Tatapan mata itu, lima tahun yang lalu setiap hari Aku menatap bola mata berwarna biru itu, Mas Tejo ku ada di sini, Aduh Gusti piye to ini, Aku ndak bisa bergerak sama sekali, tatapan mata ini membuatku lumpuh tak berdaya.
Mr. Alvaro kian mendekatiku, ada sedikit rasa takut terbersit dalam pikiranku, iya kalau dia Mas Tejo ku, kalau dia orang lain? Hanya sekedar mirip? Ndak mungkin Aku menerima begitu saja sentuhan dari pria ini. Tapi, Aku tidak bisa bohong, jika berada didekatnya, seperti Aku berada di dekat Mas Tejo. Dia semakin erat menggenggam tangan ku, meskipun Aku sangat merindukan Mas Tejo, tapi Aku tidak bisa begitu saja menerima sentuhannya, setidaknya Aku butuh bukti jika Mr. Alvaro adalah Mas Tejo ku. Aduh Gusti! Kok dia makin mendekatiku, kini tubuhku pasrah bersandar pada dinding ruangan kerjanya, Aku tak bisa pergi kemana pun.
Tubuhku berhenti bergerak, hanya ada deru nafas yang mulai berlomba dengan detak jantungku yang semakin cepat. Mr. Alvaro mulai mendekati wajah ku, entah kenapa tiba-tiba saja Ia menyentuh pipiku dan mengusap lembut bibirku.
"Aduh Aduh Iki piye toh! Aku ora isoh ngaleh soko ngarepe Mr. Alvaro, koyo ono magnet sing nggandoli sikilku. (Aduh Aduh ini bagaimana ini! Aku tidak bisa pergi dari hadapan Mr. Alvaro, seperti ada magnet yang menarik kakiku)" batinku sembari menatap wajah Mr. Alvaro yang mulai berjarak sepuluh centi meter dari wajahku.
"Aku tidak tahu kenapa Aku ingin sekali menyentuhnya, gadis ini membuat ku merasakan ada getaran-getaran aneh yang mulai timbul dalam dada, wajah ini, bibir ini dan hangatnya nafas ini, seolah Aku pernah merasakannya."
Hampir saja Mr. Alvaro mencium bibirku, tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk oleh seseorang, sontak Aku pun segera mendorong tubuh Mr. Alvaro dan berlari menuju pintu keluar dari ruangannya, sejenak Aku menoleh ke arah Mr. Alvaro, Ia menatapku dengan tatapan yang tajam, Seolah-olah dirinya tidak akan pernah melepaskanku. Sedap-sedap ngeri saat Aku melihat ekspresi wajahnya kala itu.
Aku pun bergegas membuka pintu ruangan itu, kulihat asisten pribadinya tengah berdiri di depan pintu. Ia menatapku serius, kemudian Aku segera pergi dari tempat itu dengan perasaan yang campur aduk.
Aku kembali ruangan pantry dan Aku berusaha menetralkan perasaanku, apa yang sudah terjadi hari ini. Mas Tejo apakah itu benar-benar kamu, Mas. Rini datang menghampiriku dan melihatku yang sedang terlihat cemas.
"Mbak Nur! Mbak Nur kenapa? Mr. Alvaro memarahi Mbak Nur?" tanyanya dengan begitu khawatir. Aku menggelengkan kepala.
"Ndak Rin! Aku ndak apa-apa. Mr. Alvaro tidak marah padaku kok, justru dia marah sama ketiga wanita itu dan menyuruh nya untuk minta maaf sama Aku." mendengar pengakuan ku Rini sangat terkejut dan tidak percaya.
"Opo Mbak! Mr. Alvaro menyuruh ketiga cewek itu untuk minta maaf sama Mbak Nur! Waahhh ini ada yang aneh, opo jangan-jangan Mr. Alvaro suka sama Mbak Nur! Iya itu pasti!" Aku pun tertawa kecil mendengar Rini berbicara itu padaku.
"Yo ndak mungkin lah Rin! Aku siapa dia siapa. Tapi, ada satu hal yang membuat Mbak kepikiran." kataku setidaknya Aku harus memberi tahukan kepada Rini tentang apa yang sedang terjadi tentang Aku dan Mr. Alvaro.
"Apa itu, Mbak?" Rini semakin serius menatapku.
"Mr. Alvaro mirip sekali dengan Mas Tejo, Rin! Wajahnya, hidungnya, bibirnya dan bola matanya. Mereka berdua sangat-sangat mirip, ya Tuhan! Aku datang ke kota ini untuk melupakan Mas Tejo, tapi kenapa justru Aku bertemu dengan Mr. Alvaro yang wajahnya plek wajah suamiku, Mas Tejo." kataku sembari menundukkan kepalaku.
"Mosok toh, Mbak! Hmm berarti Mas Tejo suaminya Mbak Nur itu ganteng mbak, Yo? Pantesan aja wajah Evan mirip banget sama Mr. Alvaro ... eh eh Sik toh, Mbak! Opo jangan-jangan Mr. Alvaro itu Mas Tejo?" (Masa sih, Mbak! Hmm berarti Mas Tejo suaminya Mbak Nur itu ganteng ya, Mbak? Pantesan aja wajah Evan mirip banget sama Mr. Alvaro ... eh eh sebentar Mbak! Apa jangan-jangan Mr. Alvaro itu Maka Tejo?)
Tiba-tiba Rini berkata seperti itu padaku, Aku pun masih bingung, jika Mas Tejo itu adalah Mr. Alvaro, kenapa dia tidak mengingat ku sama sekali. Apa Mas Tejo ingatannya sudah pulih, sebelum Aku bisa membuktikan jika Mr. Alvaro adalah Mas Tejo, Aku tidak boleh tergoda dengannya begitu saja.
*
*
*
Sementara di ruangan kantor Mr. Alvaro, Sang asisten, Giman masuk ke dalam ruangan bosnya, Ia baru saja melihatku keluar dari ruangan Mr. Alvaro.
"Maaf Mister, tadi Nur kenapa kok terburu-buru? Apa Mister memecatnya?" tanya Giman sembari memperhatikan raut wajah Alvaro yang merasa cemas.
"Mister kenapa?" Giman mendekati Alvaro dan mengkhawatirkan keadaan bosnya.
"Aku tidak apa-apa! Hari ini Aku mau keluar sebentar, siapkan mobil!" titah Alvaro kepada Giman.
"Baik Mister!" Giman pun segera menghubungi sopir untuk segera menyiapkan sebuah mobil untuk Alvaro, dan tak menunggu waktu lama, mobil mewah itu sudah siap mengantarkan Alvaro pergi kemana saja.
"Mobilnya sudah siap, Mister!" seru Giman.
Akhirnya Alvaro beserta sang asisten segera turun dari lantai atas, penampilan Mr. Alvaro yang terlihat cool dan keren, menyita perhatian seluruh karyawannya. Tak terkecuali Aku dan Rini yang saat itu sedang membersihkan kaca di lobi kantor.
Sejenak Mr. Alvaro melihat ke arahku yang sedang sibuk membersihkan kaca, Rini tampak menyikut tanganku dan menunjukkan kepadaku jika Mr. Alvaro akan lewat dan mereka wajib memberikan hormat.
"Mbak Nur, ada Mr. Alvaro lewat, kita hormat dulu sama dia!" ucap Rini padaku. Aku pun berbalik dan melihat Mr. Alvaro yang berjalan melewati kami, dari kejauhan dia sudah memperhatikanku, saat Dia sudah sampai di depan ku, Aku dan Rini menundukkan kepala memberi hormat kepadanya. Namun, tiba-tiba saja Mr. Alvaro berhenti di depan kami berdua, Aku dan Rini sangat terkejut, kenapa tiba-tiba dia berhenti dan berdiri di depan kami.
"Kamu! Setelah ini bersihkan kaca dan lantai di ruangan ku, setelah Aku kembali, Aku ingin ruangan ku sudah bersih dan rapi. Mengerti!" ucapnya sembari menunjuk ke arahku.
"Ba-baik Mister!" jawabku sembari mengangguk. Kemudian setelah itu Mr. Alvaro segera keluar dari kantor, Ia pun tampak naik ke dalam mobil mewahnya bersama sang Asisten, sejenak Rini berkata kepadaku.
"Mbak Nur! Mbak Nur beruntung banget di suruh bersihkan ruangan Mr. Alvaro, biasanya yang bersihkan ruangan Mr. Alvaro itu Mas Tono, dia kepala bagian khusus yang mengurusi kita, Mr. Alvaro nggak mau sembarang karyawan nya boleh masuk tanpa izin untuk membersihkan ruangan kantornya." ucap Rini yang heran dengan sikap Mr. Alvaro kepadaku.
Sementara itu Alvaro kini tengah berada di dalam mobilnya, masih terngiang-ngiang wajah Nur yang mulai mengganggu fikirannya, sesekali mengusap wajahnya kala bayangan wajah gadis yang setiap hari membayangi nya, sekilas mirip sekali dengan Nur, karyawan cleaning servis nya itu.
"Mister kenapa? Dari tadi Saya perhatikan Mister terlihat cemas dan memikirkan sesuatu?" seru Giman kepada bosnya.
"Tidak apa-apa, hari ini Aku cuma ingin menenangkan diri sebentar!" jawab Alvaro. Dan tiba-tiba saja mobil mereka mendadak mengerem secara tiba-tiba.
Ciiiiiiiitttttttt
Tentu saja Alvaro sangat terkejut, Ia pun memarahi sopirnya yang sudah membuatnya benar-benar deg-degan.
"Kamu tuh bisa nyetir apa nggak sih?" umpatnya dengan nada yang cukup tinggi.
"Ma-maaf Mister! Ada anak yang nyebrang mendadak, tuh anaknya! Hampir saja dia tertabrak mobil kita." jawab sang sopir sembari menunjuk pada seorang anak yang sedang bersama seorang wanita paruh baya.
Alvaro melihat ke arah anak itu, Ia pun sedikit geram dengan orang tua si anak. Bagaimana bisa orang tuanya tidak mengetahui jika anaknya menyeberang tanpa pengawasan. Alvaro pun segera turun dan menghampiri anak dan perempuan tua itu.
Sementara di pinggir jalan, Bi Rodiah terlihat memeluk Evan yang baru saja Ia temukan, saat itu Bi Rodiah mengajak Evan untuk pergi ke pasar, mengingat di rumah Evan tidak ada yang jagain, sehingga Bi Rodiah memutuskan untuk mengajak Evan berbelanja di pasar. Sayang! Evan lepas dari genggaman tangan Bi Rodiah yang sedang sibuk memilih sayur untuk membuat gado-gado, Evan melihat ada yang jualan mainan di seberang jalan, dan Ia pun tampak menyeberang sendiri tanpa melihat kondisi jalanan yang ramai dengan kendaraan yang melintas.
Evan pun langsung berjalan menghampiri penjual mainan itu, sementara dari arah kanan, ada mobil Mr. Alvaro yang melaju dengan kecepatan sedang, beruntung sang sopir segera menyadari jika ada seorang anak kecil sedang berjalan menuju ke tengah jalan, dengan cepat sang sopir mengerem agar si anak tidak sampai tertabrak. Dari suara rem yang berbunyi. Bi Rodiah mulai menyadari jika Evan lepas dari genggamannya.
"Loh Evan! Kamu dimana toh, Le? Loh aduh Gusti, Evaaaannn!!" Bi Rodiah sangat terkejut melihat Evan yang sedang menangis di tepi jalan karena Ia kaget dengan mobil yang tiba-tiba semakin mendekatinya dan seolah ingin menabraknya.
Bi Rodiah segera berlari menghampiri Evan dan dengan cepat membawa Evan untuk menjauhi jalan raya.
"Evan! Kamu dari mana saja, jangan kemana-mana, Uti kan udah bilang, Evan pegangin baju Uti saja." kata Bi Rodiah sembari memeluk Evan dengan gemetar.
Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang yang sedang berdiri di samping Bi Rodiah. Dengan angkuhnya pria itu tampak memasukkan satu tangannya pada salah satu kantung jasnya sembari berkata, "Tolong! Di jaga baik-baik anaknya, untung saja sopir ku segera mengetahuinya, jika tidak anak itu bisa saja celaka!" ucap Mr. Alvaro kepada Bi Rodiah.
"Ma-maaf Tuan! Saya minta maaf, ini cucu Saya, Ini kesalahan Saya, Saya tidak tahu jika dia pergi, waktu itu saya sedang membeli sayur dan ....!" Bi Rodiah tidak melanjutkan kata-katanya karena Mr. Alvaro segera menyelanya.
"Tidak ada alasan lagi, jika mengajak seorang anak ke tempat seperti ini, Ibu harus benar-benar memperhatikan keselamatannya, Ibu faham!" ucap Alvaro sedikit bernada tinggi membuat Evan yang semula hanya menyembunyikan wajahnya pada Bi Rodiah, kini Anak itu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Mr. Alvaro sembari berkata, "Tuan jangan marahi Uti, Uti nggak salah, mobil Tuan saja yang nggak lihat jika Evan mau menyeberang!" ucap Evan kepada Mr. Alvaro yang tampak begitu terkejut.
"Deg!"
"Anak ini ?"
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Momy
Evan dia ayah mu
2022-09-28
0
afrena
pinter cah bagus, buat bapakmu sadar ya tole😁
2022-09-25
0
afrena
weala ms tejo, awaku mumet bacanya kapan diri sadar toh kang mas ama anak binimu😅🤭
2022-09-25
0