Menikahi Sersan Mayor
Konflik yang ku sajikan dalam cerita ini hanyalah konflik batin, konflik yang sangat ringan. Tidak ada greget, tidak ada rahasia, tidak ada balas dendam ataupun identitas tersembunyi. Halu nya tidak terlalu tinggi, hanya menceritakan kehidupan di dunia nyata yang wajar. Jadi silahkan di coba sampai bab 10. Jika tidak ada feel bisa langsung left 😇😇
Dan mohon dengan sangat!!!! Yang baru baca, kalau tidak suka langsung skip saja. Nggak usah ninggalin jejak menyakitkan.. Semoga paham ya... Yang nggak paham berati anda nggak punya hati. Dan maaf bagi reader yg komentarnya buruk atau dengan kata2 kasar, maaf langsung saya blok.
...🌷🌷🌷...
Aku tak pernah tahu seperti apa sakitnya pengkhianatan yang suamiku alami, tapi aku tahu persis bagaimana rasanya menjadi istri yang tak di pandang.
Namun, meskipun mas Bima belum menganggapku sebagai istri, aku tetap bertahan demi putrinya yang kini berusia empat tahun. Sosok gadis kecil yang selalu bisa mengalihkan pikiranku dari mas Bima, menjadi penghibur di kala lelah menyergap, serta mampu membuatku melupakan perlakuan ayahnya.
Bukan karena KDRT, bukan juga penyiksaan ataupun kata-kata yang menyakitkan, melainkan diamnyalah yang justru memantik rasa nyeri di dalam hatiku.
Kami memang menikah karena perjodohan, dan ini, adalah tahun kedua aku menjadi istri mas Bima.
Tapi selama dua tahun pernikahan, kami sama sekali belum pernah melakukan kontak fisik layaknya suami istri pada umumnya. Hanya bersalaman dan mengecup punggung tangan saja skinship yang kami lakukan. Selebihnya tidak ada.
Tapi itu tidak masalah bagiku, sebab hidupku cukup berwarna dengan putri kecil dari mas Bima, bahkan hanya melihat senyumnya saja, aku sudah merasa sangat bahagia.
Entahlah, aku begitu menyayangi layaknya anak sendiri.
Dulu, saat mas Bima membawaku ke rumahnya, Syahla yang masih berumur dua tahun, belum mengerti tentang apapun.
Awalnya memang sulit ku dekati, tapi lambat laun gadis kecil itu terbiasa hidup denganku.
Lalu sekarang, dia bahkan selalu mencari dan merindukanku.
Pernah saat aku pergi ke Semarang untuk mengikuti workshop, mas Bima sampai kewalahan mengatasi moodnya yang memburuk sepanjang hari, padahal hanya ku tinggal selama sehari, tapi berkali-kali mas Bima menelfon hanya untuk menanyakan kapan pulang.
Aku juga pernah berniat berhenti kerja supaya bisa fokus merawat Lala, tapi kata mas Bima aku harus memikirkannya matang-matang sebab tidak mudah mendapatkan gelar ASN.
Mengingat perjuangannya yang sulit, aku pun mengurungkan niat untuk pensiun dini.
Sementara mas Bima pun sama denganku yang juga seorang ASN, berprofesi sebagai TNI AU berpangkat Sersan Mayor. Dia sering sekali pergi ke luar kota bahkan luar provinsi untuk melaksanakan kewajibannya sebagai abdi negara.
Usianya tiga puluh empat tahun.
Bagiku, mas Bima adalah sosok pria dewasa yang irit bicara dan minim senyum. Entahlah, mungkin itu hanya berlaku untukku saja, sebab setahuku, mas Bima tak sedingin itu pada keluarga, teman-teman, juga putrinya.
Aku sendiri Dewi Arimbi, usiaku dua puluh enam tahun.
Setelah lulus ujian ASN, aku bertugas di kantor perpajakan di salah satu kabupaten di Surabaya.
Sosok mas Bima yang terpaut delapan tahun denganku, sudah menjadi pemilik hati sejak aku duduk di bangku MA.
Sering sekali pria itu berkunjung ke ponpes milik kakek Arifin. Dan setiap kedatangannya selalu menarik perhatianku untuk terus menatapnya secara diam-diam.
Aku sempat menciut saat mas Bima membawa mbak Hana ke ponpes dan memperkenalkannya pada kakek Arifin sebagai calon istrinya.
Hingga beberapa tahun kemudian, aku mendengar kabar bahwa mbak Hana, yang tak lain adalah bundanya Syahla tertangkap basah sedang berselingkuh sampai melakukan hubungan suami istri di rumahnya saat mas Bima ada tugas ke luar kota.
Kepulangannya yang ingin memberikan kejutan pada mbak Hana, justru berbalik mengejutkannya.
Di situlah kekecewaan mas Bima berawal.
Yang membuatnya kian sakit hati, secara terang-terangan mbak Hana lebih memilih hidup dengan pacarnya dan meninggalkan Syahla yang saat itu baru berusia tujuh bulan.
***
Ngomong-ngomong soal pernikahanku dan mas Bima, memang seperti itu adanya, kami jarang sekali berbincang-bincang. Kami hanya bicara seperlunya, itupun mengenai Syahla.
Mas Bima bahkan tak pernah meminta bantuanku untuk urusan apapun. Kalau saja aku tidak berinisiatif sendiri membantunya, seperti mencuci baju atau hanya sekedar membuatkan teh, pria itu memilih melakukannya sendiri dari pada harus menyuruhku.
Ya, kami adalah sepasang suami istri yang sah di mata hukum negara dan agama.
Kami yang tinggal satu atap, bagai orang asing yang tak mengenal satu sama lain.
Pernikahan ini mungkin hanya sebatas di atas kertas, tapi aku akan tetap di rumahnya untuk putrinya.
Syahla Athalia Anggara
Bersambung
Yang baru baca prologue, setelahnya kasih rate dulu ya, nanti bisa lanjut lagi next partnya. Jangan lupa tap ♥ dan vote nya.
Like serta komentnya di setiap bab ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mia Sitakka
mampir thor
2024-11-11
0
khaerani suherman
bagus
2024-11-07
0
Anonymous
keren
2024-10-30
0