Melepas rindu

...~Happy Reading~...

Nasya menatap lekat suasana keindahan kota dari dinding kaca apartemen nya. Sementara Adnan, ia masih begitu betah memeluk Nasya dari belakang, dengan menyandarkan dagunya di bahu sang kekasih.

“Kamu gak suka?” tanya Adnan kembali membuka suara, ketika sejak tadi Nasya hanya terdiam.

“Bukan gak suka, tapi Nasya takut,” cicit Nasya lirih sambil tangan nya menggenggam tangan Adnan yang masih berada di perut nya.

“Apa yang kamu takutkan? Disini aman, tidak ada hantu, apalagi penjahat,” tutur Adnan lagi.

“Ih, bukan itu,” kata Nasya dan langsung memanyunkan bibir nya kesal.

“Lalu apa hem?” tanya Adnan dengan lembut, ia segera membalikan tubuh Nasya hingga kini keduanya saling berhadapan.

Adnan menyentuh wajah Nasya dengan perlahan, menaikkan dagu agar mata indah itu menatap ke arah nya, tidak seperti sebelumnya yang selalu menunduk. Bukan Nasya tidak sopan karena terus menunduk, namun Nasya hanya takut karena setiap kali ia bertatap muka dengan Adnan, maka jantung nya akan terus berpacu dengan begitu cepat.

“Ini pasti mahal ya?” tanya Nasya begitu polos menatap wajah Adnan.

Sungguh Adnan semakin dibuat gemas karena mendengar pertanyaan Nasya. Ternyata calon istrinya ini masih begitu lugu dan polos, meskipun sudah berada di Korea selama satu tahun lebih.

“Bagiku harga bukanlah masalah, asal kamu nyaman dan bahagia,” ucap Adnan begitu tulus, lalu tiba tiba ...

Cup!

Setelah sekian lama, kini Adnan kembali menyentuh bibir Nasya dengan bibir nya. Tentu saja Nasya langsung terkejut dan membulatkan matanya lebar. Tubuh nya terasa begitu kaku sampai membuatnya begitu sulit untuk mengontrol degup jantung nya.

Sementara itu, Adnan yang melihat Nasya terkejut, langsung tersenyum. Namun, beberapa detik kemudian, ia kembali mencium bibir Nasya dengan begitu lembut. Menumpahkan segala kerinduan yang selama ini ia tahan. Diam diam, Nasya pun memejamkan mata, menikmati pagutan serta luma tan dari Adnan. Hingga beberapa saat kemudian, Adnan melepaskan ciuman nya. Namun, ia masih menyatukan kening nya, dengan tangan yang memeluk pinggang Nasya.

“Bernafas, Sayang,” bisik Adnan seketika membuat Nasya langsung menghembuskan napas nya panjang dan kasar.

Seolah baru tersadar, Nasya langsung menatap tajam pada Adnan dan memukul dada bidang nya.

“Nakal banget sih kamu!” seru Nasya kesal dan terus memukul mukul dada bidang Adnan.

Bukan kesakitan, Adnan justru terkekeh karena merasa geli. Ia pun semakin mengeratkan pelukan nya dan mengecup kening Nasya lembut.

“Nakal gimana sih? Orang Cuma kangen sama pacar aja kok, masa gak boleh. Lagi nih, Cup!” kata Adnan dan terus menghujani pucuk rambut Nasya dengan begitu gemas.

“Nasya tuh kaget!” cetus nya memanyunkan bibir.

“Tapi suka kan?” goda Adnan kembali melihat wajah Nasya, hingga seketika membuat wajah yang sudah terlihat memerah itu semakin merona karena godaan nya.

“Senyum saja Sayang. Jangan di tahan, nanti malah—“

“Mas Adnaaaannnnn!” teriak Nasya semakin di buat kesal, hingga membuat Adnan semakin tertawa kencang.

“Oke oke oke, maaf ya. Mas kangen banget sama kamu,” ucap Adnan serius dan memejamkan mata menikmati aroma rambut Nasya yang begitu menenangkan nya.

“Naysa juga kangen sama mas Adnan,” cicit Nasya pelan yang juga semakin mengeratkan pelukan nya.

Nasya pun ikut memejamkan mata, menikmati aroma maskulin dari parfum yang di kenakan Adnan. Dan di saat keduanya tengah berpelukan untuk melepas rasa kerinduan nya, tiba tiba ...

“Mommy! Daddy!” teriak dua anak tuyul dari lantai dua terdengar begitu nyaring di pendengaran Nasya dan Adnan, hingga membuat keduanya langsung melepaskan pelukan nya dan menatap ke arah lantai atas.