Matahari telah terbenam di ufuk maghrib. Bising suara kendaraan di jalan mulai terdengar mengisi suasana bakda maghrib. Sulastri masih terdiam mematung di depan kaca buramnya.
Ia tak punya parfum mewah untuk melumuri tubuhnya. Ia tak memiliki gincu untuk sedikit menghaluskan bibir keringnya. Dia hanya memiliki satu buah sabun di kamar mandi, yang ia pakai bersama anak-anaknya. Baju londres yang ia pakai tadi malam, kini dipakainya lagi. Ia tak mau berhias kalaupun ia memilikinya. Ia tak peduli siapapun dan apapun jabatan orang yang menunggunya di sana. Dia hanya tahu, apa yang akan dilakukannya malam ini adalah perbuatan keji dan menjijikkan.
Fahmi dan Farida terlihat mendekatinya. Keduanya kemudian berdiri di sisi kiri dan kanan Sulastri. Masing-masing kedua tangan Sulastri, mengusap lembut rambut keduanya. Lalu bergantian mencium kening keduanya.
"Sampai jam berapa ibu akan pergi kerja," kata Farida dengan logat cadelnya. Sulastri tersenyum. Ia menarik tubuh keduanya lebih dekat.
"Sebentar saja,"memandang bergantian kedua anaknya, "Kalian di sini baik-baik jaga adik kalian, mengerti?"
Keduanya mengangguk.
"Tapi kenapa kerjanya harus malam bu," kata Fahmi.
"Kalau siang, siapa yang jaga adikmu. Kalian berdua pergi sekolah, jadi ibu gak bisa kemana-mana,"
"Ayah kapan datang Bu,"tanya Farida lagi. Sulastri menoleh ke arah jam dinding. Sudah jam 7 lebih. Dia tidak peduli Bagas akan datang atau tidak. Bukan urusannya dan tidak akan berpengaruh apa-apa untuknya.
"Sudah sana, jaga adikmu. Sebentar lagi ayah kalian datang." Sulastri bangkit dan mendorong tubuh kedua anaknya dan mengarahkannya ke tempat tidur.
Suara pintu terdengar diketuk. Fahmi dan Farida berhamburan turun dari atas ranjang. Mereka berdua berlarian ke arah pintu sambil berteriak,
"Ayah!"
Bagas terlihat tersenyum di balik pintu. Ia mengangkat kedua tangannya. Tangan kiri memegang boneka panda, dan satunya lagi mobil truck ukuran besar. Farida dan Fahmi bersorak kegirangan dan langsung merebut kedua mainan itu dari tangan Bagas.
Sulastri berpaling. Melihat wajah Bagas, ia jadi ingin muntah.
"Bangsat!"umpatnya dalam hati.
"Fahmi, Farida, sini Nak."Sulastri memanggil keduanya. Keduanya berlarian ke arah Sulastri dan memperlihatkan mainan baru mereka. Sulastri mengacak-acak rambut mereka.
"Sudah, jangan ribut. Jangan sampai adik kalian bangun. Sekarang, Ibu mau pergi dulu, baik-baik di rumah dan tunggu sampai Ibu pulang." Mereka berdua mengangguk. Setelah mencium kedua kening mereka, Sulastri mengambil tasnya dan melangkah keluar.
"Ingat, jangan sampai kamu gak bisa membuat Raihan diam kalau nanti menangis. Aku gak mau tetangga komplain besok," Sulastri mengarahkan telunjuknya ke arah muka Bagas.
"Dimana Bosmu,"sambung Sulastri. Bagas membuka pintu dan menunjuk ke arah mobil yang berhenti di ujung gang.
"Namanya pak Yulian Wi_,"
"Alah, persetan dengan nama Bosmu, kamu dan dia sama-sama bangsatnya,"kata Sulastri memotong pembicaraan Bagas. Iapun segera berjalan menuju mobil. Penuh umpatan dan sumpah serapah.
Seorang laki-laki terlihat membukakannya pintu mobil depan. Sulastri masuk dan sejurus kemudian, mobil itu telah menghilang di balik tembok gang.
Bagas masih berdiri di depan pintu, walaupun mobil yang ditumpangi Sulastri dan pak Yulian Wibowo telah menghilang dari pandangannya. Dari binar-binar matanya, tampak ia sedang memendam kekecewaan dan penyesalan mendalam. Di saat ia ingin berubah dan ingin kembali memperbaiki rumah tangganya dengan Sulastri, justru ia telah menjerumuskan mantan istrinya ke lembah kehancuran.
Bagas mengusap air matanya lalu menutup pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments