Part 7

Belva dilanda keresahan di saat tidak mendapat kabar dari Gilang. Sudah dua hari kepulangan Gilang ke Jakarta, tapi Gilang belum juga mengabarinya.

Permintaan Belva untuk dikabari setelah Gilang sampai di Jakarta nyatanya hanya dianggap angin lalu. Jangankan ketika sudah sampai di Jakarta. Bahkan sudah dua hari pun Gilang belum juga menghubunginya.

Entah sedang sibuk. Atau memang lupa jika Belva sudah menjadi istrinya.

Belva juga tak berani menghubungi Gilang lebih dulu. Alasan Gilang menikahinya membuat Belva tak berani lagi untuk bersikap agresif seperti saat mengejar Gilang dulu.

Belva tak tahu harus apa dengan pernikahannya ini. Benar apa yang dikhawatirkan Vita. Anaknya yang baru genap usia sembilan belas tahun saat pengumuman kelulusan sekitar dua bulan yang lalu itu belum paham soal pernikahan.

Akan lebih baik dia kuliah, bermain, belanja bersama teman-temannya.

Tapi Belva tak menyesali apa yang telah menjadi keputusannya. Kuliah dengan status menikah juga tidak masalah, bukan?

Belva membuka situs halaman sebuah kampus tempat dia mendaftarkan kuliah, tanpa sepengetahuan orangtuanya pula. Hal itu dia lakukan sebulan setelah kelulusannya. Juga sudah melalui serangkaian tes untuk masuk ke universitas tersebut.

Itupun hanya iseng saja sebenarnya. Otaknya yang pas-pasan membuatnya merasa malas untuk kembali sekolah.

Tapi siapa sangka kalau dia justru diterima di salah satu universitas ternama di Surabaya? Belva jadi bingung sendiri. Tetap kuliah atau mengabdikan seluruh hidupnya untuk menjadi seorang istri. Seperti keinginannya sejak awal.

"Kuliah-lah, Belva. Udah, deh, mikirin nikahnya nanti-nanti aja. Nikmatin dulu masa mudanya. Kuliah, jalan-jalan, jajan, belanja. Masa anaknya Pak Darmawan pendidikannya cuma sampai SMA doang?"

Belva mengedipkan kedua matanya dengan cepat, membuatnya terlihat begitu lucu. Tidak tahu saja si Eliza, sahabatnya, kalau Belva sudah resmi menjadi seorang istri.

Pernikahannya yang sengaja tidak dipublikasikan bahkan digelar dengan sangat private tak membuat orang-orang mengetahui hal tersebut. Bahkan sahabat Belva sendiri. Entah apa jadinya nanti jika Eliza tahu soal pernikahan Belva.

"Emang jadi anaknya Pak Darmawan harus kuliah, ya?"

"Ya kalau Lo nggak ada bekal pendidikan siapa yang akan jadi penerus harta Papa Lo yang nggak ada batasannya itu?"

"Lebay, ah. Masa duit nggak ada batasnya."

"Habisnya kaya banget. Sayang anaknya rada-rada sangklek."

"Apa, sih, El? Ngeselin!"

Eliza tertawa melihat Belva terlihat kesal. "Jangan disia-siakan tuh kesempatan. Cepetan daftar ulang. Waktu Lo nggak lama."

"Iya, bawel!"

🌻🌻🌻

Gilang tersenyum tipis melihat Belva masih tertidur lelap di balik selimut tebalnya.

Untuk menyelesaikan pekerjaannya di Surabaya, Gilang tak lagi harus menginap di hotel. Ibarat pulang, dia sudah ada rumah untuk dituju. Yaitu rumah kedua orangtua Belva.

Mendatangi Belva karena sekarang Belva adalah istrinya.

Rasa bersalah di hati Gilang terasa membesar saat menyaksikan wajah polos Belva yang tertidur lelap. Bukan dia lupa untuk tidak mengabari Belva setibanya di Jakarta tiga hari yang lalu.

Hanya saja Gilang belum terbiasa untuk melakukan hal tersebut. Gilang terbiasa sendiri tanpa ada yang harus dikabari selain Mama dan papanya. Itupun akan Gilang lakukan jika Yunita sudah mengomel sepanjang rel kereta.

Gilang masih menatap wajah Belva saat Belva menggeliat dan membuka matanya secara perlahan. "Kak Gilang?" tanyanya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Nggak ah, cuma halu." Belva berbalik badan membelakangi Gilang dan menutup wajahnya dengan selimut.

"Eh, kok, malah tidur lagi? Udah sore, bangun!" kata Gilang membuat kedua mata Belva terbuka sepenuhnya.

"Loh, beneran Kak Gilang? Aku pikir aku cuma halu aja tadi. Maaf, Kak."

Gilang tertawa kecil. "Nggak apa-apa."

"Kak Gilang kapan sampainya, kok, aku nggak dengar?"

"Belum lama. Kamu tidur nyenyak banget jelas nggak dengar saya datang."

Belva mengangguk membenarkan. "Kak Gilang udah makan?"

Gilang menggelengkan kepalanya. "Belum."

"Ya udah ayo makan dulu. Budhe udah masak banyak tadi."

Budhe adalah panggilan untuk asisten rumah tangga di rumah Belva.

"Ada acara apa kok, masak banyak? Bukannya Papa dan Mama lagi ke Denpasar?"

Belva tersenyum lebar. "Aku udah feeling, sih, Kak Gilang mau datang. Biasanya juga tiga hari sekali kakak ke Surabaya. Jadi aku minta tolong budhe untuk masak yang agak banyak. Turun, yuk."

Tanpa menunggu Gilang, Belva segera keluar dari kamar menuju meja makan. Dimana sudah tersedia banyak macam lauk pauk dan sayuran yang Belva minta untuk dimasakkan guna menyambut kedatangan Gilang.

"Nasinya jangan banyak-banyak, Bel," ucap Gilang pada Belva yang sedang menyendokkan nasi ke piring Gilang.

"Oke. Mau sup sayurnya?"

"Boleh."

"Pakai ayam goreng sama tempe. Ditambah sambal bawang enak banget, Kak. Cobain, deh."

"Sambalnya jangan banyak-banyak. Saya nggak terlalu suka makanan pedas."

"Oh, oke. Noted. Lain kali bikin sambalnya nggak perlu banyak-banyak kalau gitu. Selamat makan, Kak Gilang."

Belva full senyum saat memberikan sepiring nasi yang sudah lengkap dengan sayur dan lauknya pada Gilang.

Gilang sempat terpana. Namun segera menepisnya. Takut rasa itu hanya sementara dan terlanjur membuat Belva bahagia. Jika hanya sesaat, Gilang takut Belva merasa sakit hati atas sikap Gilang.

"Kamu nggak makan, Bel?"

"Belum lapar, Kak. Tadi udah makan di luar sana temen aku."

"Oke."

***

Gilang duduk di pinggir kolam renang, menunggu Belva selesai berenang. Gadis belia yang menjadi istri Gilang itu terlihat begitu piawai bermain di dalam air.

Berenang kesana kemari tanpa lelah. Bahkan bisa tahan menyelam di dalam air selama lebih dari lima menit.

Tentu saja. Belva sendiri sudah terlatih renang semenjak dia berusia lima tahun.

Gilang segera mengulurkan handuk saat Belva naik ke permukaan dan duduk di pinggiran kolam. Handuk kimono untuk menutupi lekuk tubuh sintal milik Belva yang mendadak membuat Gilang menelan ludah.

"Udah berenangnya. Udah sore takutk kamu masuk angin terlalu lama main air."

Belva terkekeh kecil. "Udah biasa, kok, renangnya lama begini."

Gilang mengulurkan tangannya untuk membantu Belva untuk berdiri. Tanpa ragu Belva menerima uluran tangan tersebut.

"Maaf, ya, Bel," ucap Gilang tiba-tiba. Membuat Belva menoleh dan memandang Gilang dengan lekat.

"Maaf untuk apa, kak?"

"Kemarin saya nggak ngabarin kamu. Saya_"

"Nggak sempat, ya, Kak? Atau malah lupa karena nggak biasa." Belva tertawa kecil menutupi rasa sedihnya. Belva tak ingin terlihat menyedihkan di hadapan Gilang.

