"Zain, Zain...."panggil ibu dari ruang tengah.
mendengar panggilan dari ibunya, Zain yang berada di belakang pun langsung berlari ke depan menghampiri ibunya.
"iya Bu..."jawab Zain saat tiba di hadapan ibunya.
"kamu dari mana le" tanya ibu.
"dari belakang Bu, habis ngurusin tanaman"jawabnya.
"oh....."
"sini le duduk, ibu mau ngomong sama kamu" ucap ibunya.
Zain pun duduk di kursi ruang tengah bersama dengan ibunya juga.
"ada apa Bu? tanyanya.
"ini loh le, ibu mau nyuruh kamu nelpon kyai" ucap ibu.
"kenapa Bu? kan besok insya Allah Zain balik ke pesantren, mau ngomong apa sama kyai" tanyanya lagi.
"kamu kabarin kyai kalau Icha ada di sini" jawab ibu.
"maksudnya bu?" tanya Zain yang masih belum paham dengan arah pembicaraan ibunya.
"ini loh Zain, sebenarnya itu, Ica kabur dari pesantren dan kebetulan sekali pesantrennya itu ya pesantren kamu" jelas ibu.
Zain langsung membulatkan matanya.
"ibu serius? tanya nya.
tanda Pati iya le, lah nak Icha sendiri kok yang cerita sama ibu "sahut ibu.
"makanya sekarang kamu hubungi kyai, ibu takut orang di sana semakin cemas memikirkan Icha" sambung ibu.
"ya udah Bu, Zain ambil handphone dulu ya" katanya.
"iya, sekalian ngomong sama kyai kalau insya Allah sore ini kamu akan bawa Icha ke pesantren, sekalian kamu balik ke sana" ucap ibu.
"sore ini Bu" ucap Zain sambil membulatkan matanya lagi.
"iya Zain, kalau nunggu besok ntar kelamaan, lagian kamu juga udah nunggak 1 hari kan, kasihan kyai sudah menunggu" sahut ibu.
"iya juga sih Bu" sahutnya.
"ya udah sana, cepet" perintah ibu. Zenfone berjalan menuju kamarnya untuk mengambil handphone dan langsung menghubungi kyai sesuai dengan perintah ibu.
setelah dirinya selesai salat taubat, Icha pun beranjak ke ruang tengah menghampiri ibu yang sedang duduk dan berbincang bersama asma di sana.
"sudah selesai salatnya nduk?" tanya ibu padanya.
"sudah Bu" jawabnya.
"udah enakan Mbak perasaannya?" tanya asma yang juga sudah mengetahui keadaan Icha sebenarnya.
"Alhamdulillah, sudah" jawabnya.
"ibu juga sudah cerita sama asma dan Zain, nggak papa kan ndok?" ucap ibu.
"iya nggak papa Bu kok memang sudah sepantasnya mereka tahu, karena mereka juga kan yang sudah menolong Icha terdapat kata Icha.
ibu dan asma pun tersenyum dengan perkataan Icha ."Mbak jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama ya mbak, semua permasalahan itu ada iktibarnya, jadi Mbak ambil ikhtibar baiknya saja "kata asma sembari memegang tangan Icha.
"iya as, aku nggak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya aku benar-benar menyesal sekali sudah melakukan hal bodoh seperti itu.
tapi, di sisi lain aku juga merasa beruntung karena sudah Allah pertemukan dengan orang-orang baik seperti keluarga ini "jelas Icha dengan senyumannya.
ibu dan asma pun tertawa kecil bersama dengan Icha.
"gimana Zain" tanya ibu saat melihat Zain sudah kembali lagi.
"sudah bu, sudah beres semuanya" jawabnya.
semua pandangan tertuju pada dirinya pada saat itu.
"apanya yang beres bu?" tanya asma penasaran.
"jadi begini, tadi itu ibu minta Zain mazmur untuk menghubungi kyai dan memberitahu kalau Icha berada di sini, dan insya Allah akan kembali ke pesantren bersama dengan Zain sore ini" jelas ibu.
"kenapa Mbak Icha bisa bareng sama Mas Zain ke pesantren ya Bu" asma masih bertanya kepada ibunya.
"ya karena mereka satu pesantren" jawab ibu.
