" diminum dulu tehnya Mas, selagi masih hangat. "kata asma yang memberikan segelas teh kepada Zain. Zain menyahutinya dengan senyuman.
"ibu mana?". tanya Zain setelah menyuruh tehnya.
"ibu lagi nemenin Bapak salat Mas."jawab asma. Zain pun mengganggu.
"as, temenin mas keluar sebentar yuk." ajaknya.
"iya, Mas lagi kepengen aja keluar, sekalian mau belikan makanan untuk bapak sama ibu." sahutnya.
"ya udah deh, asma mau siap-siap dulu sekalian pamit sama Bapak sama ibu." katanya sembari akan pergi.
"jangan lama-lama ya mas tunggu di sini."
"oke! siap bos."
setelah siap-siap dengan baju gamis dan jilbabnya yang panjang juga tak ketinggalan kaos kaki yang menutupi kakinya, asma masuk ke kamar untuk berpamitan pada kedua orang tuanya.
"assalamualaikum." ucap asma sembari masuk.
"waalaikumsalam." jawab ibu dan bapak.
"eh.... cah Ayu mau ke mana? kok rapi banget malam-malam. "tanya ibunya dengan memandangi penampilan asma dari atas sampai bawah.
"asma mau minta izin keluar sebentar sama ibu dan bapak." katanya.
"mau ke mana toh nduk?."
"mau nemenin Mas Zain sebentar bu, katanya Mas lagi pengen keluar dan cari makanan untuk bapak sama ibu." jelas asma.
"lah titik tumben-tumbenan toh masmu, ngajak kamu keluar malam."
" ndak tahu tuh mas Bu, mungkin dia lagi pengen kena angin malam. "
" bilang sama Mas Mundo, kata ibu Mas suruh cepet nikah biar ada yang selalu nemenin, nggak gangguin adiknya lagi. "pesan ibu.
"oke bu, dengan senang hati asma akan menyampaikannya. asma pergi dulu ya Bu Pak. assalamualaikum. "ucapnya sambil menyalami tangan kedua orang tuanya
"waalaikumsalam." jawab ibu dan bapak dengan senyuman.
"cepat pulang ya nduk hati-hati." sambung ibu dari dalam kamar.
"nggeh Bu. "sahut asma dari jauh.
setelah selesai berpamitan dengan orang tuanya, asma pun keluar menemui Zain yang sudah menunggu di dalam mobil.
"lama ya.... pamitannya. "sindir Zain.
"heemnn.... "sahut asma dengan senyumannya.
"ibu ngomong apa as?" tanya Zain sembari mengendalikan kemudinya.
"nggak ada, ibu nggak ada ngomong apa-apa cuma ibu heran aja tumben-tumbenan Mas mau keluar malam ngajakin asma lagi." jawab asma.
"jadi Mas mau ngajak siapa lagi, nggak mungkin toh Mas ngajak Bapak, Bapak kan lagi sakit. ngajak ibu juga nggak mungkin, karena ibu nemenin Bapak terus. ya tinggal kamu sebiji, kalau bukan kamu siapa lagi yang mau Mas ajak. "sahut Zain.
"nah justru itu mas, kata ibu mesti suruh cepet nikah biar ada yang selalu nemenin, nggak usah ngusikin asma terus. "goda asma.
"emangnya kamu merasa terusik sama masmu sendiri." tanya Zain dengan candaannya.
"em.... sedikit sih. "sahut asma.
"ntar kalau Mas nikah, kamu cemburu nggak ada lagi loh orang ganteng yang sering godain kamu." kata Zain.
"Nggak ah ngapain juga asma cemburu sama kakak ipar sendiri." ucap asma.
"serius, yakin? tanya Zain dengan senyumannya dan menaikkan kedua alisnya.
"serius! . "serunya.
" ya udah, kalau malam ini Allah datangkan seorang perempuan cantik jodohnya Mas, besok Mas langsung nikah. "kata Zain masih dengan candaannya.
"oke! asma pegang omongan Mas, biar asma bantu juga dengan doa, doa seorang Hafizah itu kan makbul. "asma menanggapinya dengan wajah serius.
"serius banget menanggapinya, Mas kan cuman bercanda."kata Zain.
perkataan Mas yang terakhir tadi asma anggap serius nggak ada candaan lagi. "sahut asma.
Zain sudah kehabisan kata-kata untuk melawan adiknya, ia mengalah dan hanya bisa diam sembari tersenyum sesekali melihat ke arah adiknya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"semuanya sudah Panda tidur. mungkin ini saatnya Icha untuk keluar dari sini. "kata Icha yang duduk di tempat tidurnya sambil melihat di sekelilingnya.
entah kenapa tiba-tiba saja Icha berpikir untuk keluar dari pesantren ini. Icha merasa dirinya tidak pantas untuk berada di tempat ini. Icha ingin sekali membuat kedua orang tuanya menyesal karena sudah meletakkan hijrah ke pesantren. Icha ingin orang tuanya bisa mengerti dan menghargai perasaan juga keputusannya. semua takdir yang diterima Icha tidak sejalan dengan keinginannya dan Icha merasa kalau semua itu karena kedua orang tuanya. mereka selalu memaksakan kehendak sendiri tanpa memikirkan perasaan Icha sama sekali.
"oh ya.... handphone Ica mana ya?. "
Icha baru menyadari sesuatu kalau ia kehilangan handphonenya.
perlahan Icha berdiri ia memeriksa sekitar tempat tidur temannya yang lain. tapi, kenyataannya Icha tidak menemukan apapun. karena takut salah satu dari mereka terbangun dari tidurnya, Icha pun segera pergi dan keluar dari kamar dengan perlahan. Icha berjalan terus dengan perlahan sesekali ia bersembunyi karena melihat ada santri yang berhirosa pada malam itu. ketika keadaan sudah lebih aman, Icha pun melanjutkan perjalanannya.
Icha berhasil keluar melewati tembok belakang pesantren ia tampak begitu nekat keluar larut malam, karena sudah tidak bisa lagi menahankan perasaannya.
Icha berlari dan terus berlari hingga jauh dari area pesantren.
"maafkan Icha, Zizi, Dina, Ana dan Ika, Ica harus pergi tanpa pamitan sama kalian semua. Icha senang bisa bertemu dengan orang-orang sebaik kalian. tapi, maaf Icha nggak bisa terus bertahan di sana, karena semua itu bukan keinginan Icha sendiri. "gumamnya.
karena merasa kelelahan, Icha pun berhenti di salah satu pohon dan istirahat di sana sebentar. iya bingung harus pergi ke mana, Icha nggak mau kembali ke rumahnya. iya ingin pergi jauh-jauh dan tidak ada satu orang pun yang mengetahui keberadaannya.
Icha berada di jalanan yang sepi, tidak ada satu kendaraan pun yang lewat pada jalan itu.
saat dirinya tampak begitu lemah dan kedinginan, sebuah mobil pribadi berwarna silver datang menghampirinya. seorang perempuan keluar dari dalam mobil itu dan mendekati Icha.
"Mbak, Mbak ngapain duduk sendirian di laut malam seperti ini?. "tanya asma.
ternyata mobil yang menghampirinya itu adalah mobil yang dikendarai oleh Zain dan asma adiknya.
Saat ditanya seperti itu, Icha hanya diam sambil memandang wajah asma dengan matanya yang sayu.
ketika asma menyentuh bahunya jadi Icha langsung jatuh di bahu asma.
"Mbak Mbak. "kata asma yang coba membangunkan Icha.
selain yang menunggu di dalam mobil merasa khawatir karena adiknya tak kunjung datang. Zain pun memutuskan untuk keluar dan melihat asma di luar.
"asma." ucap Zain yang terkejut melihat adiknya sedang memangku seorang perempuan.
"Mas, tolong Mas. "minta asma.
"Astaghfirullahaladzim." ucapnya sembari menghampiri asma.
kenapa ini as, kenapa perempuan ini bisa pingsan? "tanya Zain yang cemas.
"nggak tahu Mas, sepertinya Mbak ini kelelahan. ayo cepetan Mas bawa Mbak ini ke dalam mobil." kata asma.
"iya! tapi gimana caranya." yah Mas angkat toh."
"ya tapi kan........ "ucap Zain yang bingung.
"udah nggak papa Mas, bismillah ini kan keadaan darurat."sahut asma yang menenangkan Zain.
Zain pun mengikuti saran dari adiknya itu, dengan perasaan yang diliputi rasa cemas Zain membawa Icha masuk ke dalam mobil. baru kali ini Zayn menyentuh seorang perempuan selain adik dan ibu kandungnya.
karena dalam Islam dilarang bagi seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram untuk bersentuhan tanpa ada ikatan pernikahan.
setelah membawa masuk Icha ke dalam mobilnya, Zain pun melajukan perjalanannya pulang ke rumah.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
sepertiga malam telah tiba, Zizi pun terbangun dari tidur malamnya. ia hendak mengerjakan salat tahajud yang sudah rutin dilakukannya. tak lupa juga ia membangunkan temannya yang lain, saat melihat tempat tidur Icha yang kosong, zizi terkejut.
"loh, Icha mana ya? mungkin dia di kamar mandi ya. "kata Zizi yang melihat tempat tidur Icha.
Zizi berpikir kalau Icha berada di kamar mandi . namun, saat dirinya pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu tidak ada seorang pun di kamar mandi. perasaan zizi semakin cemas, dirinya semakin bingung, ke mana sebenarnya Icha pergi. setelah kembali ke kamar, Zizi langsung membangunkan Dina Anna dan Ika yang masih pulas dengan tidur mereka.
"Din, Dina bangun Din, an, Ana bangun an, Kak, Ika bangun dek. "membangunkan mereka bertiga.
"ada apa sih zi, kok wajah kamu cemas gitu. "tanya Dina yang baru melodingkan pikirannya.
"Icha nggak ada Dina." jawab Zizi.
"hah..... Icha nggak ada! maksudnya. "tanya Dina dengan bingungnya sembari langsung melebarkan kedua matanya.
" di kamar mandi mungkin? "sambung Ika dan ana.
"nggak adaan titik Icha nggak ada di mana-mana, aku tadi udah coba cari tapi nggak ada." jawab Zizi.
"jangan-jangan Kak Icha diculik lagi." sambung Ika tiba-tiba.
"gak mungkinkah ka. "sahur Zizi.
"atau jangan-jangan Icha kabur." kata Dina.
"bisa jadi, soalnya dia nggak ada ninggalin jejak apa-apa." sahut Ana.
"em..... kamu udah coba tanya sama petugas hirosa belum?. "tanya Dina. Zizi menggelengkan kepalanya.
"ya udah kita tanya sekarang sama mereka ayo kalau mereka nggak tahu juga kita harus segera laporkan ini sama umah." usul ana.
"iya itu usulan bagus, ayo!." sahur Dina.
"em. tapi tunggu apa tidak sebaiknya kita salat tahajud dulu, minta pertolongan pada Allah. "cegah Zizi sejenak.
"iya, itu lebih bagus lagi nanti setelah selesai salat baru kita datangi mereka." sahut Dina lagi.
mereka mengambil keputusan yang kedua yaitu salat terlebih dahulu, karena setiap masalah apapun akan lebih mudah dilalui dengan sabar dan salat.
perasaan cemas masih meliputi mereka, meskipun Icha baru satu minggu berada di pesantren namun kasih sayang mereka kepada Icha sudah seperti saudara sendiri.
apalagi Zizi ia begitu merasakan hal itu dirinyalah yang paling cemas saat melihat Icha sudah tidak ada lagi di sampingnya.
*ya Allah, lindungilah di manapun Icha berada. kalaupun ia pergi karena kehendaknya sendiri, bukakanlah pintu hatinya agar ia mau kembali ke pesantren ini. hamba mohon ya Allah pilihlah dia sebagai orang-orang pilihanmu. balikkanlah langkah Icha untuk kembali lagi ke sini. ya Allah*....
perkataan itu Zizi selipkan dalam doanya......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments