Hal yang menyedihkan bagi Belva adalah ketika dia harus pulang ke Surabaya, dan Gilang kembali lagi ke Jakarta.
Satu yang Belva sesali, kenapa waktu itu dia harus melanjutkan proses pendaftaran kuliah? Jika sudah seperti ini, tidak ada lagi yang bisa Belva lakukan selain bersabar selama empat tahun ke depan. Sampai dia lulus dan bisa bersama dengan Gilang setiap waktu.
Tidak harus menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Apalagi sebelum pulang ke Jakarta, hubungannya dengan Gilang sudah sangat baik. Membuat Belva semakin tidak rela berjauhan dengan Gilang.
Berbagai macam pikiran buruk tentu terpikirkan oleh Belva. Takut Gilang bermain perempuan di sana. Takut Gilang bertemu Mbak mantan yang kemarin batal dinikahi.
Tapi sebisa mungkin Belva mencoba untuk berpikir positif. Gilang di sana bekerja. Dan tidak mungkin akan main-main dengan perempuan lain. Itu yang selalu Belva tanamkan dalam otaknya ketika otaknya mulai overthingking.
Sejak Gilang kembali ke Jakarta, Gilang selalu aktif menghubungi Belva tanpa Belva minta. Mengabari setiap kegiatan Gilang tanpa Belva minta.
Tentu hal itu membahagiakan sekali bagi Belva. Sebab dulu Belva tak berani berharap sedikitpun Gilang akan menghubunginya seperti ini.
Satu hal lagi yang lebih mengejutkan. Ternyata Gilang juga sudah menyiapkan sebuah rumah di Surabaya yang akan mereka tempati jika Gilang datang ke Surabaya.
Seperti pagi ini, Belva sudah bersiap pergi ke kampus. Sedangkan Gilang masih bergelung di bawah selimutnya.
Belva mengenakan kemeja putih dipadukan dengan midi skirt warna pastel disertai belt pita. Dan memakai sepatu dengan warna putih. Rambut panjangnya dan bergelombang di bagian bawahnya dia gerai. Membuatnya nampak begitu cantik. Gilang saja hampir tak berkedip saat melihat istri belianya itu.
"Gimana, kak, penampilan aku?" tanya Belva sambil berputar-putar di hadapan kamera. Menunjukkan pada Gilang bagaimana penampilannya pagi ini.
"Secantik ini mau ke kampus, Bel?"
"Ya emang gini, kak. Aku juga nggak make up loh. Cuma pakai lip tint aja."
Gilang resah sendiri. Kalau seperti itu penampilan Belva setiap ke kampus, bisa-bisa banyak lelaki yang naksir pada istrinya.
"Kalau nggak usah kuliah aja gimana, Bel?"
Belva membelalakkan kedua matanya. "Kakak apaan, sih?" protesnya tak suka dengan ucapan Gilang.
Gilang terlihat mengacak rambutnya yang sudah berantakan. Membuat kini semakin berantakan saja. "Kalau gitu jangan macam-macam, ya, Bel. Ingat udah punya suami."
Mendengar ucapan Gilang, Belva mengulum bibirnya menahan senyuman. Mungkin ini pertanda bahwa Gilang mulai cemburu, pikir Belva.
"Ingat banget, kok, kalau udah punya suami ganteng. Kakak tenang aja. Hati dan pikiran aku cuma buat kak Gilang. Ya, meskipun mata aku nanti nggak bisa menolak kalau lihat yang ganteng-ganteng juga di kampus," ucap Belva berniat menggoda Gilang. Barangkali Gilang semakin terlihat cemburu. Kan, kalau seperti itu Belva jadi senang. Aiihhh!
"Bel... Yang namanya istri itu harus jaga hati, jaga pikiran dan jaga pandangan ketika jauh dari suami. Jangan malah lihatin yang ganteng-ganteng di sana. Kamu cantik. Mereka dilihatin sama kamu yang ada malah kepedean. Dikiranya kamu suka sama mereka lagi."
"Uuuhhh... Lucunya kalau lagi cemburu tuh. Jadi pengen cium. Eh!" Belva segera menutup bibirnya yang tidak sengaja berucap seperti itu.
Apalagi saat Gilang melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa didefinisikan. Bukan marah. Tapi lebih ke... Ah, sudahlah. Belva harus segera berangkat ke kampus. Hari pertama masuk, dia tidak boleh terlambat.
"Em, aku mau berangkat dulu, Kak. Kak Gilang cepetan mandi, ya. Habis itu ke kantor. Jangan lupa sarapan, jaga makannya, jaga kesehatannya _"
"Enggak disuruh jaga hati juga, Bel?" Gilang memotong ucapan Belva.
"Emm... Itu hak Kak Gilang. Nggak perlu aku suruh, kalau Kak Gilang ingat punya istri, pasti akan menjaga hatinya sendiri, kok."
Gilang tertawa kecil. "Iya. Hati-hati, ya, di sana. Lusa kakak datang ke sana."
"Iya, Kak. Aku tunggu."
Belva menghembuskan napas dengan lega setelah panggilan video call bersama Gilang sudah dimatikan. Belva tak perlu lagi menahan rasa salah tingkahnya di depan Gilang akibat ucapannya yang tidak dia sengaja.
🌻🌻🌻
Seperti apa yang diucapkan Gilang, Belva harus jaga hati dan pandangannya. Meskipun godaan cowok-cowok tampan ada di depan mata, tapi tetap Gilang yang paling tampan di matanya.
Apalagi pesona kakak-kakak tingkat yang terlihat begitu berwibawa saat mengenakan jas almamater mereka.
Tapi sekali lagi, ada hati yang harus Belva jaga. Gilang sudah memberinya kepercayaan. Dan Belva tak boleh mengecewakan.
"Belva, ya?"
"Emm, maaf. Siapa, ya?"
Belva tak mengenali lelaki yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya tinggi, tidak terlalu kurus tapi juga tidak gemuk. Standar. Wajahnya manis dengan hidung yang sedikit mancung.
"Benar-benar pelupa ya, kamu?"
Belva mengerutkan keningnya. Mengingat siapa lelaki yang ada di depannya ini. Kenapa bisa dia mengatakan kalau Belva ini pelupa. Seperti orang yang sudah mengenalnya sejak lama.
"Aku Reno, Bel. Mantan pacar kamu."
"Reno? Mantan aku?"
Kembali lagi Belva mengingat kapan dia pacaran dengan orang yang bernama Reno. Setelah beberapa saat, Belva baru ingat. Saat kelas dua SMP dulu, Belva sempat berpacaran dengan Reno anak kelas dua SMA. Walaupun hanya berjalan satu bulan saja masa pacaran mereka. Wajar kalau Belva lupa akan hal itu.
Lagi pula dulu Reno tak setampan ini. Tubuhnya dulu sedikit gemuk. Kulit tak terlalu cerah. Dan memakai kacamata. Tapi sekarang, waktu telah merubahnya.
"Oh, yang waktu itu pacarannya cuma sebulan?"
Reno tertawa mendengar ucapan Belva. Kenapa juga harus disebutkan masa pacaran yang tak begitu lama itu?
"Maaf. Kamu beda banget sama yang dulu. Glow up-nya nggak main-main."
Reno tertawa lagi. "Bisa aja kamu, Bel. Nggak nyangka, ya, bisa ketemu di sini? Padahal kita udah nggak ketemu bertahun-tahun, ya?"
Belva mengangguk membenarkan. "Makanya aku lupa. Pangling juga, sih, sama penampilan barunya."
"Sebenarnya aku udah lihat kamu semenjak pertama masuk kemarin, sih. Waktu PKKMB kemarin. Tapi aku nggak sempat mau nyapa kamu."
Baru dua orang yang Belva dulunya kenal kini bertemu lagi di kampus yang sama. Belva belum tau ada berapa lagi orang-orang yang dia kenali, akan kembali dia temui di kampus nanti.
***
Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa Belva sudah selesai kuliah hari ini. Mencari tahu dosen dari setiap materi pembelajaran. Menyesuaikan jadwal dan mencari teman baru sebanyak-banyaknya.
Sebisa mungkin Belva mencoba mengakrabkan diri tanpa menunjukkan latar belakang kehidupannya.
Biasanya, jika ada yang tau bagaimana latar belakang hidup Belva, akan ada yang minder untuk berteman dengannya. Dan ada juga yang sengaja cari perhatian agar bisa berteman dengan Belva.
🌻🌻🌻
Gilang merasa harinya mulai berwarna semenjak hubungannya dengan Belva mengalami peningkatan yang cukup besar.
Ponselnya tak pernah sepi dari pesan atau panggilan dari Belva. Dan Gilang pun tak pernah keberatan untuk meresponnya walaupun sesibuk apapun dia.
Seperti sore ini, Belva bercerita banyak hal melalui sambungan video call. Padahal Gilang sedang meeting bersama karyawannya.
Gilang memakai headset di telinganya. Sehingga hanya dia yang bisa mendengar ocehan manja Belva.
Gilang tak bersuara sedikitpun. Tapi dia mendengar setiap detail yang diceritakan oleh Belva. Belva sendiri juga tidak masalah karena dia juga tahu kalau Gilang sedang meeting.
Kedua mata Gilang melebar melihat apa yang terpampang di layar handphonenya. Belva sedang berganti baju di depan kamera meskipun letak kamera cukup jauh dari tempat Belva berganti baju.
Entah sengaja atau tidak, tapi hal itu membuat Gilang mulai gerah.
"Eh, ya ampun, kak. Maaf, aku nggak tau kalau kelihatan dari kamera. Aduh, aku nggak sopan, ya? Maaf, Kak," ucap Belva yang salah tingkah saat menyadari bahwa tempat untuknya berganti baju masih terekam kamera.
Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa pula dia harus meminta maaf? Sudah sah juga, bukan? Sudah halal. Tidak masalah jika Gilang melihatnya. Yang lebih pun boleh dilakukan, kok.
Gilang berdehem kecil, memberi isyarat pada Belva dengan tangannya agar diam sebentar. Gilang perlu waktu untuk mengakhiri meetingnya sore ini walaupun masih banyak yang harus dibahas.
"Apa-apaan kamu, Bel?" tanya Gilang dengan gemas setelah beberapa karyawannya keluar dari ruang meeting.
"Maaf," balas Belva merasa bersalah sekaligus malu.
"Kamu bikin kakak nggak bisa tidur malam ini."
"Kenapa, Kak? Maaf, ya, kalau aku salah. Tapi beneran, Kak, aku nggak tau kalau kakak masih bisa lihat."
"Bukan masalah itu, Bel. Kalau itu, sih, kakak seneng aja lihatnya. Masalahnya, ah... Ya udahlah, Bel. Kamu buat kakak merasa harus ke Surabaya malam ini juga."
"Eh, ngapain?"
"Kamu nggak ngerti, Bel?"
"Lagian cuma lihat aku ganti baju aja kakak udah mau ke Surabaya malam ini. Gimana kalau lihat aku mandi?"
Gilang menepuk dahinya lalu memijatnya pelan. Ulah Belva benar-benar membuat kepalanya atas bawah begitu pening sore ini.
♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
kalo hanya soal kuliah kan bisa pindah ke universitas yg ada dijakarta drpd LDR-an ampe 4thn..
LDR-an ujung"a bnyk pelkor dan pebinor,,apalagi pernikahan belva-gilang msh disembunyikan
2023-12-27
0
Tavia Dewi
lanjut tor,,,mulai seru.
2023-09-09
0
Siti Maryam
bikin bucin tu gilang
2023-05-25
0