Senin
Upacara bendera, ‘biasa’ anak laki-laki memang terkenal sangat malas dengan acara yang satu ini, kadang kala untuk menghindari acara yang satu ini mereka memiliki alasan yang sangat unik, sakit lah, terlambat lah, macet lah, dan masih banyak alasan lainnya.
Untuk Abimanyu, dia memilih nongkrong di belakang gedung sekolah.
Huuuuuuuufffg "malas banget, mau ikut upacara, panas!" bersama tiga sahabatnya diapun duduk bersandar di dinding. Asap rokok mengepul kelangit melingkar -lingkar.
Upacara bendera adalah hal yang paling membosankan. Berdiri di bawah terik matahari, menikmati wajah-wajah munafik berimajinasi dengan kemuliaan apalagi harus mendengarkan pidato-pidato membangun masa depan.
"Ah, males!"
Asap rokok terus mengepul melingkar-lingkar meliuk-liuk bak tubuh Sagittarius yang ada dalam fantasti remaja tegil satu ini.
“Abimanyu!”
“Hah!”
Ah, sulit. Guru BK sudah berdiri di belakangnya.
“Anak nakal!” tangan kokoh pak Syarif menarik rambut bagian telinga Abimanyu.
Andai saja bapak tau itu, "sakit!"Seperti ubun-ubun mau rontok! Alamat hari ini bakal di jemur Sampai jam mata pelajaran habis, alias sampai pulang, belum lagi bakal diomeli orang sekantor bahkan jika ketahuan Gita bibinya, bisa panjang urusan.
Benar kan! Tebakan remaja ini. Sudah bisa ditebak. Akhirnya dirinya benar-benar di hukum hingga habis mata pelajaran.
Di mana pula, my dearling, kenapa tidak menolongku.
Abimanyu memainkan ujung kakinya menangkap semut-semut yang lewat.
“Mampus Lo...!” katanya pada semut yang seolah-oleh mengolok-olok dirinya. Lalu dengan rasa tidak terima diapun menginjak serombongan semut dengan gaya seorang predator Titan melawan Manusia kecil.
Akhirnya perang antar dua dunia yang berbeda terjadi berlangsung. Abimanyu melompat-lompat dengan sombong, memajukan telunjuk jarinya, “mampus Lo juga...!” satu dua tiga ia mulai mematikan semut-semut itu, dan dengan banganya dia memukul-mukul dada layaknya gorila gunung yang memenangkan pertempuran.
“Abi!”
"eh," itu suara bidadariku dengan spontan Abimanyu menoleh.
Waaaakwaaau...si cantik, wanita khayalannya berdiri tepat dibelakangnya dengan senyuman menawan.
Bidadari bersayap perak itu menghampiri tempat dia di jemur.
"Kenapa?" Gita tidak bisa menahan senyumnya.
"Hai," Mardalena guru matematika juga kekasih rahasia Abimanyu melambaikan tangan pada Gita, keduanya saling bersalaman dan cipika-cipiki.
Lupa akan Abimanyu, Gita justru asyik berjalan beriring bercanda bersaman Mardalena.
"Huh!" kesal rasanya hati remaja itu merasa dinomor duakan oleh Gita. Wajahnya memperlihatkan mimik jenaka jeles dan manja dipadu jadi satu. Tanpa malu-malu...
‘’Bibi help me...!”
“Kamu kenapa?’’ Gita tersenyum geli melihat tingkah laku Abimanyu yang menurutnya sangat imut dan manis, ia sampai tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya.
‘’Mengapa malah menertawakan aku...!’’
Ha ha ha... Gita tertawa lepas memamerkan giginya yang berbaris putih, itu adalah pemandangan luar biasa buat seorang pemuja seperti Abimanyu, pemuda itu tertegun cukup lama, terpana dengan pesona yang ternyata lebih indah dari senja, lebih manis dari untaian warna pelangi. "Bibi benar-benar malaikat tercantik yang sangat berkilau bak bidadari bersayap perak." batin Abimanyu.
‘Bibiku’ dia begitu indah.
Jam sekolah sudah hampir usai, Gita dan Mardalena masih asyik dalam perbincangan, tidak ada dari keduanya yang membantu Abimanyu, bahkan mereka berdua berlalu sambil senyum- senyum. Tidak peduli dengan wajah masam remaja itu.
Dentang Bell sekolah menandakan waktu pulang. Riko dan kawan-kawan datang menertawakan Abimanyu.
"Nih tas Lo!" Riko melemparkan tas dan perlengkapan Abimanyu.
“Si tampan yang memiliki kesan urakan, Abimanyu. Kena Karimun!”
Ejek Hendrik, si gendut bulat yang lucu.
“Orang di kasih tau pake isyarat, kamu malah ngamuk...ya sudah nikmati saja di jemur!” ucap Riko menyerahkan tas dan perlengkapan belajar Abimanyu.
Dengan wajah sedikit kesal Abimanyu menyambut tasnya.
"Mau langsung pulang?” tegurnya pada Riko.
“Nggak mau nongkrong dulu,” Riko langsung bergabung dengan yang lain, ia hanya melambaikan tangan saja meninggalkan Abimanyu yang memilih duduk menunggu Gita.
‘’Bicit! Lo ya? Bab...y...!” umpatnya kesal pada Riko yang sempat memukul kapalnya sebelum pergi.
“Eh, Abi?... itu Bibi kamu ada apa ke sekolah kita? Jangan-jangan ia mau masuk jadi guru...” Abimanyu melirik pada dua wanita cantik yang melintasinya.
“Nggak mungkin lah...” jawabnya asal-asalan.
“Why...”
Mata Abimanyu melihat jauh, melintasi lapangan, jauh hingga ke seberang, tampak perbincangan, asyik antara Gita dan Mardalena, sepertinya mereka dekat atau memiliki sebuah topik hangat.
Gita sangatlah indah bahkan tak bisa di samakan dengan keindahan bulan purnama, indahnya dia tak tertandingi oleh apapun juga. Saat melihat wajah Bibinya, wajah Abimanyu bisa langsung memerah dan selalu kalah oleh pesona sagittarius, bahkan Gita lah yang menjadi kiblat untuk sebuah hubungan percintaannya. Gita malaikat bersayap perak yang berkilau di timpa cahaya matahari yang selalu menyilaukan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Strobery 🍓
bnyk 🍓🍓🍓🍓🍓🍓dri Strobery...smngt buat author di tunggu bab slnjutnya
2022-10-04
1
Strobery 🍓
pertama lgi...😊
2022-10-04
1
Strobery 🍓
kawus lho Bi, di hukumkan 😅😅
2022-10-04
1