"oh.... gitu toh "ucapnya.
"terus, kalau mereka berangkat nanti sore, asma gimana?" tanyanya.
"ya bareng sama kamu juga to ndok" jawab ibu lagi.
asma mengganggu dengan senyumannya
"jadi Mas Zain satu pesantren sama Icha, berarti Mas Zain kenal sama Zizi?" tanya Icha.
Zain terdiam sambil memandang wajah ibu dan adiknya.
"kok diam, Icha salah nanya ya" ucapnya.
"em.... Mbak, Mbak Icha sudah beres-beres? "tanya asma yang mengalihkan pembicaraan.
"udah kok, semuanya sudah beres" jawab Icha.
"zizi itu teman sekolahku dulu" kata Zain tiba-tiba semuanya langsung memandang Zain.
"oh, teman sekolah "ucapnya dengan senyuman.
"sepertinya ada yang disembunyikan oleh mereka, ketika disebut nama Zizi aja semuanya langsung diam termasuk juga Zain" kata Ica pada dirinya.
"Mbak Icha, ke belakang sebentar yuk, temenin asma" aja asma sambil menarik tangan Icha.
"ya udah ayo" kata Icha yang mengikuti ajakannya.
asma dan Icha pun beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan ke belakang rumah mengikuti ajakan asma kepadanya.
hening...
hanya tinggal ibu dan Zain di ruangan itu dengan keadaan keduanya yang sama-sama saling diam.
"Zain, kamu belum bisa melupakan zizi kan?" tanya ibu yang membuka pembicaraan sambil menyentuh bahwa anaknya itu.
Zain diam dengan senyumannya matanya memandang ke wajah ibunya.
"Nggak kok Bu, Zain sudah melupakan semuanya, Zain akan mencoba untuk bangkit lagi" jawabnya dengan senyuman.
"senyumanmu itu loh meragukan hati ibu, mata kamu yang menjawab semuanya"ucap ibu..
Zain terdiam lagi dengan pandangannya yang tertunduk.
le, ibu yang kenal sama kamu, ibu yang bertahun-tahun tinggal sama kamu, jadi ibu tahu sifat anak ibu itu seperti apa "sambung ibu.
Zain mengangkat pandangannya dengan wajahnya yang sedikit tersenyum.
"kalau memang sudah tidak bisa lagi diperjuangkan, ya sudah ikhlaskan saja mungkin dia memang bukan jodoh kamu. iya le, jangan dipikirkan lagi insya Allah kamu akan mendapatkan yang lebih baik lagi ibu yakin "timpal ibu lagi.
"ya bu, insya Allah, Zain akan berusaha" jawabnya.. lalu ibu memeluk anak kesayangannya itu dengan begitu erat, dan mengusap-usap lembut kepalanya.
......................
waktu sore kini telah tiba, dengan cahaya mataharinya yang mulai redup dan suasana hari yang menjelang senja. tampak di depan rumahnya Zain sudah bersiap-siap dengan mobil yang akan dibawanya berangkat ke pesantren.
"minum jus dulu Mas, biar lebih segar" ucap asma yang menghidangkan segelas jus untuk Zain.
"iya Mas, namanya juga jus buatan asma ya pasti seger lah" kata asma yang membanggakan dirinya.
"masa sih".
"coba diminum dulu, biar tahu rasanya" ucapnya.
Zain pun meneguk dengan perlahan jus buatan adiknya
"gimana rasanya"tanya asma dengan senyuman.
"ya... lumayanlah "jawab Zain.
asma menghela nafasnya seakan merasa tak puas dengan tanggapan Zain.
"Icha mana?" tanya Zain setelah menghabiskan jusnya.
"katanya lumayan, tapi habis juga satu gelas" ucapnya.
"ya karena sudah terlalu haus, kalau nggak dihabiskan ntar mubazir" jawabnya.
"em... banyak banget alasannya "ucap asma.
"Mas Zain kenapa nanyain Mbak Icha kecarian ya" goda asma.
"mulai lagi" ucap Zain dengan suara perlahan.
"iya Mas kecarian, kenapa rupanya"balas Zain.
"cie...."goda asma.
"Mbak Icha ada di dalam lagi ngobrol sama ibu" jawabnya.
"tinggal jawab gitu aja pun, banyak banget ekornya" ucap Zain.
"ada apa tanda tanya seperti ada yang mencari Icha" kata Icha tiba-tiba datang bersama dengan ibu.
"eh.. panjang umur, baru diceritain udah nongol aja orangnya "kata asma.
"hayo... abis ghibahin Ica ya "candanya.
"iya nih Mbak, tadi itu mas Zain nanyain Mbak Icha ada di mana ya udah, pas asma jawab eh rupanya Mbak ichanya datang juga panjang umur deh jadinya "sahur asma.
semuanya menjadi tertawa dengan perkataan asma yang lucu.
ketika mereka masih asyik bercanda yang mengundang tawa, terlihat sebuah mobil pribadi mewah datang dan berhenti di depan rumah mereka.
"eh... siapa itu yang datang "ucap Zain sembari melihat mobil itu.
" sepertinya asma tau deh itu mobil siapa"sahut asma.
"kayaknya juga Icha pernah lihat mobil itu" ucapnya pelan.
seorang perempuan paruh baya keluar dari mobil itu.
"assalamualaikum" ucapnya.
"waalaikumsalam" jawab mereka.
"ammah dita"sapa asma dengan senyumannya.
semua yang ada di situ terdiam, terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan mereka yang tanpa kabar.
sontak, asma langsung datang dan memeluk bibi tercintanya yang baru datang.
"asma!" balas bibinya.
"amah datang kok nggak ngomong-ngomong dulu sih sama kita "ucapan asma.
"iya nih, biasanya kasih kabar dulu kalau mau ke sini" sambung ibu.
"kami sengaja nggak kasih kabar, biar jadi kejutan" jawab bibi.
"eh.... Zain, sudah besar makin ganteng ya, udah lama amah nggak ketemu "kata bibi yang mengarah ke Zain.
Zain menjawabnya dengan senyuman sambil menyalami tangan bibinya.
"amah sendiri ke sini?" tanya Zain.
"nggak, ada tanzih tuh di dalam mobil" sahut bibi.
"oh... Mas Kafa ikut juga mah "ucap asma.
amah mengganggu dengan senyuman.
mendengar nama yang disebutkan asma tadi, Icha teringat akan seseorang.
"lah, ini siapa tanda tanya kakak iparnya asma?" cantik ya, kok kamu nikah nggak ngundang-ngundang sih Zain? "tanya amah Dita yang berlebihan saat bersalaman dengan Icha.
"bukan bukan, saya bukan kakak iparnya asma tante saya temannya asma" cegah Icha sambil melihat wajah Zain yang bingung.
"oh... kirain kakak iparnya asma "ucap amah.
"eh... sepertinya saya pernah melihat kamu sebelumnya, tapi di mana ya? "kata amah yang mengingat sesuatu.
"sudah sudah, lebih baik kita bicarakan saja di dalam, ayo"ajak ibu kepada mereka.
"ya Allah, apa ibu mamanya Kafa, kalau benar, apa yang akan terjadi nantinya ya Allah, kalau sampai Kafa beneran datang dan bertemu lagi dengan Icha apa yang akan terjadi Icha nggak sanggup untuk melihat wajahnya lagi "batinnya.
mereka semua pun masuk ke dalam rumah bersama-sama, begitu juga dengan Icha yang berjalan paling belakang dengan langkahnya yang perlahan.
ketika semua sudah pada masuk, seorang pemuda tampan pun keluar dari dalam mobilnya dan berlari menuju rumah Zain.
"asma!" panggilnya dari belakang sambil menarik tangan Icha.
ketika pandangannya mengarah pada orang yang memanggilnya dan menatap wajahnya.
DEG.....
"Icha" ucapnya.
Icha langsung melepaskan tangannya.
wajah yang sudah lama menghilang itu, akhirnya dapat lagi ia pandang, tanpa ia sangka jika Allah akan mempertemukannya kembali pada Icha.
keduanya tak bisa berkata apapun, detak jantung Icha berdegup begitu kencang, ia tak tahu apa maksud dari semua ini.
"ya Allah, ada apa ini, rasanya aku nggak sanggup lama-lama untuk berdiri di sini.
ya Allah, apakah perasaan ini masih ada ".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments