Kau Renggut Mahkotaku, Ku Curi Hatimu.
" Mitha, lo jadikan entar malam pergi bareng gue ke pelantikan mahasiswa baru? " tanya Gadis, teman sekamar Mitha.
" Yoi.... "
Paramitha, cewek cantik mahasiswa kedokteran semester lima itu mengangguk sambil mengikat tali sepatunya. " Pagi ini gue ada mata kuliah Orthopedic. Entar siang udah janjian sama Edo, aku mau nganterin dia ke Kampung Melayu, untuk melihat lokasi tempat dia nanti melaksanakan Bina Desa." kata Mitha lagi. Selesai berucap dia kemudian berdiri dan melangkah menuju motor scoopynya.
" Dis, gue pergi dulu " pamitnya pada Gadis
" Oke, hati - hati, jangan lupa entar malam, yah..! " Gadis melambai pada Mitha yang kini sudah melaju dengan scoopy miliknya.
Siang hari, usai kuliah , Mitha langsung mencari keberadaan Edo. Mereka memang sudah janjian mau pergi ke Kampung Melayu hari ini.
Bola matanya yang bulat dan lentik celingukan memindai keberadaan pria itu. Tiba-tiba, matanya yang indah menangkap sesosok tubuh jangkung dengan rambut yang sedikit agak panjang, sedang berjalan menuju ke arahnya.
" Edo..!" panggilnya sambil melambaikan tangan.
Cowok jangkung calon dokter berwajah ganteng itu langsung menoleh ketika mendengar namanya dipanggil.
" Mitha...! " serunya. Segera dia mempercepat langkahnya agar sampai ke tempat cewek bertubuh mungil itu.
" Udah nunggu dari tadi, yah? " tanya Edo sesampainya di hadapan cewek itu.
" Nggak, juga. Barusan setahun, kok." jawab Mitha sambil tersenyum.
Edo tersenyum menanggapi gurauan Mitha. Itulah yang dia suka dari Mitha. Cewek itu selalu ceria dan penuh semangat. Juga penuh dengan canda, sehingga tak ada suasana garing bila berasa di dekat mojang Priangan itu.
"Gimana, kita berangkat sekarang? Entar kemalaman loh, pulangnya. " kata Mitha.
" Oke, cantik. Berangkaaat. " jawab Edo yang dihadiahi cubitan kecil di pinggang cowok ganteng itu.
...-----...
Senja baru saja pamit meninggalkan malam yang mulai hadir memasuki arena perkemahan mahasiswa di kawasan perkemahan Bumi Putra yang terletak tak jauh dari kampus.
Panitia sengaja memilih tempat itu karena letaknya yang strategis dan dekat dengan kampus mereka sehingga gampang diakses oleh adik - adik mahasiswa baru dan juga aman karena letaknya di dalam kota.
Peserta yang hadir cukup banyak. Selain mahasiswa baru yang tentu saja hadir sebagai peserta, juga beberapa alumni kampus dan juga kakak tingkat mereka di semester tujuh.
Setelah keduanya memarkirkan motor di lapangan parkir, Edo pamit pada Mitha buat nyamperin teman - temannya yang lagi ngumpul di posko utama.
"Akhirnya lo nongol juga... " seru Gadis ketika cewek blasteran Jawa - Jambi itu melihat kehadiran Mitha yang datang bersama Edo.
" Kan gue udah bilang, gue pasti dateng, Dis. Cuma,...lantaran gue mau nemenin Edo dulu, makanya gue datang rada telatan dikit. " jelasnya pada Gadis.
" Iya, iya Yang Mulia Nyonya dokter Edo Setiawan yang cantik... " ledek Gadis. Muka Mitha merona merah. Langsung jemarinya yang lentik menghadiahi Gadis cubitan persahabatan. Gadis terpekik menahan sakit di pinggangnya.
" Astaga... tuh kuku apa jari kuntilanak?" ledeknya sambil meringis
" Rasakan, makanya kalo ngomong pake saringan. Kalo kedengaran sama yang empunya nama, bisa berabe, mpok. Bisa - bisa jatuh harga diri akoeh.....!" sembur Mitha yang langsung disambut tawa cekikikan oleh Gadis. Mirip kuntilanak baru keramas. Sampai beberapa mahasiswa yang lain pada menoleh ke arah keduanya. Mitha dan Gadis langsung ngacir ambil langkah seribu. Biar aman...
" Makanya kalo suka, bilang aja, mpok. Jangan malu - malu. Pake dipendem - pendem tuh hati. Entar disangka peyem lagi. " kembali Gadis meledek Mitha yang dia tahu cewek cantik itu menyimpan rasa terhadap Edo. Cowok yang sudah dikenalnya sejak masih SMA dulu.
Namun sahabatnya itu malu untuk mengungkapkan perasaannya pada cowok itu. Mitha lebih suka memilih untuk memendam sendiri perasaannya dari pada malu atau malah malu - maluin, pikirnya.
" Udah, ayo kita gabung sama panitia yang lain. " putusnya pada Gadis yang masih saja tersenyum meledek ke arahnya.
" Loh, nggak nunggu Edo dulu? " tanya Gadis dengan ekspresi tanpa dosa.
" Gadis....! "
" Oh....Wokkey.... " jawab Gadis sambil mengacungkan kedua jempol. Lengannya kemudian menarik lengan Mitha dan membawa cewek keturunan asli Sunda itu bergabung dengan para mahasiswa lain yang merupakan panitia acara tersebut.
Sementara itu, tak jauh dari tempat Mitha dan Gadis tadi ngobrol, beberapa mahasiswa senior sedang duduk bareng sambil curi - curi memperhatikan kedua cewek tadi bicara.
" Lo kenal sama tuh cewek yang barusan ngobrol? " celetuk seseorang cowok yang berwajah kebule - bulean pada teman yang duduk di sebelahnya. Cowok itu bernama Fatan. Dia adalah mahasiswa tingkat tujuh fakultas kedokteran di kampus yang sama.
Fatan adalah putra kedua dari Bramantyo, pemilik Prima Aztra Enterprises. Perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi komunikasi dan juga Software
Siapa yang tak mengenal seorang Bramantyo Sanjaya, yang sosoknya dikenal luas sebagai seorang taipan bisnis yang disegani karena kekuasaan dan kekuatannya dalam dunia bisnis.
" Maksud lo, yang barusan ngobrol tadi , Tan?." tanya Reno, teman cowok yang bernama Fatan itu.
" Iya....yang pake jeans biru dan blezer warna biru napi? " lanjut cowok itu.
" Oh, itu Mitha. Anaknya memang cantik. Bunga kampus kita, anak kedokteran juga, tingkat lima." jawab Reno.
Cowok yang bernama Fatan itu hanya mengangguk saja. Wajahnya datar tanpa ekspresi.
" Lo nanyain Mitha, apa lo jangan - jangan tertarik sama tuh cewek? " tanya Aldo. Dia melirik ke arah Reno dengan memberi kode pake kedipan mata.
" Kayaknya kagak bisa, Do. Soalnya tuh cewek kayaknya gebetannya Edo."
Kening Aldo terangkat naik. " Maksod loh, Edo Setiawan teman kita juga yang wakil ketua BEM itu? "
"Yoi, bro... siapa lagee... "
" Gilee, yah..... diam - diam si Edo ternyata punya juga gebetan cantik, hahahaha.... " seru Reno seraya menepuk pundak Fatan.
"Sabar, bro. Lo belum beruntung kali ini. Eh...tapi lo kaga usah khawatir, masih banyak stok cewek cantik di kampus ini. Lo tinggal tunjuk doang, bro... mereka langsung datang nyerahin diri."
" Hemm.... mereka hanya sekumpulan barbie tanpa otak. Gue kagak tertarik." dengusnya tanpa minat.
" Hahahaha..... cocok, Bro. Gue setuju banget, tuh.... " seru Aldo seraya mengancungkan dua jempol ke arah Fatan.
" Tapi gue ada usul, jika lo mau... " celetuk Reno tiba-tiba.
" Apa...? " tanya Aldo dan Fatan penasaran.
Reno membisikkan sesuatu di telinga Fatan dan juga Aldo. Keduanya langsung berseru kaget.
" Gilaaa... rencana lo gila banget, Reno..... " seru keduanya hampir bersamaan.
