Ketika Keinginanku Tak Sejalan Dengan Takdirku
"Ica! kamu sudah siap?"
tanya Mama
"Ma, bisa nggak sih di cancel aja."
"Nggak bisa sayang! ini sudah keputusan mama sama papa. Dan ini juga sudah menjadi kesepakatan kita kan, jadi kamu harus mau, nggak ada cancel cancel an."
kata Mama.
"tapi kan Icha nggak mau mah, Icha masih mau sekolah. Icha nggak mau ke pesantren
keluhnya lagi.
"Icha . "
mata Mama menatap wajah Icha dengan penuh keseriusan.
melihat tatapan itu, ica seakan tak berdaya iya hanya bisa terdiam dan memalingkan wajahnya.
"ayo! papa sudah menunggu di depan. "
ajak mama
tak punya pilihan lain, Icha terpaksa mengikuti permintaan kedua orang tuanya.
dengan wajah yang menyimpan banyak kekesalan, Icha berjalan ke depan mengikuti ibunya yang sudah ditunggu oleh papa di dalam mobil.
"Icha! ayo masuk. "
kata Mama.
Icha pun masuk ke dalam mobil di bangku belakang setelah semuanya siap, mobil melaju perlahan keluar dari pekarangan rumah.
hening......
hanya ada keheningan dalam mobil itu, tak ada satupun yang mau memulai pembicaraan apalagi Icha. pandangan matanya tak sedikitpun melihat ke arah depan, ia hanya memandangi kaca mobil yang di sebelahnya.
Annisa as syadzi sering disapa Icha, seorang remaja labil yang masih berumur 17 tahun titik iya memiliki kehidupan yang sangat berkecukupan titik semua yang diinginkannya pasti bisa ia dapatkan. harta berlimpah, paras yang indah dan prestasi gemilang. membuat siapa saja kagum dengannya. tapi meskipun Icha hidup dengan materi yang berkecukupan, itu sama sekali tidak membuat hidupnya bahagia tanpa ada kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.
mama dan papa Icha adalah orang tua yang sangat sibuk dengan pekerjaan, sampai untuk mengurus satu anak pun tidak ada waktu banyak untuk dirinya sejak kecil, Icha sudah diasuh oleh baby sitternya yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya sendiri di sekolah, Icha juga terkenal sebagai siswi yang berprestasi kebanggaan guru, dan orang tuanya. namun, semua itu hilang, Icha kehilangan semuanya, karena dirinya pernah berbuat satu kesalahan fatal hingga membuatnya diskors dari sekolah, kedua orang tua Icha merasa malu, dan berpikir untuk menari Icha dari sekolah.
mereka tak ingin anak tunggalnya bernasib buruk di masa depan, makanya kedua orang tua Icha berniat memasukkan Icha ke pesantren agar Icha bisa belajar menjadi lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahannya untuk yang kesekian kalinya.
kedua orang tua Icha pernah dipanggil menghadap kepala sekolah untuk menyelesaikan permasalahan Icha dengan temannya. dari kesalahan itulah, Icha pernah berjanji tidak akan mengulanginya untuk yang kedua kali, jika ia mengingkari maka orang tuanya sendiri yang bertindak tegas padanya.
dan kini tindakan itu berlaku padanya. Icha ditarik dari sekolah dan akan dikirimkan ke pesantren untuk melanjutkan pendidikannya.
"Icha nggak butuh harta yang berlimpah, dan materi yang berkecukupan, Icha hanya butuh kehadiran kalian di samping Icha, di saat Icha lemah di saat Icha terjatuh dan di saat Icha sendiri. Icha nggak bisa hidup hanya dengan materi. lebih baik Icha hidup sederhana, tapi kalian ada selalu untuk Icha. daripada Icha hidup kaya tapi seperti sebatang kara. "
3 jam kemudian.
mobil pun sampai di depan gerbang pesantren.
"Icha! ayo keluar, kita sudah sampai nak. "
ajak ibunya yang sudah keluar dari mobil dengan membawa barang-barangnya.
Icha pun keluar dari mobilnya dengan penampilan jilbabnya yang berantakan.
"lo, kok berantakan sih jilbabnya, sini mama benerin. "
kata ibunya, sambil merapikan jilbab Icha.
"nah gini kan rapi."
"ayo sayang kita masuk!" ajak ibunya.
tak terlihat sedikit senyum pun yang terpancar dari wajah cantik Icha, ia hanya diam dengan wajah kesalnya.
kaki mereka melangkah perlahan memasuki kawasan pesantren yang terlihat ramai dengan para santriwan dan santriwati pada saat itu.
"em..... maaf dek, kami mau ketemu sama pimpinan pesantren ini. di mana ya? "
tanya papa Icha pada salah satu santriwan yang berpapasan dengan mereka.
"oh.... iya Pak. mari saya antar kebetulan sekarang Abuya lagi ada di pesantren."
jawab santriwan itu.
kedua orang tua Icha dan juga dirinya mengikuti santriwan tadi menuju rumah kyai yang ada di kawasan pesantren.
dalam perjalanannya, pesona Icha menarik perhatian para santriwan dan santriwati, pandangan mereka semua tertuju pada Icha.
"Masya Allah, Ayu ne....... sopo to iku. "
salah satu santriwan memuji Icha pada temannya.
"heh..... istighfar kwe Ki, nggak pantes laki-laki mandang perempuan berlebihan seperti itu."
kata temannya.
"oh. ya astaghfirullahaladzim . "
ucapnya.
mereka pun kembali berjalan menuju asrama.
"assalamualaikum." ucap kedua orang tua Icha saat tiba di depan rumah kyai.
"waalaikumsalam wr.wb "jawab kyai yang ternyata sudah menunggu di depan.
papa Icha pun mengeluarkan tangannya bersalaman dengan sang pemimpin pesantren.
"Masya Allah, akhirnya yang ditunggu datang juga mari masuk, kita bicarakan di dalam saja."
kata kyai dengan senyuman ramahnya.
kedua orang tua Icha mengikuti kyai dari belakang dan memasuki rumah beliau.
"Icha ! ayo!. "ajak mama.
"sudah mah, biarkan saja Ica di luar. "kata papa sedikit membela Icha.
setelah orang tuanya masuk, Icha mengambil posisinya duduk di kursi yang sudah tersedia di teras rumah kyai sembari membuka ponselnya.
"17 panggilan tak terjawab siapa ya? "
tanya Icha pada dirinya.
dari kemarin, Icha memang belum ada membuka ponselnya, dan baru kali ini ia membukanya sudah ada 17 panggilan yang terlewatkan olehnya.
"Arli....... "kata Icha.
Icha langsung menutup kembali ponselnya.
arliansyah seorang lelaki yang pernah mengisi ruang hatinya, kenangan manis bersama dirinya masih tersimpan dalam ingatan Icha. saat-saat mereka menghabiskan waktu bersama dalam suasana suka maupun duka. tapi sayangnya itu semua hanya bisa dikenang dan tak bisa lagi terulang, Icha harus rela kehilangan cinta pertamanya, lalu melupakan semua itu dalam hidupnya.
beberapa saat kemudian, kedua orang tua Icha pun keluar bersama kyai.
Icha langsung berdiri dari duduknya dan menyimpan ponselnya kembali dalam tas ranselnya.
"ya sudah kyai, kalau gitu kami pamit pulang dulu, kami titipkan anak kami di sini semoga saja beliau ini bisa berubah jadi yang lebih baik lagi." kata papa yang menitipkan pesan pada kyai.
"insya Allah, dia akan berubah jadi yang lebih baik lagi. "sahut kyai.
"terima kasih kyai." kami pamit dulu.
"assalamualaikum."
"waalaikumsalam wr.wb." jawab kyai dengan senyumannya.
pandangan wajah mama beralih pada Icha.
iya memandang wajah anaknya itu dengan penuh Iba.
"Icha, Mama sama papa titipkan kamu di sini, jaga diri kamu baik-baik ya nak. belajar untuk jadi diri Icha yang lebih baik lagi. mama sama papa melakukan ini karena sayang sama Icha bukan mama sama papa nggak peduli pada Icha. iya sayang. "
pesan Mama Icha.
Mama memeluk Icha dengan penuh kehangatan.
"udah lama, Icha merindukan pelukan ini ma. "batinnya.
Icha tak bisa berkata apapun ia hanya diam dengan pandangannya yang sayu di hadapan mama.
"Mama pulang ya nak." kata Mama.
"papa juga." sambung papa sembari mengusap kepala Icha.
"assalamualaikum." ucap mereka.
"waalaikumsalam." jawab Icha dengan lembutnya.
setelah berpamitan kedua orang tuanya pun masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi meninggalkan Icha. bersama dengan teman-teman barunya nanti.
mobil mereka telah berlalu, tapi Icha masih berdiri di depan gerbang pesantren.
"Icha, ayo masuk nak, Abuya sudah ada teman baru untuk Icha." kata kyai dari balik gerbang.
Icha mengusap air matanya, dan berjalan masuk dalam kawasan pesantren.
"zizi, kamu tolong arahkan dia ya." perintah kyai.
"iya Abuya."sahutnya dengan lembut.
Zidni Ilma, salah satu santriwati yang memegang kepercayaan kyai. dia juga sebagai pendamping dan pengarah para santriwati di bawah ustadzah.
namanya sudah disegani oleh para santri, wajahnya yang cantik, tegas juga tutur katanya yang lembut dan menjaga sopan santun pada siapapun membuat para guru, santriwan dan santriwati bahkan kyai kagum dengan dirinya.
"biar Zizi bantu ya membawakan barangnya. "
kata Zizi dengan membawa koper Icha.
mereka berjalan beriringan menuju asrama di sela-sela perjalanannya Zizi mencoba untuk membuka pembicaraan pada Icha.
"oh ya. kita belum kenalan kan titik nama kamu siapa?. "tanya Zizi.
"Icha." jawabnya singkat.
Zizi menganggukkan kepalanya.
"namaku Zidni Ilma, panggil aja Zizi. "
Zizi memperkenalkan dirinya.
Icha masih saja diam, tapi Zizi mencoba untuk mengajaknya bicara lagi.
"kamu kok diam aja sih, kamu masih sedih ya udah tenang aja, di sini kita sama-sama kok, kita satu perjuangan, kita belajar untuk hidup mandiri, belajar untuk jadi orang yang lebih baik lagi, iya kan.
seperti itu kan pesan orang tua kamu tadi. "kata Zizi.
Icha sekilas memandang wajah Zizi tanpa berkata apapun.
"kita belok kiri ya, kalau ke kanan asrama putra." beritanya saat berada di persimpangan.
sampai sudah masuk kawasan asrama pun Icha masih juga diam, karena merasa dirinya terlalu banyak bicara ikut diam hingga tiba di pintu depan kamar mereka.
"assalamualaikum." ucap Zizi.
"waalaikumsalam." sahut mereka yang ada di dalam kamar, tanpa melihat ke arah Zizi.
"kalian lagi ngapain sih." yang menghampiri.
"ini loh z, kami lagi ada tugas kerja kelompok dari ustadzah. "jawab salah satu temannya.
"penting banget ya, sampai ngeliat Zizi sebentar aja nggak bisa kayaknya." sendirinya.
" Nggak kok sih, bisa bisa. "kata temannya.
mereka pun mengangkat pandangannya dari buku dan melihat Zizi bersama dengan Icha.
"sopo Zi?. "
"santri baru?"
siapa namanya. "
mereka bertanya satu persatu.
"iya, ini santri baru, namanya Icha. "jawab Zizi.
"Icha to"tanya Dina. teman Zizi.
"nanya nama lengkapnya nanti aja soalnya dia masih sedih." kata Zizi berbisik pada Dina.
"cantik...... nya. " Masya Allah. "puji Ika.
"11,12 sama Kak Anna. "sambungnya lagi. semuanya tertawa.
" and. ada saingan nih. "ledek Dina.
"Ana hanya tersenyum.
"aku capek, boleh istirahat nggak. "tanya Icha tiba-tiba.
"oh..... boleh, boleh, silakan. ayo biar tak siapkan tempat tidurnya. "kata Dina yang mempersilahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
abdan syakura
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Salken,Kak..
Aq mampir yaa..
😊🙏💪
2023-03-07
0