terdiam.
"kalau memang perasaan itu masih ada, kenapa kamu harus terima perjodohan itu sih."
"karena itu adalah amanah orang tuaku untuk dirinya menjaga aku ketika aku sudah selesai dari sini."
"siapa nama Dia zi?"
akhirnya Icha melontarkan pertanyaan itu karena dia merasa begitu penasaran.
"maaf ya Cha, aku belum bisa kasih tahu sekarang" kata Zizi yang masih merahasiakannya.
"Icha hanya menganggukkan kepalanya.
"kenapa Icha yakin sekali ya, kalau orang yang dimaksud Zizi itu adalah Kaffa. tapi, apa iya? udah deh Icha nggak boleh menyimpulkan sendiri, mungkin saja bukan hanya kisah mereka saja yang sama "kata Icha pada dirinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments