Bab 2: Oh, Robbin I Need You

Pemilik suara bariton itu bertubuh jangkung dan tampan meski bahu agak membungkuk seakan-akan memikul beban. Wajah tirusnya mirip sekali dengan sang ayah—Rocky bos Robbin— yang pasti akan tampak menawan apabila memancarkan aura kepribadian yang kuat. Sayangnya, Hanes hanya sekadar tampan. Di dekat Robbin yang berwajah rupawan dan berkulit sawo matang, Hanes itu terkesan lebih lembut.

"Bawa kembali benda itu, aku—"

"Anggap saja ini hadiah pernikahan kalian." Hanes menyela ucapan Robbin, seraya menyerahkan kotak beludru yang berisikan cincin kepada Clay.

Bergegas Clay membuka kotak tersebut, matanya berbinar kala melihat dua benda bertahta berlian di salah satunya.

Clay merasa tersanjung, dia tahu Hanes pasti turut bahagia meski tidak bisa memiliki dirinya. Dia menganggap pria itu sebatas kakak, sebab pertemanan yang terjalin sejak kanak-kanak.

"Terima kasih, Hanes," ucap Clay setelah menerimanya lantas menyerahkan kepada Robbin.

Robbin membuang muka, tidak mau mengambil pemberian itu. Emosi berkecamuk di dalam hati, kalau menerima cincin dari Hanes bukankah seperti pria ingusan itu yang menikahi Clay? Angannya melambung tinggi, ego diri menolak keras bantuan dalam bentuk apa pun.

"Silakan Saudara Robbin," perintah Pendeta.

Lamunan Robbin pun buyar, dia mengulurkan tangan dengan gamang. Lalu, meraih jemari sang istri. Senyum melengkung sempurna di bibir bergincu itu.

Sentuhan Robbin mengirimkan gelombang yang mengejutkan di sepanjang lengan Clay, dia menutup mata sedetik serta menarik napas dalam-dalam. Ujung jemari sang suami menyusuri kulit jari manisnya saat memasangkan cincin.

Aku tidak sedang bermimpi, bukan? Oh, Robbin I need you, batin Clay berbunga.

Robbin mengeram, frustrasi tercetak jelas pada wajah yang mengeras. Akan tetapi, semua orang seolah-olah tidak peduli. Pernikahan ini begitu menekan dirinya. Dia tahu setelah keluar dari kapel jalan hidupnya telah berubah, prinsip yang dipegang teguh selama ini runtuh.

Orang-orang bertepuk tangan, Robbin meradang menyaksikan wajah-wajah bahagia mereka. Bersuka-cita di atas penderitaannya. Dia segera turun dari mimbar, meninggalkan Clay di sana sendirian.

"Robbin!" bentak Albert, tetapi tidak mendapat respons sama sekali.

"Dad, biarkan," cicit Clay lalu mengikuti langkah panjang sang suami. Gaun lebar yang membungkus tubuh nyaris membuatnya jatuh ketika menuruni undakan teras.

Insting kuat Robbin menyadari kecerobohan sang istri, jemari kokohnya meraih lengan Clay dengan cekatan sampai tidak sadar wajah saling berdekatan. Selama sepuluh detik bibir keduanya bersentuhan, sama-sama terpaku oleh kejadian itu. Sampai suara tepuk tangan meriah menyadarkannya.

"Ah, romantis sekali. Mari kita pergi, pengantin baru rupanya butuh privasi," celetuk salah satu pengurus rumah.

Buru-buru Robbin menegakkan Clay dan tubuhnya sendiri, lalu menoleh ke arah Albert yang berdiri tidak jauh dari pintu kapel.

"Pak Albert, saya harap Anda tidak mengingkari janji!" dengus Robbin.

"Jangan khawatir, keluargamu aman bersamaku," jawan Albert sambil berlalu.

"Aku ingin bertemu mereka sekarang!"

"Waktunya belum tepat, Robbin, kuharap kamu bisa lebih bersabar," tolak Albert.

Jempol tangan Robbin memijat ringan pelipis kiri sebelum menyusul mertua yang tidak diinginkannya.

"Robbin, tunggu!"

Suara Clay yang mengalun lembut menghentikan langkah suaminya meski tanpa menoleh, dia berujar, "Terima kasih, Kak—Robbin." Keraguan mengiringi kalimat itu.

Kerutan di kening Robbin berangsur hilang, baru kali ini ada yang memanggilnya dengan imbuhan 'Kak' selain Monica—adiknya. Apa gadis konglomerat itu pikir bisa meluluhkan hatiku dengan mengubah sapaan? Tidak semudah itu Clay, sampai mati pun aku menolakmu! batin Robbin.

Pura-pura baik bukanlah sifat alami Robbin, bukan salahnya kalau tidak mengacuhkan gadis itu. Dia sudah menegaskan berkali-kali kepada Clay, bahwa pernikahan ini tidak akan berjalan dengan semestinya.

Clay menatap tajam punggung lebar pria di hadapannya. "Terus saja bersikap begitu! Sifat keras kepalamu terlihat seksi di mataku," gumam Clay dengan mengulum senyum. "Bukankah ini gila?"

"Kurasa tidak," sahut Hanes, tiba-tiba berdiri di belakang Clay.

"Hanes! Kamu tau dari mana kalau hari ini aku menikah?" tanya Clay, merasa heran sebab tidak membocorkan kabar terkait acara penting yang sedang berlangsung sesaat lalu.

"Oh, God!" pekik Clay ketika melihat di kejauhan. "Sungguh tajam intuisi awak media. Coba tengok, Han. Apa di rumahku ada mata-mata?"

"Kalau kamu menginginkan mereka pergi sebaiknya segera membuat klarifikasi," tutur Hanes.

"Ah, biar Daddy yang mengurusnya, yuk!"

Clay pun menuju rumah utama dengan mengendarai mobil milik Hanes. Karena terburu-buru pemuda itu membawa kendaraannya sampai ke depan teras kapel.

Selagi Albert memberijawaban atas beberapa pertanyaan awak media, anggota keluarga yang lain menikmati santap siang di ruang makan.

"Mommy, jahat sekali!" pekik Clay begitu menyadari keberadaan sang ibu di sana. "Dad sedang bertempur di luar, sedangkan—ya ampun, Mom."

"Sejauh yang Mommy tau, Daddy lelaki paling tangguh," sanggah Belle.

"Kak Robbin di mana, Mom?"

Alis Belle yang tertata rapi mengerut sebentar sebelum menjawab pertanyaan. Pasalnya sang putri tidak pernah bertutur semanis ini. "Di lantai atas, mungkin di kamarmu," katanya kemudian.

"Baiklah aku—"

"Temani Hanes makan dulu, Sayang, lihat dia hampir layu berdiri di situ," potong Belle sambil menunjuk Hanes.

Wajah berseri Clay berubah muram, dia tidak mau membuat kesalahan pada hari pertama menyandang gelar Nyonya Robbin Son Robet.

"Tidak masalah, Tante, sudah saatnya saya pulang," kata Hanes meski sulit berucap.

"Manis, manis sekali. Kamu saudara terbaikku Hanes," ucap Clay tulus sebelum berjalan menuju ke pintu ruang makan.

Sejauh dua puluh langkah ada tangga, Clay memegang susuran saat melangkah ke tiap-tiap undakan. Semakin dekat dengan kamar semakin menambah rasa tegang di perutnya yang datar. Dia sangat amat gugup sekarang.

Clay mengamati gorden-gorden penutup jendela di koridor lantai dua yang melambai ditiup angin, kain berwarna putih itu mengusap lembut wajah cantiknya.

"Andai ini tangan Kak Robbin, rasanya tentu lebih menyenangkan," celoteh Clay begitu memikirkan sentuhan suaminya.

Kini, Clay sudah berdiri kaku di depan pintu bersepuh emas setinggi dua meter setengah. Hanya dengan membayangkan berada dalam satu ruangan bersama Robbin, seluruh indranya meremang.

Setelah menyemangati diri, Clay membuka pintu dengan pasti.

"Wao! Ini dia tokoh utamanya, coba pikirkan apa yang bisa aku katakan kepada mereka?" tanya Robbin sembari menujuk para awak media.

"Apa pun, tetapi mereka akan menganggapmu pembohong!"

"Gadis kecil yang licik!" hina Robby sebelum mengatakan kalimat yang lebih pedas lagi, "Kamu tentu sadar bahwa ini sebuah pemerasan. Sikapmu ini membuatku mual, wanita yang sudah tidak memiliki harga diri lagi!"

Bukannya emosi justru Clay tertawa keras-keras dan memang terkesan tidak waras. "Oh, jangan menyangkal, Kak. Coba pandang aku dan katakan dengan lantang bahwa Kak Robbin tidak memiliki sedikit pun rasa terhadapku!"

Clay mengambil langkah perlahan, ekor gaun putihnya menyapu lantai marmer bermotif kayu. Kini, jarak di antara dia dan Robbin hanya dua jengkal saja. Lengan yang tidak tertutup kain itu semakin cerah diterpa cahaya dari jendela, Clay mengulurkan tangan lantas jemari telunjuk menyusuri dada bidang di depannya.

Senyum samar tersemat, Clay berbisik penuh goda sembari mengusap lembut bibir Robbin dengan ibu jari, "Sepertinya tubuh ini lebih jujur ketimbang mulutmu."

"Singkirkan tanganmu dari situ!"

"Ha-ha-ha, sungguh suami tidak sabaran. Apa kamu ingin membantuku melepas gaun ini?"

"Segera periksakan otakmu ke dokter!" bentak Robbin sebelum pergi.

"Seksi, seksi sekali," gumam Clay.

Terpopuler

Comments

𝓓𝓮𝓪

𝓓𝓮𝓪

hus pergi jgn ganggu

2023-01-16

0

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ HIATUS

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ HIATUS

Clay bucin banget sama Robin tapi Robin malah cuek bebek

2023-01-15

2

☾⃟ℳoon - Moon 🌙

☾⃟ℳoon - Moon 🌙

kasihan Clay.
Gini nih awalny benci eh nanti jadi suka

2022-12-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tidak Ada Pesta
2 Bab 2: Oh, Robbin I Need You
3 Bab 3: Pantang Menyerah
4 Bab 4: Buru-buru Sejujurnya Bukan Sifatku
5 Bab 5: Senang Bisa Bersamamu
6 Bab 6: Mode Martirmu, Kak Robbin, Sampai Kapan itu Bertahan?
7 Bab 7: Sukses Tidak, Ya?
8 Bab 8: Drama Alat Pencegah Kehamilan itu Patut Diapresiasi
9 Bab 9: Tanpa Sadar Senyum Clay Menular
10 Bab 10: Berhentilah Merayu
11 Bab 11: Aku Bukan Fatalis
12 Bab 12: Meskipun ini Tentang Robbin?"
13 Bab 13: Aku Istimewa
14 Bab 14: Tuan dan Nyonya Marcus
15 Bab 15: Han, Terima Kasih
16 Bab 16: Ini Bencana!
17 Bab 17: Claymira, Sayang
18 Bab 18: Percaya Kepadaku, Kak Robbin
19 Bab 19: Ya, Gadis yang Cukup Religius
20 Bab 20: Kapan Pulang?
21 Bab 21: Hari-hariku Kosong Tanpamu
22 Bab 22: Jangan Coba-coba, Karena Istriku Tidak Akan Membiarkan itu
23 Bab 23: Suami yang Protektif
24 Bab 24: Jangan Ungkit Lagi, Jo
25 Bab 25: Kak Robbin, Aku Mau Buat Pengakuan Dosa
26 Bab 26: Kehangatan Keluarga
27 Bab 27: Memikirkanmu
28 Bab 28: Sempurna
29 Bab 29: Cukup Membakar Hati
30 Bab 30: Darurat
31 Bab 31: Kisah Cinta Robbin
32 Bab 32: Kucing Belang
33 Bab 33: Perangkap
34 Bab 34: Hati Bercabang Dua
35 Bab 35: Saling Mengenal
36 Bab 36: Curang
37 Bab 37: Tuhan Bantu Aku
38 Bab 38: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
39 Bab 39: God Bless You
40 Bab 40: Kecemburuan
41 Bab 41: Jangan Keras Kepala
42 Bab 42: Tak Sanggup Lagi
43 Bab 43: Terakhir Kalinya
44 Bab 44: Seperti yang Sudah direncanakan.
45 Bab 45: Clay?
46 Bab 46: Ini Baru Adil, Bukan Hanya Kamu, kan, yang Berdarah-darah
47 Bab 47: Radar Intelektual
48 Bab 48: Membangun Cinta
49 Bab 49: Sekarang menurutlah
50 Bab 50: Butuh alasan?
51 Bab 51: Hal lain?
52 Bab 52: Bukan Masalah
53 Bab 53: Tidak Adil
54 Bab 54: Aku Berencana Pensiun
55 Bab 55: Oke, Dia Teman
56 Bab 56: Menyatukan Kalian dengan Tanah
57 Bab 57: Sejenak Pikiran Suntuknya Hilang
58 Bab 58: Detektif Memiliki Peran penting
59 Bab 59: Sampai Lubang Semut
60 Bab 60: Mendengar Suara Lembut Itu Lagi
61 Bab 61: Keselamatan
62 Bab 62: Aku Berjiwa Petualang, Mom
63 Bab 63: Telah Berakhir
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1: Tidak Ada Pesta
2
Bab 2: Oh, Robbin I Need You
3
Bab 3: Pantang Menyerah
4
Bab 4: Buru-buru Sejujurnya Bukan Sifatku
5
Bab 5: Senang Bisa Bersamamu
6
Bab 6: Mode Martirmu, Kak Robbin, Sampai Kapan itu Bertahan?
7
Bab 7: Sukses Tidak, Ya?
8
Bab 8: Drama Alat Pencegah Kehamilan itu Patut Diapresiasi
9
Bab 9: Tanpa Sadar Senyum Clay Menular
10
Bab 10: Berhentilah Merayu
11
Bab 11: Aku Bukan Fatalis
12
Bab 12: Meskipun ini Tentang Robbin?"
13
Bab 13: Aku Istimewa
14
Bab 14: Tuan dan Nyonya Marcus
15
Bab 15: Han, Terima Kasih
16
Bab 16: Ini Bencana!
17
Bab 17: Claymira, Sayang
18
Bab 18: Percaya Kepadaku, Kak Robbin
19
Bab 19: Ya, Gadis yang Cukup Religius
20
Bab 20: Kapan Pulang?
21
Bab 21: Hari-hariku Kosong Tanpamu
22
Bab 22: Jangan Coba-coba, Karena Istriku Tidak Akan Membiarkan itu
23
Bab 23: Suami yang Protektif
24
Bab 24: Jangan Ungkit Lagi, Jo
25
Bab 25: Kak Robbin, Aku Mau Buat Pengakuan Dosa
26
Bab 26: Kehangatan Keluarga
27
Bab 27: Memikirkanmu
28
Bab 28: Sempurna
29
Bab 29: Cukup Membakar Hati
30
Bab 30: Darurat
31
Bab 31: Kisah Cinta Robbin
32
Bab 32: Kucing Belang
33
Bab 33: Perangkap
34
Bab 34: Hati Bercabang Dua
35
Bab 35: Saling Mengenal
36
Bab 36: Curang
37
Bab 37: Tuhan Bantu Aku
38
Bab 38: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
39
Bab 39: God Bless You
40
Bab 40: Kecemburuan
41
Bab 41: Jangan Keras Kepala
42
Bab 42: Tak Sanggup Lagi
43
Bab 43: Terakhir Kalinya
44
Bab 44: Seperti yang Sudah direncanakan.
45
Bab 45: Clay?
46
Bab 46: Ini Baru Adil, Bukan Hanya Kamu, kan, yang Berdarah-darah
47
Bab 47: Radar Intelektual
48
Bab 48: Membangun Cinta
49
Bab 49: Sekarang menurutlah
50
Bab 50: Butuh alasan?
51
Bab 51: Hal lain?
52
Bab 52: Bukan Masalah
53
Bab 53: Tidak Adil
54
Bab 54: Aku Berencana Pensiun
55
Bab 55: Oke, Dia Teman
56
Bab 56: Menyatukan Kalian dengan Tanah
57
Bab 57: Sejenak Pikiran Suntuknya Hilang
58
Bab 58: Detektif Memiliki Peran penting
59
Bab 59: Sampai Lubang Semut
60
Bab 60: Mendengar Suara Lembut Itu Lagi
61
Bab 61: Keselamatan
62
Bab 62: Aku Berjiwa Petualang, Mom
63
Bab 63: Telah Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!