4. mengenang yang lalu...

waktu sore setelah salat ashar adalah istirahatnya untuk para santri, mereka semua berkumpul dan saling berbaur satu sama lain saatnya untuk bercanda, bermain untuk menghilangkan sejenak penat dalam pikiran.

di ujung sana ada Zizi, Dina, Ika, Ana dan juga Icha yang sedang berkumpul dengan canda tawa mereka sendiri.

Icha sebagai santri baru merasa begitu terhibur dengan teman-teman baru seperti mereka. rasa sedih dalam diri karena orang tuanya, sedikit demi sedikit mulai luntur dan Icha mulai bisa beradaptasi dengan suasana di pesantren.

"gimana ca, kamu udah betah kan tinggal di sini." tanya Dina.

Icha menjawab dengan senyumannya.

"ya betahlah pastinya, kan ada Ika di sini yang menghibur Kak Icha ya kan." kata Ika yang membanggakan dirinya.

"eleh..... sok jadi pahlawan. "sahut Ana.

"loh emang iya kok ya kan Kak Ica."

"emangnya hiburan apa yang kamu kasih sama Icha. sampai Icha betah di sini." ledek Ana.

"ada deh..... Kak Ana nggak boleh tahu ini rahasia. "sahut Ika dengan wajahnya yang lucu.

semua jadi tertawa dengan tingkah laku Ika yang menggemaskan orang.

"Nggak cuma Ika aja kok yang lainnya juga titik Icha senang bisa bertemu dan berteman dengan kalian semua sebelumnya Icha nggak pernah sebahagia ini." kata Icha dengan wajah haru.

"masa sih, Kak Icha kan anak tunggal, pasti orang tua kakak kasih perhatian lebih dong sama Kakak, Kak Icha juga pernah sekolah kan, pasti banyak juga dong teman yang menghibur kakak. kenapa Kakak bilang kalau Kak Icha nggak pernah sebahagia ini. "

pertanyaan yang dilontarkan Ika berhasil membuat Icha langsung terdiam dan menundukkan kepalanya, Icha seakan ingat lagi dengan orang tuanya.

"Kak Icha kenapa? kok sedih, Ika salah ngomong ya. "tanya Ika yang merasa bersalah.

"hayo....ka... kamu terciduk udah buat Icha sedih. "kata Ana menakuti Ika.

"Cha, kamu kenapa?. "tanya Zizi.

"kangen sama orang tua?"sambung Dina titik Icha masih diam.

"Kak Icha, Ika minta maaf ya, kalau Ika salah ngomong sampai buat Kak Icha jadi tersinggung." ucap Ika.

"Nggak kok Icha nggak kenapa-napa titik cuma lagi kangen aja sama orang tua." kata Icha dengan senyumannya membuat teman-temannya sedikit lega.

"tuh kan ka, makanya kalau bercanda jangan kelewatan kamu jadi buat Icha sedih kan. "beritahu Zizi.

"iya, maafin Ika ya Kak Icha. karena Ika asal ngomong, Kak Icha jadi sedih deh." minta Ika dengan wajah polosnya.

"iya Kak, nggak papa kok. Kakak aja yang terlalu ke baperan." sahut Icha sembari tersenyum lagi.

"udah udah, kok malah jadi sedih-sedihan gini sih kita kan tadi mau menghilangkan penat sejenak sambil canda dan tawa, bukan malah sedih-sedihan. "kata Ana mencairkan suasana.

"iya, maaf ya ini semua gara-gara Ika." katanya.

"udah, lupain saja titik kita bahas aja yang lain yang bisa mengundang canda tawa lagi." sahud Dina dengan logat Jawanya.

"oh iya, aku baru kelingan.ada kabar bagus yang harus aku sampaikan sama kalian nih."sambung Dina saat dirinya mengingat sesuatu.

"kabar apa?"tanya Ika kepo.

"lah.... kalian pasti pada kepo kan. "canda Dina.

"Kak Dina kebiasaan banget sih buat orang penasaran, cepetan kasih tahu apa kabarnya." Ika tampak semakin penasaran.

"ehem.... ehem..... "Dina berdehem sebelum bercerita.

"kalian masih ingatkan sama Zain, santri yang paling ganteng dan paling semuanya. "kata Dina yang sembari melirik wajah Zizi.

"masih dong, siapa sih yang nggak kenal sama Kak Zain yang wajahnya tidak bisa terlupakan." sahut Ika.

"memangnya ada apa dengan Zain." tanya Ana.

"em.... aku mau ke kamar mandi dulu ya. "kata Zizi yang bangkit dari duduknya dan beranjak akan pergi dari mereka.

"eits..... mau ke mana ntar dulu dong, Dina kan belum selesai ngomong. "Dina mencegahnya dengan menarik tangan Zizi.

"Kak Zizi kenapa menghindar, belum bisa move on kan. "goda Ika.

"cie....... "

karena semua temannya menyudutkan dirinya, Zizi pun tak bisa menghindar lagi titik ia kembali duduk dari tempatnya dan mendengarkan celotehan temannya tentang Zain.

"jadi kata Abuya, lusa itu, Kak Zain akan kembali ke pesantren." jelas Dina.

"Kak Zain akan kembali ke pesantren? emang bener? kapan Abuya ngomong sama Kak Dina?"tanya Ika.

"kemarin, ndak cuma Kak Dina aja kok yang tahu, sisi juga titik malahan, Abuya langsung ngomong sama Zizi ya kan zi. "kata Dina sambil melirik Zizi yang sedang menundukkan wajahnya.

Zizi tak bisa berkata apapun ia hanya terdiam sambil dengan menahan rasa malunya di hadapan teman-temannya.

"oh... jadi Kak Zizi udah tahu duluan, pantesan aja tadi kok sok-sokan mau menghindar, karena takut kami comblangin lagi ya. "ledek Ika.

semuanya tertawa karena perkataan Ika kecuali Zizi yang hanya bisa diam.

"kalian ngomongin siapa sih. Zain, Zain itu siapa? kok sepertinya ada hubungannya dengan Zizi. "

Icha yang tidak tahu menahupun akhirnya bertanya karena merasa penasaran dengan seorang Zain.

"oh ya.. Kak Ica kan masih santri baru, belum tahu menahu tentang Kak Zizi dan Kak Zain. jadi begini kisahnya. "perkataan Ika terputus.

"Ika....... "teriak Zizi sepertinya sudah tidak bisa diam lagi mendengar celotehan Ika tentang dirinya.

"oh... tidak, harimaunya mulai bangun..... "ucap Ika yang langsung lari menuju kamar.

"Ika.. Ika, ada-ada aja tingkah lakunya. "kata Dina yang tertawa sembari menggelengkan kepalanya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

senja yang indah dengan warna langitnya yang jingga kini telah usai, berganti dengan gemerlapnya malam dengan langitnya yang gelap, namun tampak terang karena cahaya dari rembulan dan para bintangnya.

di seberang sana, tampak seorang lelaki yang sedang berdiri seorang diri, menetapi langit dengan lamunannya.

lelaki itu adalah tanzi. pikirannya masih tertuju pada seseorang yang hingga saat ini namanya masih terukir di hatinya.

seseorang datang menghampirinya sambil menepuk lembut bahunya.

"mama..... "kata tanzi yang melihat ke arah ibunya. ibunya hanya tersenyum menatap wajah tanzi.

"Mama kok belum tidur?"tanyanya.

"Mama nggak bisa tidur, tadi mama ke kamar kamu. Mama kira kamu sudah tidur, ternyata kamu ada di sini." sahut ibunya.

"iya ma, tanzi juga belum bisa tidur." katanya lagi.

"kamu lagi mikirin apa nak?"tanya ibunya.

"Nggak kok mah, tanzi nggak mikirin apa-apa."jawabnya.

hening.........

keduanya saling diam dan sama-sama berpaling pandangan ke depan.

"tinggal 3 bulan lagi karena, mama sudah tidak sabar lagi menunggu hari itu datang. kamu juga kan?"ibunya kembali mengingatkan dirinya tentang hal itu. tanzi hanya menggangguk senyumannya menjawab perkataan ibunya tadi.

"Mama ingin sekali melihat jalan menantu Mama pasti dia sangat cantik, baik dan pintar seperti ibunya. ya Allah, jika engkau masih memberikan umur panjang pada hamba, izinkanlah hamba menyaksikan pernikahan anak hamba nanti. "kata ibunya yang penuh dengan harapan.

wanita paruh baya yang ada di sampingnya itu adalah satu-satunya orang yang paling berarti dalam hidupnya. karena pengorbanannya lah dirinya masih ada sampai saat ini, makanya tanzi begitu sangat menyayanginya melebihi dirinya. ditambah lagi dengan keadaan ibunya yang sudah tidak sekuat dulu lagi akibat penyakit dalam yang diderita beliau sejak lama. semua itu membuat tanzi tidak ingin jauh-jauh dari ibunya.

"mah... udah malam, takutnya kesehatan Mama terganggu lagi. biar tanzi yang temenin Mama sampai Mama tertidur. "tanzi membujuk ibunya untuk segera beristirahat.

ibunya mengangguk dengan senyuman dan mengikuti bujukan dari anaknya tercinta. tanzi masuk ke dalam rumah bersama dengan ibunya untuk beristirahat karena hari memang sudah larut malam.

"kamu di mana Cha, waktuku hanya tinggal 3 bulan lagi, jika aku tidak bisa menemukan kamu dan membawamu kepada ibuku maka aku akan kehilangan kamu untuk selamanya.

ya Allah, apakah ini pertanda, kalau aku dan Icha tidak ditakdirkan untuk bersama?"

berilah jalan terbaik untuk hamba ya Allah. "

Episodes
1 bagian 1
2 2.mulai bersahabat dengan mereka
3 3. Muhammad Zainal Adnani
4 4. mengenang yang lalu...
5 5. mencoba untuk kabur
6 6.pertolongan pertama
7 7. kepanikan mereka..
8 8. bersama dengan keluarga baru...
9 9.Tanzilul Kaffa Pradipta
10 10.Bertemu lagi dengannya
11 11.Lepaskan aku fa
12 12.Kembalinya Icha ke pesantren
13 13.Kabar bahagia dari ustazah
14 14.Mama, Papa!
15 15.Tolong Mengerti Perasaan Ica Ma,Pa
16 16.Ke khawatiran Zain untuk Ica.
17 17.Berkata yang sejujurnya
18 18.Arly kembali mencari Icha
19 19. Kepedulian nya pada Annisa
20 20.Wisuda Kaffa
21 21. Wanita itu adalah Zizi
22 22. Zizi akan pergi Dengannya
23 23. Seorang Mantan Pacar?
24 24.Salah faham
25 25. Seorang Penghibur hati Icha
26 26. Keputusan yang Menyakitkan
27 27. Keputusan Zain
28 28. Pengorbanan
29 29. Aku Menyayangi nya Sebagai Saudara
30 30. Ulang Tahun Ica
31 31. Belajar untuk Lebih Bisa mengikhlaskan
32 32. Dia akan Pergi
33 33. Sebuah Perasaan
34 34. Melupakannya untuk sejenak
35 35. Teman Baru
36 36. Kabar Duka
37 37. Rumah Sakit
38 38. Menemani
39 39. Reuni Sebelum Berpisah
40 40. Kembali ke Jakarta
41 41. Perasaan itu Masih Ada?
42 42. Kerinduan Yang Mendalam
43 43. Rasa Gelisah
44 44. Bimbang
45 45. Kembali Ke Indonesia
46 46. Salah Faham
47 47. Mengikhlaskan
48 48. Kembali Bertemu
49 49. Sebuah Penjelasan
50 50. Pergi Ke Kalimantan
51 51. Menata Hidup Baru
52 52. Tentang Lamaran
53 53. Sebuah Jawaban
54 54. Persiapan Diri
Episodes

Updated 54 Episodes

1
bagian 1
2
2.mulai bersahabat dengan mereka
3
3. Muhammad Zainal Adnani
4
4. mengenang yang lalu...
5
5. mencoba untuk kabur
6
6.pertolongan pertama
7
7. kepanikan mereka..
8
8. bersama dengan keluarga baru...
9
9.Tanzilul Kaffa Pradipta
10
10.Bertemu lagi dengannya
11
11.Lepaskan aku fa
12
12.Kembalinya Icha ke pesantren
13
13.Kabar bahagia dari ustazah
14
14.Mama, Papa!
15
15.Tolong Mengerti Perasaan Ica Ma,Pa
16
16.Ke khawatiran Zain untuk Ica.
17
17.Berkata yang sejujurnya
18
18.Arly kembali mencari Icha
19
19. Kepedulian nya pada Annisa
20
20.Wisuda Kaffa
21
21. Wanita itu adalah Zizi
22
22. Zizi akan pergi Dengannya
23
23. Seorang Mantan Pacar?
24
24.Salah faham
25
25. Seorang Penghibur hati Icha
26
26. Keputusan yang Menyakitkan
27
27. Keputusan Zain
28
28. Pengorbanan
29
29. Aku Menyayangi nya Sebagai Saudara
30
30. Ulang Tahun Ica
31
31. Belajar untuk Lebih Bisa mengikhlaskan
32
32. Dia akan Pergi
33
33. Sebuah Perasaan
34
34. Melupakannya untuk sejenak
35
35. Teman Baru
36
36. Kabar Duka
37
37. Rumah Sakit
38
38. Menemani
39
39. Reuni Sebelum Berpisah
40
40. Kembali ke Jakarta
41
41. Perasaan itu Masih Ada?
42
42. Kerinduan Yang Mendalam
43
43. Rasa Gelisah
44
44. Bimbang
45
45. Kembali Ke Indonesia
46
46. Salah Faham
47
47. Mengikhlaskan
48
48. Kembali Bertemu
49
49. Sebuah Penjelasan
50
50. Pergi Ke Kalimantan
51
51. Menata Hidup Baru
52
52. Tentang Lamaran
53
53. Sebuah Jawaban
54
54. Persiapan Diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!