Terbesit sedikit rasa cemburu di dalam hati Belva melihat keakraban Mikha dan Gilang. Mau bagaimana pun juga, mereka berdua pernah menikah sebelum akhirnya bercerai dan Mikha menjadi kakak ipar Gilang.
Ucapan Gilang bahwa Belva tidak paham akan hal "seperti itu", itu hanya upaya Gilang untuk menutupi alasan keduanya menikah. Belva yakin itu alasannya.
Hari itu Belva diajak oleh ibu mertua dan kakak iparnya untuk pergi ke salon. Girls day out kalau kata Mikha.
Mereka melakukan perawatan rambut, kuku dan spa. Benar-benar merilekskan tubuh mereka yang merasa kelelahan karena aktivitas masing-masing.
Kecanggungan Belva juga perlahan mulai memudar. Belva mulai bisa beradaptasi dan nyambung dengan obrolan mereka.
"Kenapa nggak kuliah di sini aja, sih, Bel? Nggak harus LDR-an sama Gilang. Ya, walaupun Gilang juga sering ke Surabaya, sih, untuk saat ini. Tapi kadang suami pengennya dekat istrinya terus, Bel," ucap Mikha saat mereka tengah melakukan perawatan kuku.
"Udah terlanjur di sana, Kak. Nggak apa-apalah sementara begini dulu. Kak Gilang juga nggak mempermasalahkan, kok."
"Dia nggak berani bilang mungkin, Bel. Takut kamu kepikiran apa gimana. Kerjaan dia di Surabaya, kan, nggak akan lama juga. Masa habis itu mau LDR lama? Nggak pengen dekat sama dia terus gitu?"
"Pengennya, sih, gitu, Kak. Tapi kak Gilang yang nggak mau dekat-dekat sama aku." Belva menjawab dalam hati. Jika dia mengatakannya pada Mikha, akan terjadi huru-hara nantinya.
"Nanti, deh, Kak, diomongin lagi sama Kak Gilang," ucap Belva menyembunyikan apa yang sebenarnya dia rasakan.
***
Butuh waktu beberapa jam untuk mereka bisa melakukan perawatan tubuh mereka. Setelah keluar dari salon ternama langganan Mikha dan Yunita, Yunita mengajak kedua menantu perempuannya untuk berbelanja di sebuah mall besar.
Mikha menarik tangan Belva dan mengajaknya ke toko pakaian dinas untuk suami. Belva sempat mengerutkan keningnya melihat baju-baju kurang bahan dan bahannya pun begitu tipis dan menerawang.
"Ambil sesuka kamu, Bel. Kali ini aku yang traktir," ucap Mikha pada Belva. Yunita hanya tertawa kecil dan langsung melipir ke bagian underwear.
Belva manggelengkan kepalanya. "Aku nggak pakai baju kayak gini, Kak," ucap Belva membuat Mikha membelalakkan kedua matanya.
"Eh, istri wajib punya baju kayak gini, Bel. Biar suami makin klepek-klepek. Ntar malam cobain, deh, pakai ini."
Mikha memilihkan lingerie yang begitu seksi jika dipakai oleh Belva. Berbagai model dan warna Mikha pilihkan untuk Belva. Ada merah, putih, hitam, pink, ungu, dan beberapa warna lainnya.
"Kak, udah aja. Ini kebanyakan."
"Setiap hari ganti, Bel. Sebulan ada tiga puluh hari. Berarti kita belinya juga harus tiga puluh," jawab Mikha tak memperdulikan Belva yang memprotes ucapannya.
"Dipotong hari datang bulan seminggu, Kak. Terus kita LDR juga, kan. Tiga hari sekali Kak Gilang baru ke Surabaya."
"Oh, iya, ya?" Mikha baru menyadarinya. "Ya udah berarti ini cukup, ya?" lanjut Mikha lagi.
"Kebanyakan, sih, Kak, sebenarnya."
"Udah. Nggak usah kebanyakan. Cukup, gitu aja."
Belva tersenyum canggung. Setelah itu Mikha meninggalkan Belva untuk memilih pakainnya sendiri. Meskipun yang ada di apartemen sudah puluhan lingerie, tapi Gavin selalu meminta Mikha untuk membeli yang baru. Model dan warna baru tentu saja.
***
Pukul delapan tepat, ketiga wanita beda usia itu baru saja sampai di rumah. Mereka asyik pergi berbelanja, jalan-jalan dan makan di luar. Sedangkan para suami sudah menunggu di rumah.
Ketiga lelaki itu hanya bisa menghembuskan napas dengan pelan saat melihat banyaknya kantong belanja yang dibawa pulang para wanita.
Entah apa yang mereka beli, mereka yakin tak hanya seratus juta yang mereka habiskan untuk satu hari ini saja.
Untung para suami giat bekerja. Penghasilan mereka sudah tidak diragukan lagi. Jadi tidak akan pusing jika para istri menghabiskan yang berapapun dalam satu hari.
Mikha langsung menghambur memeluk erat Gavin yang sudah menunggunya. Yunita pun juga langsung duduk di sebelah Anton.