" Tidak, kalian sudah gila kalo sampai ngelakuin itu semua. Sudahlah, nggak usah dibahas lagi. Ayo kita ke dalam. Bentar lagi acara bakalan dimulai." ajak Fatan kepada kedua orang temannya yang sedikit rada gila itu.
...----...
Acara pelantikan mahasiswa baru fakultas kedokteran itu berlangsung meriah. Meraka saling berinteraksi hingga sampailah pada puncak acara, yaitu pelantikan secara simbolis mahasiswa baru yang baru saja resmi sebagai mahasiswa kedokteran di kampus ini
Pelantikan secara simbolis itu di lakukan oleh Mitha selaku wakil tingkat lima dan Fatan selaku perwakilan dari tingkat tujuh.
Setelah pelantikan, acara berlanjut ke acara bebas yang diselingi dengan acara makan - makan.
" Hai, nama kamu Mitha, kan..?" sapa Reno. Cowok itu mencoba untuk memperkenalkan diri pada Mitha.
" Gue, Reno. Kita sama satu jurusan. Cuma gue kakak kelas lo. "
Mitha hanya mengangguk mendengar ucapan Reno.
Sesaat Mitha merasa heran. Jujur saja, baru kali ini Reno menyapa dirinya. Walaupun mereka satu kampus, namun kakak tingkatnya itu tak pernah sekalipun menegurnya. Padahal kelas mereka berdekatan. Bagi Mitha, Reno adalah tipe cowok narsis yang hanya bisa pamer kekayaan orang tua saja.
Dia sering melihat Reno nongkrong bersama kedua orang temannya yang juga sama narsisnya dengan Reno.
Cowok - cowok itu sering menjadi buah bibir di seluruh kampus lantaran terkenal ganteng dan tajir. Namun, Mitha tak pernah sedikitpun tertarik pada mereka. Baginya, hanya nama Edo saja yang boleh masuk ke ruang dihatinya. Yang lain hanya lewat, numpang kulo nuwon, istilah dalam bahasa Prancis nya.
" Permisi, gue mau bantuin teman gue dulu."
Mitha berjalan ke arah Gadis yang sedang sibuk menyiapkan snack untuk para mahasiswa.
" Lo kapan, pulang, Dis? " tanya Mitha.
sambil tangannya sibuk bantuin Gadis memasukkan snack ke dalam tas plastik merah besar.
" Gue masih lama. Kalo lo mau pulang, lo pulang aja duluan. Atau lo bisa minta tolong Edo buat nganterin lo. Bukannya tadi kalian perginya sama-sama?" kata Gadis.
" Nggak mau,. .Lagian Edo dari tadi menghilang entah kemana. Gue pulangnya bareng lo aja. " jawab Mitha.
" Ya, udah. Kalo Lo mau, lo bisa tunggu gue. Kita bisa pulang bareng, nanti." tawar Gadis.
Mitha mengangguk tanda mengiyakan usul Gadis.
Setelah membantu Gadis, Mitha duduk di kursi dekat taman, berdekatan dengan kampus yang posisinya berdekatan dengan posko utama. Tangannya sibuk mengutak - atik handphonenya untuk menghubungi Edo. Namun hape cowok itu tak bisa dihubungi, membuat Mitha merasa heran sekaligus kesal kepada Edo.
" Ihh....si Edo kemana, sih?!! " Mitha kesal sambil menghentak kaki.
" Hai, lo masih di sini. Nungguin siapa?" sebuah suara membuat Mitha menoleh sejenak.
Reno, cowok itu tiba-tiba sudah muncul di hadapannya sambil menenteng sebotol air mineral.
" Gue tungguin teman gue. Dia masih sibuk ngebersihin sisa - sisa pelantikan tadi." jawab Mitha sekenanya.
" Oke,... boleh aku temanin? " tanya Reno.
" Hem.... " jawab Mitha yang memilih menjawab dengan deheman saja. Dia sedang malas untuk ngobrol karena masih kesal pada Edo.
" Lo lagi nungguin pacar lo? " tanya Reno.
Mitha mengernyitkan alis. " Pacar? Maksud lo, cowok? "
" Iya, cowok yang tadi pergi bareng lo.. " kata Reno.
Mitha pun paham siapa yang dimaksud Reno.
" Dia bukan cowok gue." jawabnya datar.
Reno menarik napas, lalu mengangguk tanda paham, weh.. tidak... tapi lega. Dia lalu menyodorkan sebotol air mineral ke arah Mitha.
" Nih, minumlah.... barangkali kamu haus."
Awalnya Mitha enggan, namun pada akhirnya dia menerima air juga kemasan itu dan meneguknya beberapa teguk karena dia merasa agak sedikit haus.
"Jadi lo masih single.? " Reno tersenyum ke arah Mitha.
Mitha mengangguk.
Kepala Reno manggut - manggut sambil menatap Mina.
Tiba-tiba, Mitha merasakan pusing.
" Lo kenapa, Mitha. Muka lo pucat banget..?" tanya Reno terlihat khawatir. Padahal sebenarnya hatinya bersorak gembira. Rencana besarnya pasti berhasil kali ini.
" Entahlah..., kepala gue pusing banget. Badan gue lemas banget. Sebaiknya gue pulang saja. Gue mau nyari Gadis, dulu." kata Mitha sambil mencoba untuk berdiri. Tapi mengapa jalanan yang akan dilaluinya terlihat seperti melengkung ke atas dan ke bawah.
Baru saja Mitha hendak melangkah, tubuhnya sudah keburu ambruk. Sigap tangan kekar Reno menyangga tubuh cewek itu dan memapahnya menuju ke sebuah ruangan.
Ruangan yang memang dikhususkan untuk Reno dan kedua sahabatnya untuk menghabiskan waktu jika tak ada mata kuliah.
Maklum saja, Reno adalah anak dari pemilik kampus ini. Jadi dia bisa dengan leluasa melakukan segalanya di kampus ini.
" Sebaiknya lo istirahat di sini aja..! " samar - samar Mitha mendengar suara Reno sebelum akhirnya kesadarannya benar-benar hilang. Tubuhnya serasa ringan melayang ke awang - awang.
...----...
Malam semakin beranjak larut. Di sebuah kamar yang berada di wilayah kampus itu juga, seorang pemuda sedang mengerang nikmat setelah pelepasannya yang entah sudah beberapa kali.
" Akh, kau sungguh nikmat sayang..." desisnya di ujung pelepasannya.
Di bawahnya, terkukung tubuh mungil milik seorang gadis yang terkulai tak sadarkan diri. Setelah mencabut miliknya dari tubuh sang gadis, dia lalu menghempaskan diri di samping tubuh gadis itu. Mengecup sekilas kening gadis itu lantas merebahkan diri di sisinya. Tak lama kemudian, suara dengkuran halus terdengar dari pemuda itu. Di wajahnya terlukis sebuah senyum kepuasan. Puas karena hasratnya sudah tersalurkan.
Keesokan harinya, Mitha, gadis itu terbangun. Alangkah terkejutnya cewek cantik itu, saat mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya. Di sampingnya, terbaring seorang cowok yang keadaannya tak jauh berbeda dengan dirinya. Sadarlah Mitha apa yang telah terjadi.
Tangis Mitha pecah. Dia meraung dan menjerit histeris sambil memukuli dadanya. Dia merasa hancur dan juga merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri. Mitha sangat terguncang saat mengetahui apa yang telah menimpa dirinya.
Merasa terganggu oleh suara tangisan Mitha, cowok itupun lantas terbangun. Sama halnya dengan Mitha, cowok itu juga sama kagetnya ketika menyadari bahwa tak ada satupun pakaian yang melekat di tubuhnya.
" Kamu.....?" Matanya membulat sempurna ketika menyadari bahwa mereka sama-sama tak berpakaian.
Buru - buru dia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya.
Keduanya lantas saling berpandangan. "Kita, eh..maksudku" tanya cowok itu. Mitha tak menjawab, hanya tangisnya yang kembali pecah. Cewek itu tak bisa berkata - kata lagi. Dia sungguh terguncang dengan peristiwa yang baru saja menimpa dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sity Asmary
wee teman gila ini benar🤣😭
2022-11-12
0