Sah

...~Happy Reading~...

“Kok aku jadi gugup gini ya?” gumam Nasya setengah berbisik, ketika berjalan keluar kamar dan di gandeng oleh dua sahabat nya.

“Jangan gugup, coba untuk rileks aja Sya. Bismilah, jangan lupa,” balas Riska juga setengah berbisik. Kini mereka tengah berjalan menuju pelaminan dimana di sana Adnan dan yang lain nya sudah menunggu kedatangan Nasya.

Sementara Ryan dan Ryana berjalan di belakang Nasya bersama Abay dan juga Yoga. Tadi Ryan dan Ryana sengaja mengajak Yoga untuk menjemput Nasya di dalam kamar nya, dan jadilah kini mereka menjadi pengiring sang calon ibu sambung nya.

Tak berbeda dari Nasya, kini Adnan pun juga tengah di landa kegugupan. Sejak tadi, ia sedang berusaha untuk mengatur napas nya dan berlatih dalam hati agar tidak salah bila saat nanti mengucapkan janji suci nya kepada Tuhan di depan para saksi dan penghulu. Meskipun ini adalah pernikahan kedua, namun tetap saja sangat berbeda, dan dirinya tetap merasa gugup.

Dan ketika Nasya dan rombongan memasuki tempat acara. Semua mata langsung tertuju kepadanya, tak terkecuali Adnan, ia semakin di buat takjub dan terpukau melihat kecantikan Nasya yang membuatnya selalu tergila-gila.

Nasya berjalan dengan begitu anggun nya, sembari menampilkan senyuman yang begitu manis dan meneduhkan.

“Tarik napas yang dalam Sya, terus keluarkan pelan pelan, dan lakukan lagi. Sedikit lagi sampai,” bisik Aqila sedikit berbisik, dan mampu membuat kegugupan Nasya sedikit berkurang.

Namun, itu tak bertahan lama. Ketika ia melihat wajah Adnan yang terus menatap nya sambil tersenyum, membuat tubuh Nasya kembali grogi dan gugup. Ia masih mencoba untuk tersenyum kepada Adnan, namun tiba tiba ia merasakan kaki nya terasa begitu lemas tak bertenaga. Namun, Nasya masih berusaha untuk kuat dan melanjutkan langkah nya, hingga kini akhirnya ia sudah berdiri di samping Adnan. Dan dengan lembut penuh perhatian, Adnan membantu Nasya untuk duduk di kursi samping nya.

Ketika kedua mempelai sudah duduk di depan penghulu, kini acaranya pun segera di mulai. Adnan mulai menjabat tangan penghulu untuk mengucapkan ijab qobul, sementara Nasya, ia hanya mampu memejamkan matanya dengan cukup erat karena takut serta gugup.

“Saya terima nikah dan kawin nya Nasya Andira binti Ahmad dengan mas Kawin tersebut, di bayar tunai!” ucap Adnan dengan satu kali tarikan napas, begitu lantang dan tegas.

“Bagaimana saksi?”

“Sah, sah, sah!”

“Alhamdulilah,” gumam semua orang berucap ketika pernikahan itu kini sudah sah.

Nasya langsung menitikkan air matanya. Ia masih tidak percaya bila kini akhirnya dia menikah, dengan seorang duda. Namun, bukan itu yang membuatnya menangis, melainkan ketidak adanya keluarga satu pun. Orang tua Nasya sudah lama meninggal, bahkan saudara pun Nasya tidak punya. Tak berbeda darinya, dari pihak Adnan pun juga tidak ada yang hadir. Walaupun eyang Liana masih hidup, namun ia tidak mau hadir karena masih kecewa dengan Adnan yang tidak mau menerima perjodohan nya dengan Nuna.

Nasya pun langsung mencium punggung tangan Adnan ketika proses pemasangan cincin usai.

“Jangan nangis,” gumam Adnan tersenyum dan mengusap wajah Nasya dengan lembut, lalu mengecup kening Nasya begitu lembut.

“Yess!” pekik Ryan dan Ryana seketika langsung ber tos ria berdua. Keduanya sangat bahagia karena pada akhirnya mereka memiliki sosok seorang ibu. Dan mulai hari ini, Nasya akan menjadi ibu nya, akan selalu tinggal bersama nya dan mengurus mereka hingga besar nanti.

“Hey, disini dulu. Nanti kita samperinnya. Kamu sama om dulu,” kata Yoga langsung menahan tangan Ryan dan Ryana yang hendak menghampiri Nasya dan Adnan.

Yoga ingin memberikan ruang untuk Nasya dan Adnan menikmati momen tersebut tanpa gangguan anak tuyul. Lagipula, keduanya masih sibuk untuk mendatangani surat nikah nya.