Sedangkan Belva, dia hanya terdiam, berdiri sambil menatap Gilang sesaat. Rasanya ingin juga melakukan apa yang dilakukan Mikha dan Yunita. Tapi rasanya enggan. Ingat bahwa Gilang tak mencintainya seperti cinta yang diberikan Gavin pada Mikha, atau Anton pada Yunita.
"Belva langsung ke kamar, ya, Ma, Pa, Kak Mikha," ucap Belva.
"Oh, iya, Bel. Lain kali kita jalan-jalan lagi, ya," balas Mikha yang masih berada dalam pelukan Gavin.
"Iya, Kak," jawab Belva dan Belva langsung berjalan menuju kamar Gilang.
"Susulin tuh istri Lo. Gue yakin dia masih malu mau peluk Lo di depan kami." Mikha berucap pada Gilang. Gilang menaikkan kedua alisnya. Tanpa menjawab apapun, dia segera menyusul Belva yang sudah lebih dulu pergi ke kamar.
Saat Gilang masuk ke dalam kamar, lagi-lagi Belva sedang berada di kamar mandi.
Gilang tertarik untuk membuka isi paper bag yang dibawa oleh Belva tadi. Belanja apa dia sampai banyak sekali paper bag di tangannya.
Kedua mata Gilang terbelalak saat melihat banyak lingerie dari warna dan model yang berbeda. "Pasti kerjaannya Mikha kalau kayak gini," gumam Gilang pelan.
Saat Gilang sedang mengangkat satu buah lingeri berwarna hitam pekat, Belva keluar dari kamar mandi. Belva sempat menatapnya sesaat meskipun akhirnya dia segera mengalihkan pandangan. Malu melihat Gilang mengangkat pakaian seperti itu.
"Itu tadi yang beliin Kak Mikha. Kak Gilang bisa simpan di lemari buat istri kak Gilang suatu saat nanti," ujar Belva yang membuat Gilang menatapnya tak mengerti.
"Maksud kamu apa, Bel?"
"Aku nggak hamil, Kak. Jadi kakak nggak perlu melindungi aku lagi dengan pernikahan terpaksa."
"Saya nggak terpaksa menikah dengan kamu. Memang momennya saja yang tidak tepat, Bel. Saya nggak akan ceraikan kamu. Ini yang terakhir saya berkata seperti itu. Jangan dibahas lagi. Bukankah dulu kamu yang ingin menikah dengan saya?"
Belva memandang kosong ke arah jendela. Baru saja Gilang membuka pintu berniat untuk keluar, Belva sudah berucap lagi. "Memang. Tapi bukan dengan cara seperti ini yang aku mau. Untuk apa aku dinikahi kalau aku hanya dijadikan boneka saja? Lebih baik kita berpisah, dan aku bisa bersama dengan orang yang mencintai aku dan menerima aku apa adanya. Sama halnya dengan kak Gilang. Entah mencari yang baru, atau masih akan terjebak di masa lalu. Kakak masih cemburu, kan, lihat Kak Mikha bermesraan dengan kak Gavin? Aku bisa lihat meskipun kakak nggak mengatakannya. Atau mungkin kakak nggak mau jatuh cinta sama aku karena aku ini sudah bekas orang lain? Maaf kalau kesannya aku nggak berterimakasih sama kakak yang sudah mengorbankan pertunangan kakak demi menikahi aku yang kotor ini. Tapi demi Tuhan, kak. Aku rela menjadi janda daripada hidup dengan orang yang tidak mencintai aku. Aku memang ingin menikah dengan Kak Gilang. Tapi setelah sadar akan keadaan aku, aku nggak mau lagi karena aku sadar diri. Tapi Kak Gilang ingat siapa yang memaksa untuk menikahi aku? Siapa yang pasang badan untuk menjadi pahlawan di depan orangtua aku? Semua Kak Gilang yang melakukannya. Aku ingatkan kakak jika kakak lupa. Aku nggak pernah berbuat salah sama kak Gilang kecuali telah menerima pengorbanan Kak Gilang untuk menikahi aku. Jadi tolong jangan hukum aku seperti ini. Aku pun nggak mau jalan hidupku seperti ini, Kak."
Tanpa menunggu jawaban Gilang lagi, Belva mematikan laptopnya dan meletakkan kembali ke atas meja.
Belva memilih untuk membaringkan tubuhnya, membelakangi Gilang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Tangis Belva pecah saat itu juga. Terasa begitu menyesakkan karena Belva tak bisa melepaskan tangisnya dengan lega. Hanya mampu terisak tanpa suara. Dia menyesali semua yang telah dia lakukan. Semua hal yang hanya semakin membuatnya sakit hati dan kecewa.
Andai waktu bisa diulang, ada banyak hal dihidup Belva yang ingin dia rubah. Termasuk kejadian malam itu.
♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Runik Runma
kasihan
2024-02-15
0
Siti Maryam
nyesek thor..nangis aku
2023-05-25
0
💕Leyka Gallardiev 💕
bukanya Belva tadi baru keluar dari kamar mandi kok tau² udah nutup leptop aja .. agax bingung sih bacanya
2023-04-09
3