setelah selesai sarapan, asma pun membantu ibunya membersihkan tempat-tempat makanan yang sudah kotor. karena mereka sudah merepotkan orang lain Icha pun hendak membantu asma dan ibunya bersih-bersih.
"biar Icha bantu ya Bu." kata Icha yang akan mengangkat piring kotor dan membawanya ke dapur.
"eh... ndak usah cah ayu. biar ibu sama asma saja, kamu istirahat saja lagi. "cegah ibu.
"nggak apa-apa Bu Icha udah sembuh kok, Icha juga bosan kalau istirahat terus Bu." sahut Icha.
"iya Bu, kasihan juga Mbak Icha kalau terus-terusan istirahat, biar olahraga sejenak dulu." kata asma.
"ya sudah, tapi jangan kerja yang berat-berat ya." ucap ibu sembari tersenyum dengan memegang bahu Ica.
Icha pun juga membalasnya dengan senyuman.
"Bapak makan yang banyak ya pak, biar cepat sembuh." kata Zain yang menyuapkan nasi pada bapaknya.
"memangnya kalau Bapak makan banyak bisa cepat sembuh." ucap Bapak dengan senyumannya.
"insya Allah pak, kalau bapak makan banyak kan, setidaknya tenaga Bapak perlahan demi perlahan mulai bertambah.jadi bapak nggak terlalu lemas." sahutnya.
"bisa saja kamu Zain Zain." kata bapak yang sedikit tertawa.
kebersamaan Zain dan Bapak, tidak sengaja terlihat oleh Icha yang kebetulannya lewat dari depan kamar bapak.
"beruntung sekali asma dan Mas Zain mempunyai orang tua yang begitu perhatian seperti mereka. andaikan saja hidup Icha bisa seperti mereka, pasti Icha juga akan merasakan hal yang sama. mereka semua adalah orang-orang baik siapa saja yang dekat dengan mereka pasti akan nyaman dan sayang sama mereka. Icha aja yang baru sebentar tinggal dengan mereka sudah merasa nyaman dan sayang sama mereka, terutama sama ibu. "
"Mbak Icha ngapain?." suara asma itu membangunkan Icha dari lamunannya.
"asma . "ucapnya yang sedikit terkejut.
"as...."panggil Zain dari kamar.
"iya Mas." jawabnya.
"dipanggil bapak. "
"sebentar ya Mbak, asma ke dalam dulu." ucapnya.
Icha menganggukkan kepalanya juga dengan senyuman.
"ada apa Pak." tanyanya.
"kamu tadi ngomong sama siapa?." Bapak balik bertanya.
"oh.... sama Mbak Icha Pak. "jawab asma.
"siapa Icha?." tanya Bapak lagi.
"orang yang asma sama Mas tolong semalam Pak."sahutnya.
Bapak menganggukkan kepalanya seakan mengerti.
"suruh masuk sini nduk, Bapak mau lihat orangnya . "minta bapak.
"iya Pak, sebentar ya, biar asma panggil." ucapnya. asma melangkahkan kakinya berjalan keluar kamar dan menemui Ica yang sedang menyapu rumah.
"Mbak.... Mbak Icha. "panggilnya sambil menarik tangan Icha...
"eh.....eh.... mau ke mana as. "tanya Icha yang bingung.
"Bapak mau ketemu sama Mbak, mau lebih kenal sama Mbak Icha . "sahut asma yang masih memegang tangan Icha.
"tapikan....."cegahnya.
"udah nanti lanjutin lagi nyapunya. "ucap asma.
mau tak mau, Icha pun mengikuti ajakan asma yang membawanya bertemu dengan Bapak.
"siapa namanya nduk?." tanya Bapak padanya.
"Icha . "jawabnya sedikit grogi.
Icha tidak berani mengawali pembicaraannya, saat berada di depan Bapak pun Icha hanya diam dan sesekali tersenyum.
"cantik kan pak . "kata asma yang memujinya di depan bapaknya.
"iya, hampir mirip sama wajah kamu." sahut bapak.
"ah.... masak sih Pak, Bapak bisa saja. "ucap asma yang sedikit tertawa.
"hampir mirip, bukan mirip. "ledek Zain.
"iya loh Mas...."balas asma yang melirik ke arah zain.
"oh ya.... rumah kamu di mana nduk?. "tanya Bapak yang mengawali pembicaraan.
"saya tinggal di Jakarta Pak. "jawab Icha lagi.
"kenapa kamu bisa ada di jalanan kemarin itu, apa kamu tersesat. solo sama Jakarta jauh loh nduk jaraknya. "Icha diam dan bingung harus jawab apa dengan pertanyaan bapak yang satu ini titik dirinya lupa kalau saat ini kan dia tidak lagi berada di Jakarta.
hening.....
semua dia menunggu jawaban dari Icha.
" ya ampun, Icha harus jawab apa ini, Icha nggak mau bohong lagi. "
"mungkin saja Icha tersesat Pak, karena semalam kami bertemu dengan dia di jalanan yang sepi." jawab Zain.
belum sempat dirinya bicara, ternyata sudah ada yang menyelamatkannya lagi untuk yang kedua kalinya. pandangannya langsung tertuju pada Zain.
"syukurlah....."kata Icha yang merasa lega.
"oh......"
"tapi kamu masih ingat jalan pulang kan nduk." tanya Bapak.
"masih Pak. "jawabnya.
"ya sudah, kalau memang nanti keadaan kamu sudah lebih sehat, biar Zain yang mengantar kamu pulang ke rumah. sebelum dia kembali ke pesantren. "kata bapak yang mengarah kepada Zain.
Zain hanya diam sembari tersenyum membalas perkataan Bapak kepadanya.
"terima kasih ya Pak, tapi saya sudah banyak merepotkan keluarga ini, nanti biar saya pulang sendiri saja Pak." ucapnya.
"nggak apa-apa nduk, kami nggak merasa terrepotkan kok, kan sudah menjadi kewajiban kita untuk saling menolong, apalagi sama saudara seiman. kalau saja Bapak sehat bapak yang akan mengantar kamu, tapi karena Bapak keadaannya seperti ini, iya biar Zain saja sama asma nanti. "jelas bapak.
Icha menyahutinya lagi dengan senyuman.
"em...."saya keluar dulu ya Pak karena belum selesai tadi menyapunya . "
"oh. iya silakan. "kata bapak.
Icha kembali melangkahkan kaki keluar dari kamar dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi.
"anaknya cantik, baik, akhlaknya juga bagus." puji bapak.
"sudah ada niat Zain?." tanya Bapak pada putranya.
"niat apa Pak." Zain balik bertanya seakan tak mengerti.
"kalau niat untuk salat Dhuha, sudah ada, setelah ini Zain mau salat Dhuha." sambungnya lagi.
Bapak hanya tersenyum dengan jawaban Zain.
"Mas Zain itu memang Lola jaringannya Pak, kalau Bapak tanyanya nggak detail, dia nggak bakal ngerti . "sahut asma.
"memangnya kamu tahu, pertanyaan Bapak mengarah ke mana?." tanya Zain.
"ya tahulah, asma kan 46. "jawabnya.
Bapak hanya tersenyum sambil menahan tawanya.
setelah selesai membersihkan rumah, Icha duduk di teras rumah yang sudah tersedia kursi untuk duduk di sana. dirinya hanya duduk sendiri sambil melamunkan tentang keadaannya saat ini.
"kenapa tiba-tiba Icha kepengen balik ke pesantren lagi ya. kasihan juga orang di sana, mereka semua pasti pada cemas dengan keadaan Icha. sepertinya nggak ada gunanya juga Icha kabur dari pesantren, toh mama sama papa juga nggak bakalan bisa mengerti perasaan Icha. "kata Icha pada dirinya.
rasa penyesalan mulai menyelimuti hati Icha ia merasa bersalah karena sudah kabur dan membuat orang-orang cemas dengan keadaannya. hatinya mulai terbuka lagi untuk dirinya kembali lagi ke pesantren.
"eh... cah ayu. "ibu datang menghampirinya yang duduk sendirian.
"ibu." ucapnya.
"ibu duduk di sini boleh kan?." tanya ibu.
"boleh Bu, kenapa nggak." sahutnya.
karena sudah dipersilakan, ibu pun duduk di sebelah Icha, menemaninya yang sedang duduk sendiri dalam lamunannya.
"Bu, terima kasih banyak ya, ibu sama keluarga sudah mau menerima Icha di sini.Icha Nggak tahu harus dengan cara apa untuk membalas semua kebaikan ibu sana yang lainnya. "ucap Icha mengawali pembicaraannya.
"sama-sama nduk, kamu ini kan tamu. jadi ya sudah seharusnya untuk dilayani. kamu nggak usah merasa merepotkan ibu sama yang lainnya. karena kan sudah menjadi kewajiban kita untuk saling membantu dan menolong sesama. "sahut ibu.
"tapi kan Icha itu bukan tamu yang diundang, memangnya harus dilayani juga. "katanya.
"kamu diundang sama nggak diundang itu sama saja, setiap orang yang datang kepada kita siapapun itu orangnya, jika membutuhkan pertolongan. apa salahnya jika kita bantu, selagi kita masih mampu, iya kan. "ibu memberi penjelasan pada Icha.
Icha pun tersenyum mendengarkan perkataan ibu kepadanya.
"memangnya kenapa kamu bicara seperti itu, kamu sudah ingin pulang." tanya ibu.
"niatnya sih begitu bu tapi, Icha masih bingung bagaimana caranya." ucapnya.
"bagaimana caranya, maksudnya?. "tanya ibu yang belum paham dengan perkataan Icha.
"mungkin ini saatnya aku untuk cerita yang sebenarnya."
"sebenarnya Icha itu, kabur dari pesantren Bu." ucapnya dengan nada suara yang merendah.
"kabur?." tanya ibu dengan wajah heran.
Icha menganggukkan kepalanya.
"kenapa cah Ayu, kenapa kamu kabur dari pesantren, ada masalah apa?. "sambung ibu lagi.
Icha diam dan menundukkan kepalanya.
ibu langsung merangkul Icha yang tampak sedih dan menahan air matanya untuk jatuh.
pelukan itu terasa begitu nyaman untuk Icha, ia merasakan itu seperti pelukan ibunya sendiri yang sudah dirindukannya selama ini.
"coba kamu cerita semuanya sama ibu, biar kamu merasa lega siapa tahu ibu bisa bantu, iya nduk. "kata ibu yang melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Icha.
"iya Bu." ucapnya.
bersama dengan ibu lah, Icha menceritakan semua masalah dan keluhannya. mungkin ibu Zain atau orang yang ia sapa juga dengan sebutan ibu adalah orang yang tepat untuk mendengarkan isi hatinya. di samping posisi beliau yang sebagai seorang ibu, Icha berharap bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk masalah yang dialaminya agar dirinya tidak lagi menaruh prasangka buruk pada orang tuanya.........
sahabat Fillah,jangan lupa di like dan komen,yaa........😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
abdan syakura
Lanjuttttty, kak...
Semungut!!!!!
2023-03-09
0