Part 9

Deburan ombak, langit yang berwarna jingga, membuat Belva semakin enggan meninggalkan pantai meskipun waktu sudah hampir malam.

Belva mengunjungi sebuah pantai yang masih sepi pengunjung. Tak banyak yang tau ada pantai seindah itu di pinggiran Jawa timur.

Tempat yang selalu Belva datangi setiap dia merasa ingin sendiri. Lima bulan yang lalu, Belva menemukan pantai ini saat mobil yang Belva dan teman-temannya naiki mengalami mogok di daerah pantai tersebut.

Karena bosan menunggu mobil yang sedang diperbaiki, Belva dan teman-temannya berjalan-jalan dan akhirnya melihat pantai yang indah itu.

Belva dibuat jatuh cinta dengan keindahannya. Hingga dia begitu rindu dengan pantai tersebut. Lalu menjadikannya tempat untuk menenangkan dirinya.

Terkadang, Belva merasa ingin sendiri. Menghindar sejenak dari kehidupannya di kota. Dan pantai itu menjadi tempat tujuannya.

Andai tak memikirkan kekhawatiran Budhe di rumah dan kedua orangtuanya yang pasti akan ditelepon oleh budhe jika Belva tak kunjung pulang, Belva ingin camping saja di pantai itu.

Sayang, suasana masih sangat sepi. Jalanannya pun kanan kiri masih hutan lebat. Jika terlalu malam sedikit saja, sudah jarang mobil yang lewat sana. Belva akan semakin takut nantinya.

[Kamu dimana, Bel? Budhe bilang ke Papa dan Mama kalau kamu belum pulang. Papa sama Mama telepon saya nanyain kamu.]

Entah harus senang atau sedih membaca pesan dari Gilang. Juga pesan dan panggilan dari kedua orangtuanya yang baru saja masuk pemberitahuannya karena handphone Belva baru mendapatkan sinyal saat mulai masuk pedesaaan.

Apa harus menghilang dulu agar Gilang mencarinya?

^^^[Aku baik-baik saja, Kak. Sudah di jalan mau pulang.]^^^

[Baiklah. Hati-hati di jalan. Kabari saya kalau sudah sampai rumah.]

"Buat apa? Kamu sendiri melupakan hal itu, Kak. Buat apa aku harus ngabarin kamu?" Belva bermonolog.

Belva tau masih panjang perjuangannya untuk mendapatkan hati Gilang. Tapi Belva masih bingung harus memulai dari mana untuk memperjuangkan cintanya. Sedangkan Gilang sendiri saja tak berniat untuk membuka hatinya.

Kata orang, cinta akan datang karena terbiasa. Terbiasa apa? Terbiasa bersama? Lalu kalau Gilang saja tidak ingin Belva ada di sampingnya, bagaimana bisa cinta yang datang karena terbiasa itu benar-benar ada di antara Belva dan Gilang?

***

Keputusan Belva untuk berkuliah disambut dengan bahagia oleh kedua orangtuanya. Itu yang mereka mau sebenarnya. Tapi kalau pada akhirnya harus menikah terlebih dahulu, tak masalah asalkan Belva bisa menjalani kedua peran tersebut dengan baik.

Pagi ini, Vita begitu antusias membantu Belva menyiapkan segala keperluan Belva untuk kuliah. Hari pertama Belva masuk kampus untuk melakukan PKKMB. Yaitu Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru.

Belva pastinya akan bertemu dengan orang-orang baru yang nantinya akan menjadi temannya di kampus nanti.

"Kamu sudah telepon Gilang belum kalau hari ini hari pertama kamu kuliah?" tanya Vita.

"Kak Gilang udah tau, kok, Ma."

"Dia pulangnya kapan, ya, Bel? Mama udah nggak sabar nungguinnya. Soalnya kemarin nitip tas baru dari sana."

"Tas baru dari Jakarta, Ma?"

"Kok, Jakarta, sih, Bel? Gilang kan, lagi ada di Sidney sekarang."

"Apa?" Belva tentu saja sangat terkejut. Gilang tak pernah mengatakan kalau dia akan keluar negeri. Dia hanya berkata bahwa dia akan datang ke Surabaya dua Minggu lagi. Walaupun sampai lebih dari dua Minggu pun Gilang belum juga datang ke Surabaya.

Ternyata Gilang ada di luar negeri. Dan Belva tidak tahu akan hal tersebut. Begitu tidak pentingnya Belva di kehidupan Gilang. Statusnya sebagai istri hanya berada di atas kertas saja.

"Kamu nggak tau, ya? Padahal udah sejak seminggu yang lalu dia di sana."

Belva menggeleng sedih. "Kak Gilang nggak ngomong apa-apa sama aku, Ma."

"Dia nggak pengen kamu khawatir aja mungkin. Biar kamu fokus juga sama persiapan kuliah kamu."

Belva tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Iyakan saja ucapan mamanya. Belva tak ingin melihat Vita sedih jika tahu bagaimana hubungannya dengan Gilang.

***

Belva mencoba untuk tetap memberikan senyuman terbaiknya saat berkenalan dengan teman barunya di kampus. Sejenak melupakan apa yang menjadi beban pikirannya.

Sebisa mungkin Belva bersikap profesional. Masalahnya dengan Gilang tidak perlu dibawa sampai ke kampus.

"Belva, kan, anaknya Pak Darmawan?"

Belva mengerutkan keningnya. Mengingat gadis seumurannya yang mengenali dirinya, namun Belva sama sekali tak mengenal gadis tersebut.

"Siapa, ya? Kok, tau aku anaknya Pak Darmawan?"

Gadis itu tersenyum lebar. "Jelas aku tau. Ayahku karyawan di kantor Pak Darmawan."

"Oh, ya ampun. Bagian apa?"

"Ayahku HR manager."

"Oh, kamu anaknya Pak Ridwan? Harusnya kita pernah ketemu, ya, waktu gathering keluarga satu tahun yang lalu?"

"Iya, seharusnya. Tapi kamu malah di kamar terus kata Bu Vita. Ngambek karena tempatnya terlalu dekat."

Belva tertawa kecil mengingat kejadian setahun yang lalu. Belva pikir akan diajak gathering ke Bali atau Lombok. Tapi ternyata hanya di Malang saja. Walaupun tempatnya bagus, tapi waktu itu Belva tetap ingin ke Bali atau ke Lombok.

"Oh, ya ampun bikin malu aja waktu itu, ya."

Keduanya kembali tertawa mengingat hal itu.

"Kenalin, aku Rania. Kamu ngambil hukum juga?"

"Ah, iya. Kamu juga, kan?"

Rania mengangguk membenarkan. "Alhamdulillah, udah ketemu satu temen kalau gitu."

Rania dan Belva kembali tertawa. Sejenak Belva lupa nama Gilang dan sekelumit tentangnya yang pergi ke luar negeri tanpa mengatakan apapun padanya.

Bahkan Gilang tak mengatakan apapun saat waktu dua Minggu dia akan datang lagi tidak dia tepati.

Gilang dan Belva pun masih jarang berkomunikasi. Apalagi jika tidak ada hal penting yang ingin ditanyakan. Handphone Belva masih sepi notifikasi pesan dari Gilang.

🌻🌻🌻

"Kamu nggak pengen ngajak Belva untuk sekalian honeymoon, Lang?"

"Enggak, Ma. Sebentar lagi dia mau masuk kuliah."

"Lagian kenapa, sih, nggak diajak ke sini aja si Belva? Kuliah di sini, kan, juga bisa."

"Belva udah terlanjur keterima di sana, Ma. Lagipula aku kan, juga sering ke Surabaya."

Begitulah kira-kira percakapannya bersama Yunita, sehari sebelum Gilang berangkat ke Sidney sekitar dua puluh hari yang lalu.

Ya, sebagai pengantin baru, harusnya dia mengajak Belva sekalian untuk berbulan madu. Tapi jangankan berbulan madu, mencintainya saja Gilang belum bisa.

Bahkan dengan teganya Gilang tak mengatakan apapun kalau dia akan pergi keluar negeri. Gilang akui memang dia setega itu pada Belva.

Besok dia akan kembali ke Indonesia. Gilang pun juga berencana akan mendarat di bandara Juanda dan akan langsung mendatangi rumah Belva.

***

"Oalah, Mas Gilang, to? Masuk, Mas." Asisten rumah tangga Gilang tersenyum lebar saat membukakan pintu untuk Gilang.

"Budhe bawa apa?" Tanya Gilang melihat budhe membawa baskom kecil berisi air hangat dan juga handuk kecil di pundak budhe.

"Oh, ini air hangat untuk mengompres perut Mbak Belva. Biasa, Mas, hari pertama datang bulan. Mbak Belva selalu minta tolong buat dikompres perutnya."

"Oh. Biar saya saja kalau gitu." Gilang mengambil alih baskom dan handuk tersebut.

Dengan senang hati Budhe Puji memberikannya kepada Gilang. Kalau dulu biasanya dia yang melakukannya, sekarang ada Gilang sebagai suami yang akan memberikannya.

Gilang segera menaiki tangga menuju kamar Belva. Dengan pelan membuka pintu kamarnya, lalu melihat Belva yang tidur meringkuk membelakangi pintu.

"Lama banget, sih, Budhe. Belva udah nggak tahan," ucap Belva tanpa menoleh. Dia mengira kalau yang masuk ke kamarnya adalah budhe-nya.

"Hadap sini, Bel. Biar_"

"Kak Gilang?" Belva langsung terperanjat. Untuk sesaat nyerinya hilang. Namun Belva kembali mendesis pelan saat nyeri itu kembali terasa.

"Tiduran aja. Biar saya yang kompres perutnya."

Belva menggeleng. "Sama budhe aja."

"Budhe-nya biar istirahat dulu. Ini udah malam."

"Ya sudah aku sendiri aja, Kak."

"Udah. Nurut sama saya."

Belva akhirnya menuruti perintah Gilang.

Dengan sigap Gilang membasahi handuk kecil lalu memerasnya. Setelahnya Gilang menaikkan sedikit kaos yang dipakai Belva. "Maaf, ya," ucapnya sebelum Gilang melakukannya.

Jantung Belva berdegup kencang. Meskipun hanya mengompres perutnya, tapi Gilang sudah melihat sebagian tubuh yang dia tutupi selama ini.

Bulu kuduknya juga berdiri saat kulit perutnya tak sengaja bersentuhan dengan tangan Gilang.

"Berarti malam itu nggak meninggalkan apapun di dalam sini, ya, Bel?"

"Maksud Kak Gilang apa?"

"Yang lelaki itu lakukan tidak sampai membuat kamu hamil."

Belva menatap kedua mata Gilang. Jantungnya berdegup semakin kencang. Kembali teringat akan malam itu. Malam yang membuat Gilang harus menikahinya padahal Gilang tidak salah apa-apa.

"Lalu kakak mau menceraikan aku?"

"Kenapa berpikir seperti itu?"

Belva bangun dan duduk. Berhadapan dengan Gilang. "Terus maksud kakak apa ngomong kayak gitu?"

"Maksud saya_"

"Aku tau kak Gilang nggak cinta sama aku. Nikahin aku juga karena kasian buat nutupin aib aku kalau aku beneran hamil. Sekarang udah tau kan, aku nggak hamil? Kak Gilang bisa ceraikan aku. Kak Gilang nggak harus berpura-pura peduli kayak gini ke aku. Kak Gilang nggak perlu lagi terbebani dengan adanya aku. Makasih udah nolongin aku dan keluargaku, Kak. Aku siap kalau kakak mau ceraikan aku."

"Bel, saya belum selesai bicara. Kamu_"

"Dan aku nggak mau dengar apa-apa lagi, Kak. Maaf kalau aku nggak sopan. Makasih udah bantu aku buat kompres perut aku. Kakak bisa keluar dari kamar aku dan bisa tidur di kamar tamu. Jadi kakak nggak harus tidur di sofa lagi."

"Bel_"

Belum selesai bicara, Belva sudah kembali merebahkan dirinya. Membelakangi Gilang dan menutut seluruh tubuhnya, bahkan kepalanya pun dia tutupi dengan selimut tebalnya.

♥️♥️♥️

Jangan mancing perkara sama cewek pms, Gilang!! cewek pms kalau tabrakan sama macan, macannya yang minta maaf 😴😴

Terpopuler

Comments

Sukma Wati

Sukma Wati

benar.. perempuan klo lagi pms gak ada lawan

2023-10-04

3

Anita noer

Anita noer

itu mah macanx ga punya gigi kali thor🤣🤣🤣🤣🤣🤣aq gagal fokus lo....org udah ikut merasa emosi pas belva marah2...eh authorx malah guyon😆😆😆😆😆

2023-08-30

0

Aviqa Zahrah Aviqa

Aviqa Zahrah Aviqa

aq jd tambah mewek bacanya

2023-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 46
48 Part 47
49 Part 48
50 Part 49
51 Part 50
52 Part 51
53 Part 52
54 Part 53
55 Part 54
56 Part 55
57 Part 56
58 Part 57
59 part 58
60 Part 59
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 69
71 Part 70
72 Part 71
73 Part 72
74 Part 73
75 Part 74
76 Part 75
77 Part 76
78 Part 77
79 Part 78
80 Part 79
81 Part 80
82 Part 81
83 Part 82
84 Part 83
85 Part 84
86 Part 85
87 Part 86
88 Part 87
89 Part 88
90 Part 89
91 Part 90
92 Part 91
93 Part 92
94 Part 93
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102
104 Part 103
105 Part 104
106 Part 105
107 extra part 1
108 extra part 2
109 Extra part 3 ( END )
110 Terimakasih
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 46
48
Part 47
49
Part 48
50
Part 49
51
Part 50
52
Part 51
53
Part 52
54
Part 53
55
Part 54
56
Part 55
57
Part 56
58
Part 57
59
part 58
60
Part 59
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 69
71
Part 70
72
Part 71
73
Part 72
74
Part 73
75
Part 74
76
Part 75
77
Part 76
78
Part 77
79
Part 78
80
Part 79
81
Part 80
82
Part 81
83
Part 82
84
Part 83
85
Part 84
86
Part 85
87
Part 86
88
Part 87
89
Part 88
90
Part 89
91
Part 90
92
Part 91
93
Part 92
94
Part 93
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102
104
Part 103
105
Part 104
106
Part 105
107
extra part 1
108
extra part 2
109
Extra part 3 ( END )
110
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!