" kau..! "
Sembur Mitha dengan Mata yang hampir melompat keluar.
Saat itu cewek itu sedang sendirian di ruangannya karena Gadis dan Edo pergi ke ruang administrasi untuk mengurus masalah kepulangan Mitha.
Cewek cantik berwajah imut itu benar-benar tak menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan orang yang sudah berhasil merenggut kehormatannya itu.
"Mitha, a.. aku.....! " ucap Fatan dengan terbata-bata. Cowok itu terpaksa datang menemui Mitha karena dia merasa tersiksa oleh rasa bersalah dan juga keinginan di hatinya untuk bertemu dengan cewek itu.
" Keluar....!! Keluar dari sini! " usirnya dengan penuh emosi. Entahlah, mengapa tiba-tiba saja kebencian langsung menyeruak hadir dalam hati Mitha kepada cowok itu.
" Mitha, aku mohon... " ucap Fatan dengan wajah memelas sembari kedua tangannya ditelungkupkan di depan dada. " Beri aku waktu sedikit saja, aku ingin ngomong sama kamu. Ini tentang kita, please... " Fatan terus saja memohon kepada Mitha agar cewek itu mau memberinya waktu sebentar saja untuk bicara.
Mitha mendengus kesal, mengapa dia harus bertemu cowok ini lagi, keluhnya dalam hati. Dia masih belum bisa menerima kehadiran lelaki yang itu. Lelaki yang telah menghancurkan seluruh masa depannya.
Gadis kemana, Sih? Tadi katanya mau mengurus masalah administrasi pembayaran rumah sakit bersama Edo. Tapi mengapa lama sekali, pikirnya kesal.
Mitha merutuki dirinya sendiri, mengapa tadi dia menyuruh Edo agar pergi saja menemani Gadis. Dia melakukan semua itu karena dia merasa risih jika hanya berdua saja dengan Edo.
Trauma yang menimpanya dan juga dia merasa belum terbiasa menerima kehadiran Edo kembali setelah peristiwa yang menimpanya, membuatnya enggan untuk berdua - duaan dengan cowok itu. Rasa kepercayaan dirinya terhadap Edo hilang begitu saja. Walaupun kini dia sudah mau diajak berkomunikasi oleh Edo. Perlu waktu beberapa hari bagi Mitha untuk mau menerima kehadiran Edo yang begitu gencar berusaha untuk mendekatinya dan mencoba kembali menjalin komunikasi dengan Mitha. Dia masih merasa takut jika melihat kehadiran orang lain, terutama laki-laki.
" Tidak, aku tak mau bicara sama kamu. KELUAR SEKARANG JUGA!! bentak Mitha.
Fatan menunduk sedih. Hatinya sedih oleh penolakan Mitha. Namun dia sadar, tak mudah bagi Mitha untuk memaafkan dan menerima dirinya.Dia berdosa besar terhadap cewek itu.
Dia hanya ingin bicara sebentar saja pada Mitha. Tapi cewek itu dengan terang-terangan menolak kehadiran dirinya.
" Baiklah....! Aku akan pergi. Tapi berjanjilah padaku untuk mengabari aku jika kamu membutuhkan bantuanku. " ujar Fatan lirih.
Sepi....
Tak ada tanggapan dari Mitha. Cewek itu hanya diam dengan pandangan ke arah lain. Dia benar-benar tak sudi untuk menatap wajah Fatan walaupun hanya sesaat saja.
Merasa tak ada tanggapan dari Mitha,
cowok berwajah mirip bule itu berlalu dengan wajah yang sedih. Sungguh dia merasa kecewa karena sebenarnya dia ingin menyampaikan keinginan hatinya untuk bertanggung jawab kepada Mitha dengan cara melamar cewek itu kepada orang tuanya. Mereka harus menikah secepatnya sebelum Mitha hamil.
HAMIL...? mendadak pikiran itu berkelebat di dalam isi kepala Fatan. Bagaimana jika Mitha benar-benar hamil akibat perbuatannya?
Akhhhh........!!! Fatan meremas rambutnya kasar. Dia bingung sekarang. Mitha terang-terangan menyatakan penolakan dirinya terhadap Fatan. Namun, bagaimana jika Mitha hamil? Apakah Mitha bersedia untuk menikah dengannya?
Sementara itu, Edo dan Gadis sedang berada di ruang administrasi. Hari ini Mitha sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya. Untuk itulah Gadis dan Edo bermaksud untuk mengurus administrasi kepulangan sekaligus melunasi pembayaran biaya perawatan Mitha selama beberapa hari di rumah sakit ini.
Mereka berdua dibuat terkejut bukan main. Sebab menurut petugas administrasi rumah sakit, biaya perawatan Mitha sudah dibayar lunas.
Tentu saja hal ini membuat keduanya kaget bercampur heran. Sebab, awalnya Gadis berniat untuk membayarkan biaya perawatan rumah sakit selama Mitha dirawat. Namun, kini Gadis maupun Edo merasa kebingungan, karena seseorang sudah terlebih dahulu melunasinya. Siapa orang yang sudah melunasi biaya rumah sakit Mitha? Itulah sekarang yang ada di dalam benak kedua orang itu.
Gadis merasa kecolongan. Sejak awal Mitha dirawat di rumah sakit ini, Gadis memang belum pernah sekalipun menanyakan perincian biaya rumah sakit ini karena menurutnya hal itu nanti saja dia urus. Sedang Edo merasa heran, siapa orang yang sudah melakukan itu semua.
Gadis yang nota bene juga merupakan anak salah seorang konglomerat di negeri ini merasa hal itu bukan masalah besar baginya. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri. Tetapi niat dia tulus dalam membantu Mitha, sebab dia tahu persis bagaimana kondisi keuangan keluarga cewek itu.
Abdul Rozak, Ayah Mitha hanyalah seorang PNS dan ibunya, Larasati adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di kota tempat tinggalnya yaitu Bandung. Dia memiliki dua orang adik laki-laki, Rayhan dan Deni yang masih duduk di kelas IX dan kelas XII.
Mitha berhasil masuk kampus kedokteran ini, semua atas beasiswa yang dia peroleh dan juga kerja kerasnya selama ini.
Jadi, sudah dapat dipastikan, bahwa sudah tentu bukan Mitha yang membayar biaya perawatan Mitha selama di rumah sakit ini. Pasti orang lain yang melakukannya. Dan sepertinya Gadis sudah bisa menebak siapa orang tersebut.
Dengan tidak banyak bertanya lagi, bergegas Gadis mengajak Edo untuk kembali ke ruangan Mitha. Firasatnya mengatakan bahwa orang yang sama yang membayar biaya perawatan Mitha pastilah sedang mengunjungi Mitha saat ini.
Diperjalanan menuju ruang perawatan Mitha, mata Gadis membulat sempurna saat tak sengaja matanya menangkap bayangan Fatan yang berbelok keluar dari arah ruangan Mitha.
Dugaannya ternyata benar. Sekarang dia tahu siapa yang telah membayar semua biaya perawatan rumah sakit Mitha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments