Flashback....
Setelah Sena dan teman-temannya selesai mengerjakan tugas mereka disaat bersamaan Davin pulang dari kantor, awalnya teman-teman Sena ingin langsung pulang tetapi Davin menyuruh mereka untuk makan malam bersama terlebih dahulu, akhirnya mereka pun ikut makan malam dirumah.
“Bukankah kalian putri dari keluarga Daneswara dan Ayres?” Davin memulai percakapan, saat ini mereka sedang menikmati makan malam bersama
“Betul paman perkenalkan namaku Sellyriana Ayres”
“Perkenalkan namaku Ishilly Daneswara. Terima kasih sudah mengundang kami makan malam”
“Tidak tidak, terima kasih sebelumnya sudah menjadi teman Sena”
“Sena sudah banyak menolong kami paman, kami yang harusnya berterima kasih”
“Hahaha baguslah sering-seringlah kalian bermain kesini, Ohya dan gadis ini siapa namamu?”
“Perkenalkan namaku Keyra Eddyson”
“Wah jadi kamu putri keluarga Eddyson, baru-baru ini aku melihat proposal bisnis yang dibuat perusahaan ayahmu, itu sangat menarik perhatian kurasa aku harus menyetujui kerja sama ini sebagai bentuk terima kasih karena telah berteman dengan Sena"
“Tidak paman jangan seperti itu, aku berteman dengan Sena bukan karena ingin mendapat keuntungan seperti itu”
“Hahaha aku paham, aku sebenarnya sudah berniat untuk menerima kerja sama itu. teruslah berteman baik dengan Sena”
“Tentu saja paman” Davin tersenyum puas melihat teman-teman Sena, dan terakhir akhirnya dia menyapa Lisya. Ia awalnya terkejut mengetahui Lisya yang berteman dengan Sena mengingat bagaimana pertemuan pertama mereka dan mengingat jarak rumah keluarga Eldrich dan sekolah yang sangat jauh.
“Lisya aku tidak tahu kau juga bersekolah di sekolah Sena, aku senang kau dan Sena bisa akur”
“Sena sudah banyak membantuku disekolah paman. Aku yang harusnya berterima kasih”
“Bukankah cukup jauh untukmu bolak balik rumah ke sekolah?”
“Aku tinggal sendiri di apartemen kakak, aku hanya pulang kerumah seminggu sekali”
“Bukankah cukup sepi jika kau tinggal sendiri, bagaimana kalau kau tinggal saja dirumah ini. kau bisa bersama Sena. Aku kadang sedih melihatnya sendiri dirumah, akan menyenangkan jika kita menambah anggota keluarga dirumah” Davin bersungguh-sungguh, ia sering sedih melihat putrinya yang hanya berdiam diri dikamar, mereka semua terlalu sibuk dan tidak bisa terlalu sering menghabiskan waktu dengan Sena, jika Lisya tinggal bersama mereka ia akan menjadi teman mengobrol Sena.
“Apakah tidak akan merepotkan?”
“Tidak apa-apa. Kau juga pasti kesepian kan tinggal sendiri di apartemenmu. Bagaimana jika kau menanyakannya terlebih dahulu kepada keluargamu, kapanpun kami akan menerima mu untuk tinggal disini” Lisya sebenarnya sangat ingin, tapi ia tidak enak akan menganggu keluarga Sena, bagaimana pun beberapa hari lalu ia masih sangat membenci Sena dan keluarganya.
Flashback End..
“Lisya aku sudah memberitahu ayah. Bagaimana denganmu?”
“Aku juga sudah memberitahu kakak, ia akan membantuku memindahkan barangku kerumahmu”
“Hah? Kak Ray sendiri yang akan datang?”
“Iya apakah ada masalah?” Lisya bertanya sambil tersenyum
“Tidak apa-apa”
“Ohh aku tahu, kau rindu kakakku bukan. Sudah lama kalian tidak bertemu” Ucap Lisya menggoda Sena
“Tidak! siapa bilang aku rindu?”
“Mengaku sajalah Sena, sebenarnya kakakku juga sangat merindukanmu, sebelumnya saat aku pindah ke apartemen ia bahkan tidak melihatku apalagi membantu memindahkan barang, kau pikir karena siapa dia mau membantuku memindahkan barang kerumahmu” Tiba-tiba Lisya tertawa keras saat melihat ekspresi memerah di wajah Sena, ia merasa mendapatkan hobi baru yaitu menggoda Sena tentang kakaknya
...****************...
Malamnya Ray tiba di rumah keluarga Kinsley. Tak lama mobil yang membawa barang-barang Lisya juga tiba. Ray menyuruh sekretarisnya untuk mengontrol pemindahan barang sedangkan dia masuk kedalam rumah.
