Malam itu juga, Belva dan Gilang berangkat menuju Jakarta menggunakan pesawat dengan jadwal penerbangan malam hari.
Tak sampai tengah malam, pesawat yang mereka naiki sudah mendarat di bandara Soekarno Hatta.
Selama di dalam pesawat, yang Belva lakukan hanya melamun. Memikirkan apa tujuan Gilang apa mengajaknya ke Jakarta setelah permasalahan semalam yang terjadi di antara mereka.
Sedangkan Gilang bisa tertidur dengan lelapnya selama di dalam pesawat. Selain memikirkan apa maksud Gilang, Belva juga asyik memandangi wajah tenang Gilang yang sedang terlelap.
Wajah Gilang masih seperti umur dua puluh lima meskipun sudah duda dan hampir kepala tiga.
Tampan9, dan tidak membosankan untuk dipandang. Keduanya ibarat pasangan artis Lyodra dan Riza Syah yang sedang diidolakan banyak remaja jaman sekarang.
Usia mereka juga terpaut cukup jauh. Namun perbedaan usia itu tak terlihat karena wajah Riza yang masih sangat muda. Seperti itulah Gilang dan Belva.
Kedatangan Belva dan Gilang disambut hangat oleh Yunita meskipun waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
"Apa kabar, Bel? Baik, kan?" tanya Yunita setelah mencium kedua pipi Belva.
Belva tersenyum manis. "Baik, Tante."
"Kok, panggil Tante, sih? Panggil Mama kayak yang lainnya, dong."
"Iya, Ma." Belva tersenyum lagi.
"Langsung istirahat aja, ya. Papa kamu udah tidur. Baru pulang jam sebelas tadi soalnya."
Gilang dan Belva menganggukkan kepala. Keduanya langsung berjalan menuju kamar Gilang yang juga berada di lantai dua.
Akhirnya, untuk pertama kalinya Belva masuk ke dalam kamar Gilang. Setelah satu bulan menjadi istri Gilang.
"Bersih-bersih dulu sebelum tidur, Bel. Biar nyaman tidurnya."
"Iya, Kak."
Belva pun masuk ke kamar mandi setelah mengambil beberapa keperluan yang dia butuhkan.
Setelah beberapa menit di kamar mandi, Belva akhirnya keluar dan berniat untuk segera tidur, seandainya bisa tidur. Walaupun dia juga bingung harus tidur dimana.
Jika di kamarnya sendiri, Gilang yang tidur di sofa. Lalu sekarang apakah kebalikannya? Belva yang akan tidur di sofa begitu?
Tapi ternyata tidak. Gilang sendiri sudah memposisikan tubuhnya di atas sofa di kamarnya.
"Kak?" Belva memanggil.
Gilang yang semula sudah menutup matanya menggunakan satu lengannya kini menatap Belva. "Ya, Bel?"
"Kenapa kakak tidur di situ? Ini kamar kakak. Jadi kakak yang lebih berhak atas kamar ini.'
"Saya tidak menganut paham seperti itu, Bel. Lalu kalau saya tidur di atas ranjang, kamu tidur di atas sofa gitu? Kamu pikir saya setega itu?"
"Aku nggak apa-apa, kok, kalau harus tidur di sofa, kak."
"Sudah, Bel. Nggak usah mikirin saya. Yang penting kamu nyaman."
Belva membagi ranjang menjadi dua tempat dengan dibatasi guling. Dengan memberanikan diri, Belva ingin menawarkan Gilang untuk tidur di atas ranjang yang sama dengannya.
"Tempat tidurnya udah aku bagi dua, Kak. Kakak bisa tidur di sebelah situ."
"Kamu yakin?"
Belva menganggukkan kepala meskipun dalam hati dia gugup sekali jika harus satu ranjang dengan Gilang. "Nanti badan kakak sakit semua karena tempatnya kurang leluasa. Udah dibatasi guling juga, kok."
"Serius?" Gilang bertanya, memastikan bahwa apa yang diucapkan Belva itu serius.
Belva mengangguk tanpa ragu. "Serius, Kak."
Tanpa menunggu Gilang berpindah dari sofa ke tempat tidur, Belva segera membaringkan tubuhnya dan membelakangi tempat yang akan ditiduri oleh Gilang. Berharap dia bisa segera memejamkan matanya.
Ranjang yang sedikit bergoyang menandakan bahwa Gilang sudah tidur di sana. Jantung Belva semakin tidak karuan. Ini pertama kalinya dia satu ranjang dengan Gilang.
***
"Aaaa..." Belva berteriak kencang saat baru saja dia membuka matanya. Membuat Gilang membuka matanya dengan segera.
Keduanya sama-sama terkejut dalam hal yang berbeda. Jika Gilang terbangun karena teriakan Belva, Belva terkejut karena saat dia membuka kedua matanya, tubuhnya sudah dalam pelukan Gilang yang begitu erat.
Guling yang jadi pembatas di antara mereka pun sudah pergi entah kemana. Dan siapa pula yang menyingkirkan guling itu dari tengah-tengah keduanya.
"Apa, sih, Bel, teriak-teriak begitu?" Tanya Gilang dengan wajah yang masih mengantuk. Enggan sekali untuk membuka kedua matanya. Tapi karena teriakan Belva yang begitu melengking membuatnya mau tidak mau harus bangun.
"Kakak ngapain peluk-peluk aku? Nggak sopan ya, kakak ini. Mau cari kesempatan apa gimana?"
"Kesempatan apa, sih, Bel? Lagian siapa yang duluan meluk? Kamu loh."
Belva membelalakkan kedua matanya. "Jangan ngarang, Kak. Aku nggak mungkin meluk-meluk kakak begitu."
"Ya kenyataannya memang begitu. Saya habis dari kamar mandi semalam. Tapi waktu mau tidur lagi, kamu lempar itu guling dan mepet-mepet ke saya. Besok, deh, pasang cctv biar keliatan yang cari kesempatan siapa. Nyuruh tidur di ranjang karena mau cari kesempatan, kan, peluk-peluk saya? Pakai alasan kasian segala."
Belva merasa malu jika itu memang benar adanya. Mau bagaimana pun juga, yang terjadi semalam juga diluar kehendaknya kalau memang dia yang terlebih dahulu memeluk Gilang. Namanya juga orang tidur nyenyak. Sudah pasti tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.
Besok-besok tak akan lagi Belva ulangi untuk menawarkan tempat tidur pada Gilang. Biarkan saja Gilang mau tidur di mana.
***
Gilang dan Belva tidur terlalu nyenyak. Entah karena kelelahan, atau tidur terlalu larut bahkan dini hari mereka baru bisa tidur, atau karena nyamannya mereka ketika berpelukan.
Jadi saat keduanya terbangun, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
Setelah melalui perdebatan kecil yang membuat Belva malu, Belva segera membersihkan dirinya. Mandi, gosok gigi dan lain-lain dan segera turun ke lantai satu.
Saat Belva turun, Mama mertuanya dan kakak iparnya sudah berbincang hangat di ruang keluarga. Belva menatap keduanya. Mereka terlihat begitu akrab. Yunita terlihat sangat menyayangi Mikha.
"Nanti kalau Belva sudah bangun kita ke salon bareng, ya, Sayang. Mama pengen hangout dengan anak-anak perempuan Mama."
"Boleh, Ma. Tapi, kok, Belva nggak bangun-bangun ya, Ma? Tadi kayaknya udah teriak. Diapain tuh sama si Gilang?" Mikha dan Yunita tertawa kecil.
Sedangkan Belva yang belum bergabung dengan mereka, menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Malu karena teriakannya ternyata terdengar sampai lantai satu.
"Biasa. Namanya juga pengantin baru. Kamu kayak nggak pernah saja, sayang."
Mikha tertawa keras mendengar ucapan mamanya. "Mama pasti nggak betah kalau menginap di apartemen, Ma."
"Mama nggak mau coba-coba kalau gitu, deh," balas Yunita lantas keduanya kembali tertawa.
Tawa Mikha tiba-tiba terhenti saat melihat Belva di ujung tangga. Berganti dengan sebuah senyuman manis. "Belva, udah bangun? Sini gabung sama kita."
Belva tersenyum malu dan menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak."
Belva duduk diantara Mikha dan Yunita. Kepalanya menunduk mendapatkan tatapan penuh godaan dari Mikha.
"Tadi diapain sama Gilang sampai teriak begitu?" tanya Mikha pelan.
"Emangnya beneran kedengaran ya, Kak?"
Yunita dan Mikha terkekeh geli. "Udah, Mikha. Kasian Belva, malu nih dianya."
"Enggak apa-apa, Ma. Hal kayak gini bukan hal yang tabu lagi untuk dijadikan pembahasan kita. Iya, kan, Bel?"
"Jangan bahas kayak gitu ke Belva, Mikha. Dia malu tuh. Lagian belum ngerti juga dia soal begitu," ucap Gilang yang baru saja turun. Dia sudah rapi dengan setelan kerjanya dan langsung menuju ruang makan untuk sarapan yang kesiangan.
Mikha dan Yunita saling berpandangan. Lalu menatap Belva yang terlihat salah tingkah. "Bel, jangan bilang kalau kalian belum pernah melakukannya," ucap Mikha penuh dengan intimidasi.
Belva menundukkan kepalanya. Semakin malu mendengar ucapan Mikha.
"Beneran belum, Bel?" Yunita menimpali.
Mereka terdiam sesaat. Belva tidak tahu bagaimana ekspresi wajah ibu mertua dan kakak iparnya karena dia hanya bisa menundukkan kepalanya.
Tak berselang lama, terdengar tawa yang keras dari bibir keduanya. "Gilang.... Kasian banget, sih, Lo," teriak Mikha. Puas menertawakan Gilang.
"Diam, Mikha. Gue habisin ini sup manten kesukaan Lo baru tau rasa."
"Nggak ada ya, Lang. Awas Lo kalau sampai habis itu sup."
♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Alita Niwa
iya bknnya tdnya nikah sma saudranya belva ya
2023-06-27
1
Atun Ismiyatun
kok bisa thor mikha mantan istrinya gilang,,terus sekarang dapat kakaknya gilang,dimana critanya...
2023-06-13
1
Hamimah Jamal
janganlah Mikha dan Gilang terlalu akrab Thor, karna bagaimanapun mereka Pernah jadi suami istri...
2023-03-02
7