Gilang tersenyum canggung. Merasa tak enak hati atas apa yang dia lakukan. Lagi pula, kenapa juga bisa tepat sekali tebakan Belva. Gilang tak terbiasa akan hal tersebut.

"Kakak nggak harus ngabarin aku kalau kakak keberatan. Atau nggak biasa melakukannya. Yang terpenting kakak baik-baik aja di sana. Itu udah cukup buat aku. Aku ke kamar dulu buat mandi, ya, Kak."

"Iya, Bel."

***

Meskipun sudah lima hari menikah, tapi ini adalah malam kedua mereka berada di dalam kamar yang sama sebagai suami istri.

Belva tak berharap lebih lagi karena Gilang sudah membaringkan tubuhnya di atas sofa.

"Kak?" Belva bersuara.

"Ya?" Gilang menjawab tanpa melihat Belva.

"Aku keterima di universitas xxx."

Gilang yang semula sudah merebahkan diri kini kembali menegakkan tubuhnya setelah mendengar ucapan Belva. "Keren tuh. Kenapa baru bilang?"

"Baru kemarin aku taunya. Aku juga baru ngomong ke kak Gilang. Belum ngomong sama Papa Mama."

"Terus kenapa kayak sedih gitu? Bukannya seneng, ya, mau kuliah?"

"Padahal aku daftarnya cuma iseng, kak. Taunya malah keterima."

"Rejeki itu namanya. Jadi harus dimanfaatkan dengan baik, ya. Kuliah yang bener."

Belva menganggukkan kepalanya. Belva pikir Gilang akan mengatakan, "kalau kamu kuliah di sini, saya nggak bisa bawa kamu ke Jakarta."

Tapi ternyata itu hanya ekspektasinya saja. Realitanya justru Gilang terlihat bahagia mendengar Belva diterima di universitas di Surabaya.

***

Tadi aku udah browsing pemirsa. dan ternyata beberapa universitas masih membuka pendaftaran sampai bulan Agustus. bahkan ada juga yang sampai bulan Oktober. nggak pernah kuliah. semua modal browsing. 😅😅

Terpopuler

Comments

Tavia Dewi

Tavia Dewi

nikah hanya status ja kasihan,,klo saya jujur lebih baik di cintai dari pada mencintai.kasihan Lo bel

2023-09-09

0

ardwdw

ardwdw

bikin si Belva pinter ya thor

2023-08-28

1

Didik Setyawan

Didik Setyawan

crta aneh,ngajak'n nikah tp gk pnya nfsu.crta munafik nie...

2023-03-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 46
48 Part 47
49 Part 48
50 Part 49
51 Part 50
52 Part 51
53 Part 52
54 Part 53
55 Part 54
56 Part 55
57 Part 56
58 Part 57
59 part 58
60 Part 59
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 69
71 Part 70
72 Part 71
73 Part 72
74 Part 73
75 Part 74
76 Part 75
77 Part 76
78 Part 77
79 Part 78
80 Part 79
81 Part 80
82 Part 81
83 Part 82
84 Part 83
85 Part 84
86 Part 85
87 Part 86
88 Part 87
89 Part 88
90 Part 89
91 Part 90
92 Part 91
93 Part 92
94 Part 93
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102
104 Part 103
105 Part 104
106 Part 105
107 extra part 1
108 extra part 2
109 Extra part 3 ( END )
110 Terimakasih
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 46
48
Part 47
49
Part 48
50
Part 49
51
Part 50
52
Part 51
53
Part 52
54
Part 53
55
Part 54
56
Part 55
57
Part 56
58
Part 57
59
part 58
60
Part 59
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 69
71
Part 70
72
Part 71
73
Part 72
74
Part 73
75
Part 74
76
Part 75
77
Part 76
78
Part 77
79
Part 78
80
Part 79
81
Part 80
82
Part 81
83
Part 82
84
Part 83
85
Part 84
86
Part 85
87
Part 86
88
Part 87
89
Part 88
90
Part 89
91
Part 90
92
Part 91
93
Part 92
94
Part 93
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102
104
Part 103
105
Part 104
106
Part 105
107
extra part 1
108
extra part 2
109
Extra part 3 ( END )
110
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!