"Selamat malam paman, terima kasih telah membiarkan Lisya tinggal disini. Maafkan aku jika Lisya merepotkan" Ray menyapa Davin yang kebetulan keluar rumah saat ia ingin mengetuk pintu
"Aku yang justru berterimakasih karena telah memperbolehkan Lisya menemani Sena dirumah. Aku juga senang jika rumah menjadi semakin ramai. Ohiya ayo kita masuk, Lisya dan Sena sudah memasak untukmu tadi"
"Baik paman"
Ray dan Davin berjalan bersama menuju ruang makan. Disana sudah ada Brian dan Helena sedangkan Sena dan Lisya masih didapur untuk membantu pelayan menyiapkan makan malam
"Bibi, Brian. Selamat malam" Ray menyapa mereka terlebih dahulu karena keduanya sibuk bercerita tadi hingga tidak menyadari kehadiran Ray.
"Ohh kau sudah datang. Ayo sini duduk, sebentar lagi kita akan makan malam. Sena dan Lisya menyiapkan makanan khusus untukmu" Helena tersenyum lembut melihat calon menantunya ini. Ia semakin menyukai Ray.
"Duduk sebelahku Kak Ray" Ray akhirnya duduk di sebelah Brian, Mereka berbincang sambil menunggu Sena dan Lisya menyiapkan makanan.
Tak lama Sena dan Lisya keluar membawa hidangan yang sudah mereka masak. Sena agak terkejut melihat Ray yang ternyata sudah tiba dan saat ini tersenyum kearahnya.
"Kakak kau sudah tiba" Lisya menyapa dengan ekspresi datar, beginilah interaksi diantara mereka sebagai saudara
"Kau sudah melihatku disini dan kau masih mengeluarkan kata-kata itu?"
"Huhhh kau tau aku hanya basa basi kak, apakah barangku tiba dengan selamat?" Lisya bertanya sambil duduk disebelah kakaknya
"Iya, sekretarisku sudah mengurusnya dan mungkin sudah dibawakan ke kamarmu"
"ohh baiklah terima kasih" Ray hanya mengangguk. Dan mengalihkan pandangannya ke Sena yang baru saja duduk di depannya
"Sena apa kabar" Ray tersenyum lembut kearah Sena. Belum sempat Sena menjawab Lisya berbicara lebih dulu
"Kak, bukankah kau terlalu bias? Aku adikmu selama belasan tahun tapi kau bahkan tidak menanyai kabarku. Dan saat berbicara denganku kau tak tersenyum seperti itu!" Lisya menatap datar kakaknya, ia sebenarnya tidak terlalu memperdulikan ini, ia hanya ingin menggoda kakaknya dan Sena
"Aku sudah tau kau baik-baik saja, kenapa aku harus bertanya jika sudah tau?"
"Bagaimana kau bisa tau aku baik-baik saja?"
"Nah seperti itu, aku tau jika adikku Lisya baik-baik saja jika ia berbicara dengan cuek seperti itu" Lisya makin menatap datar sang kakak, awalnya ia hanya ingin menggoda kakaknya tapi saat ini malah ia yang terbawa emosi.
"Sudah sudah, kalian kenapa malah bertengkar. Kak Ray aku baik-baik saja. Dan Lisya sudah jangan membuat keributan lagi, kau tau kakakmu seperti apa" mendengar ucapan Sena, Ray dan Lisya mengangguk seperti peliharaan yang mendengar perintah majikannya
"Hahahaha Sena, kau apakan adik kakak ini hingga mereka mendengarmu seperti itu" Brian tertawa melihat interaksi mereka bertiga
"sudah sudah, ayo kita makan nanti makanannya dingin karena tunggu kalian selesai berdebat. Ray silahkan dimakan"
"Baik paman" mereka makan dengan tenang
"Kakak bagaimana masakanku" tanya Lisya dengan nada yang terdengar agak menyebalkan di telinga Ray
"Masakanmu? Kukira kau hanya menganggu Sena di dapur tadi"
"Ikan yang kau makan tadi itu masakanku, walaupun aku memasaknya dengan arahan dari Sena tetap saja itu masakanku"
"Yah ada gunanya juga kau tinggal disini, belajar lah memasak lebih sering dari Sena, biar nanti calon suami mu beruntung sepertiku"
"Hahh? Kenapa sepertimu?"
"Tentu saja beruntung sepertiku karena aku mendapatkan Sena yang pintar memasak" Ucapan Ray membuat Sena tersedak karena kebetulan saat itu ia sedang minum, Lisya menatap tidak percaya kepada kakaknya yang mengatakan hal memalukan seperti itu sedangkan orang tua Sena dan Brian tertawa mendengar itu, tentu saja mereka menyukai jika Sena dipuji seperti itu
"Kakak aku hanya mengingatkan mu, Sena hanya Calon istrimu, ingat? Hanya CALON. Bisa saja Sena mendapatkan calon suami yang lebih baik darimu kak"
"Aku adalah pilihan terbaik untuk Sena. Betulkan paman"
"Kau pilihan terbaik jika Sena menyukainya"
"Sena tentu saja kau menyukaiku kan?"
"Kak Ray, kau sangat tidak tau malu" setelah mengatakan itu Sena berjalan ke dapur sambil membawa piring bekas makannya tadi. Lisya menertawakan kakaknya kemudian mengikuti Sena ke dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments