...༻⑅༺...
Lova dibuat kaget dengan ciuman Nathan yang begitu tiba-tiba. Gadis itu segera mendorong Nathan sekuat tenaga. Hingga membuat lelaki tersebut jatuh terjungkal.
Nathan terkejut bukan main. Sebagai seorang pangeran, dia tentu merasa terhina.
"Kau kenapa, Lova? Tidak biasanya kau begini?" tukas Nathan sembari melebarkan kelopak mata. Ia segera berdiri. Lalu menarik tangan Lova.
Kini Nathan yang mendorong Lova. Sampai gadis itu jatuh terhempas ke ranjang. Sebelum menggauli Lova, Nathan menghabiskan satu gelas bir terlebih dahulu.
Karena tergesak-gesak, cairan beralkohol yang diminum Nathan belepotan kemana-mana. Bahkan sampai menetes ke dagu dan leher.
Lova memanfaatkan waktu untuk beranjak dari ranjang. Tetapi Nathan sigap menghentikan. Lelaki itu memegang kuat kedua tangan Lova.
"Aku sudah katakan kepadamu, Lova. Kau itu seperti obat bagiku," ungkap Nathan. Ia menindih Lova dengan tubuhnya.
"Hei! Kau tidak bisa begini." Lova berusaha keras bertahan. Walau dia sekarang berperan sebagai wanita PSK, bukan berarti dirinya akan menyerahkan tubuhnya begitu saja. Terlebih wajah tampan Nathan sangatlah menggoda.
"Hei? Kau?! Sejak kapan kau bicara secara tidak hormat kepadaku?" balas Nathan.
"A-aku sebenarnya sedang ada masalah! Sungguh! Aku tidak bisa melakukannya. Aku yakin kau juga tidak seburuk itu," ujar Lova.
Mendengar Lova berkata begitu, Nathan melemah. Dahinya berkerut samar. Perkataan Lova tadi berhasil menghentikan niatnya untuk memaksa berhubungan intim.
Nathan mendengus kasar. Ia mengambil botol berisi alkohol. Kemudian merebahkan diri ke ranjang.
Berbeda dengan Lova yang justru memilih duduk. Dia bingung menyaksikan sikap Nathan yang mendadak berubah. Lova yakin, lelaki tersebut sedang mempunyai masalah serius.
'Aku yakin menjadi anggota kerajaan tidak semudah itu,' batin Lova. Dia lantas mengambil segelas alkohol.
Lova menatap minuman dalam gelas. Sebenarnya dia ragu. Sebab dalam seumur hidup, Lova tidak pernah memimun alkohol.
Dengan raut wajah yang meringis, Lova menyesap minuman dalam gelas. Rasa pahit langsung menghantam. Lidah Lova bahkan sampai terjulur keluar.
"Hahahaa...." Nathan tergelak melihat reaksi Lova. Ia perlahan merubah posisi menjadi duduk. Tidak tanggung-tanggung, Nathan meminum alkohol langsung dari botol.
"Luar biasa," komentar Lova sembari geleng-geleng kepala.
Nathan lagi-lagi terkekeh. Menatap Lova dengan sudut matanya.
"Apa yang terjadi kepadamu? Sikapmu sangat berbeda," cetus Nathan.
Lova tersenyum singkat. Menurutnya dia bisa bicara jujur dengan orang yang sedang mabuk. Lagi pula, dirinya yakin pasti Nathan tidak akan percaya.
"Apa kau benar ingin tahu? Aku bersedia menceritakannya," sahut Lova. Ia memutar badan menghadap Nathan. Lelaki itu lantas melakukan yang sama. Hingga keduanya duduk berhadapan di atas ranjang.
"Aku tidak sabar mendengarnya. Kau tahu..." Nathan menjeda ucapannya demi menenggak alkohol. Setelah selesai, dia melanjutkan, "baru pertamakali aku melihatmu terlalu banyak bicara. Biasanya Lova yang aku tahu selalu diam dan pasrah dengan apapun."
"Maka dari itu aku akan beritahu alasannya kepadamu," ucap Lova. Sedikit mencondongkan kepala ke arah Nathan.
"Hmm..." Nathan siap mendengarkan.
"Sebelumnya, apa kau percaya sihir?" tanya Lova.
Nathan tergelak. Sampai menampakkan deretan gigi atasnya yang rapi. "Ya, aku percaya. Minuman ini adalah sihir bagiku," sahutnya sambil memperhatikan botol berisi alkohol yang dipegang.
Lova memutar bola mata jengah. Dia mengerti apa yang dimaksud Nathan. Namun dirinya di sini benar-benar menyinggung perihal sihir. Karena berada di dunia yang tidak biasa, Lova sekarang percaya kalau sihir itu ada. Mengingat dia juga menemukan kartu tarot misterius tanpa alasan jelas.
"Aku bicara mengenai sihir yang bisa merubah seseorang menjadi apapun. Dan itulah yang aku alami sekarang. Aku sebenarnya bukan Lova yang ini, tapi Lova dari dunia lain!" Lova menepuk dadanya dua kali.
"Apa kau bilang? Ceritamu agak membuatku pusing. Kau Lova tapi bukan Lova?" Nathan bingung. Baginya penjelasan Lova terlalu ambigu.
"Iya! Bisa dibilang begitu. Wajahku memang sama. Tapi aku memerankan identitas orang lain. Kau tahu hal yang lebih gila? Aku tahu bagaimana alur cerita dunia ini berjalan. Setidaknya setengah halaman," ungkap Lova. Bicara menyerocos begitu saja.
"Bwahahaha! Kau semakin aneh. Sepertinya efek alkohol yang baru saja kau minum. Aku tahu kau itu mudah sekali mabuk." Nathan tentu tidak mempercayai penuturan Lova. Baginya dunia sekarang terlalu modern untuk mempercayai sesuatu seperti sihir.
"Ah benar. Coba lihat ini!" Lova tidak peduli terhadap tanggapan skeptis dari Nathan. Dia justru mengeluarkan kartu tarot misterius dari dalam bra. Lalu memperlihatkannya kepada Nathan.
"Apa? Aku tidak melihat apapun. Apa kau mengajakku bercanda?" mata Nathan menyipit. Ia tidak bisa melihat kartu tarot yang dipegang oleh Lova.
"Tidak melihat? Benarkah? Coba perhatikan lagi." Kini Lova memperlihatkan kartu tarot lebih dekat ke mata Nathan. Namun reaksi lelaki itu tetap sama.
Nathan malah terkekeh. Dia meraih tangan Lova dan mengecupnya dengan lembut. "Kau sengaja memberikanku aroma khas buah dadamu kan?" tanggapnya seraya tersenyum nakal. Tangan Nathan perlahan menyentuh paha Lova yang sejak tadi terpampang jelas.
"Terserah. Aku sudah menduga kau tidak akan percaya. Bahkan saat mabuk begini," sahut Lova sembari menjauhkan tangan Nathan dari paha. "Aku sebenarnya sedang datang bulan," ucapnya berusaha melindungi diri.
"Kau hari ini terlihat bicara lebih melantur dibandingkan aku. Tapi aku merasa kepribadianmu lebih menyenangkan. Kau memang seperti obat bagiku, Lova..." ungkap Nathan. Ia segera merebahkan kepala ke pangkuan Lova. Memejamkan matanya dengan tenang.
Lova terdiam seribu bahasa. Dia masih heran dengan kartu tarot yang dirinya miliki. Bagaimana bisa Nathan tidak bisa menyaksikan kartu tersebut? Lova tentu tidak mempercayai respon Nathan tadi. Ia akan mencoba menanyakan orang lain.
Lova yang merasa lelah, menggeser kepala Nathan ke samping. Sebab kakinya sudah pegal menumpu kepala berwajah tampan itu. Sekarang dia merebahkan diri ke tepi ranjang. Sengaja menjaga jarak dari Nathan.
Ketika waktu menunjukkan jam tiga dini hari, terdengar ketukan dari pintu. Lova menjadi orang yang lebih dulu bangun. Ia langsung membuka pintu. Ternyata orang yang datang adalah Jaden.
"Sudah waktunya Pangeran harus pulang. Bisa bahaya jika kedatangannya ke sini diketahui orang lain," imbuh Jaden.
"Tapi dia masih tidur!" Lova membuka lebar pintunya. Ia juga menyempatkan diri untuk menguap. Jaden mengerutkan dahi saat melihat gadis tersebut. Terkesan santai dan berbeda jauh dengan sikap Lova yang sebenarnya.
"Pengawal akan membopongnya keluar. Kau bisa kembali ke kamar," ucap Jaden.
Lova mengangguk. Dia segera berjalan menuju kamar. Jujur saja, Lova ingin kembali tidur.
Sambil melangkahkan kaki dengan malas, Lova melenggang menyusuri lorong. Dimana di sisi kiri dan kanan terdapat pintu-pintu kamar yang banyak.
Salah satu pintu kamar terbuka. Felly muncul sembari memperbaiki baju. Dia nampaknya baru saja melayani salah satu lelaki hidung belang.
Felly berseringai menyaksikan Lova. Mengetahui Lova masih mengantuk dan tidak fokus, Felly mengulurkan kakinya ke tengah jalan. Ulahnya sukses membuat Lova tersandung. Gadis itu jatuh terjerembab ke lantai.
"Hahaha! Kau itu memang cantik. Tapi selalu bersikap bodoh, Lova. Kebodohan keledai bahkan tidak bisa menandingimu." Felly tertawa puas. Ia juga menyempatkan diri untuk menempelkan jejak sepatunya ke wajah Lova.
"Hei!" geram Lova yang tak menyangka dengan serangan Felly. Wajahnya terlihat kotor karena tanah yang menempel di sepatu Felly.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Fitriani Fitriani
untung bisa di luluhkan pangerannya,kirain langsung di terkam
2022-09-26
1
◦◉✿°han_na°✿◉◦
ceritanya bagus👍 lanjut thor.. semangat🥰
2022-09-19
1
zeaulayya
Thor visualnya donk ,biar ngahalunya lancar🤭😁
2022-09-18
2