Paksaan Terindah Gadis Konglomerat

Paksaan Terindah Gadis Konglomerat

Bab 1: Tidak Ada Pesta

"Pak Albert tentu saja sangat mengenal kehidupan saya seperti apa, bukan? Sejujurnya tidak ada hal istimewa yang bisa saya berikan untuk menjamin kebahagiaan putri Anda—Claymira," tegas Robbin tidak mau berbasa-basi, dia sudah muak menjelaskan secara halus, menilik kegigihan gadis muda di depannya.

Bukan keraguan yang tampak di wajah pria berusia separuh baya itu, Albert jelas mengangkat dagu tinggi-tinggi sebab tidak memerlukan harta benda apa pun dari Robbin. Sebagai pemilik perusahaan elektronik terbesar di Indonesia jelas mampu mencukupi kebutuhan anak semata wayangnya.

Robbin mengembuskan napas sebelum kembali berbicara, "Saya jelaskan sekali lagi, kalau Clay masih bersikukuh—" jedanya beberapa detik sambil melihat paras tanpa cela gadis itu lekat-lekat, dia sendiri tidak menampik betapa sempurna Clay sebagai perempuan. "Setelah menikah, tidak ada kemewahan yang sanggup saya berikan dan itu berarti—juga menolak semua bantuan dari Anda!" tegas Robbin.

Mata Albert seketika melebar, terkejut atas apa yang barusan dia dengar. Bagaimana mungkin dirinya membiarkan hidup Clay menderita? Ragu-ragu diraih tangan halus dan ramping sang putri.

"Clay—"

"Dad, aku mohon," potong Clay, sorot mata redupnya menyiratkan keinginan yang begitu besar. Sejak mengenal Robbin, dia telah memupuk benih-benih cinta di hati. Tekatnya sudah bulat ingin terus bersama dengan sosok rupawan yang membayangi siang dan malam.

Albert menghela napas dalam lalu memandang pemuda di hadapannya penuh percaya diri. "Apa boleh buat, tapi ingat, setetes saja air keluar dari mata Clay, maka keluargamu binasa!"

Otot-otot Robbin seketika menegang, memang sulit sekali mematahkan kuasa seseorang yang memiliki pengaruh besar. Akan tetapi, bukan saatnya menunjukkan kelemahan, dia harus menegakkan badan.

"Anda pikir saya pe—"

"Peduli! Jelas kamu peduli, Robbin. Kalau tidak mengapa repot-repot ke sini untuk bernegosiasi?" sambar Albert.

Pria paruh baya itu sudah mengetahui semua informasi tentang Robbin, mudah mendapatkan rincian latar belakang pemuda tangguh di depannya. Dia percaya Clay akan aman meski jauh dari keluarga kelak setelah menikah.

"Ronald! Ronald siapkan segala keper—"

"Tidak ada pesta!" sergah Robbin cepat.

Jemari besar Albert mengepal kuat hingga buku-buku jari memutih, sungguh ini di luar rencananya. Harus ada pesta besar-besaran untuk momen penting yang akan dirasakan putrinya sekali seumur hidup.

"Well, sudah diputuskan, Dad. Aku dan Robbin akan menikah di Kapel Santa Maria," celetuk Clay, girang. Baginya tidak penting lagi suatu pesta, dia hanya menginginkan pemuda berkepribadian tegas, meneduhkan itu.

"Apa pun untuk kebahagiaanmu, Sayang," sahut Albert lantas mengusap pucuk kepala sang putri dengan lembut. Seolah-olah Clay guci antik yang rapuh dan mudah pecah.

"Oh, Dad, terima kasih." Clay memeluk erat pinggang Albert begitu kencang lalu menoleh ke arah Robbin sepintas. Wajahnya makin berseri-seri ketika dilanda kebahagiaan.

Karena prosesi pernikahan terbilang mendadak tidak ada pembekalan pranikah. Bahkan bidston yang biasanya dilakukan sehari sebelum pemberkatan pun ditiadakan. Kendati kegiatan ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pengharapan agar acara berikutnya berjalan lancar. Dan, memang secara umum bidston sama seperti lantunan doa dan pujian-pujian.

Clay berhasil meyakinkan orangtuanya, bahwa yang paling penting adalah pemberkatan dari sang pendeta.

Meskipun tanpa pesta meriah, Belle—ibu Clay mengundang penata rias kondang untuk mendandani sang putri. Namun, tidak memanggil desainer karena memimpikan gadis cantiknya memakai gaun pernikahannya dulu. Biar bagaimana pun akan terasa lebih sakral dan mengenang.

Clay mematut-matut penampilannya di depan cermin raksasa, dia amat puas dengan hasil sang tata rias. Gaun putih bermanik ibunya begitu pas di badan. Rambut lurus sepinggangnya sengaja dibentuk gelombang-gelombang besar, lantas diberi hiasan mutiara-mutiara kecil. Selain itu, kerudung putih tersemat di pucuk kepala lengkap dengan mahkota mungil.

"Oh, Mom, aku sungguh bahagia," ungkap Clay sembari tersenyum begitu anggun.

"Kuharap untuk selamanya."

"Apa yang Mommy katakan? Tentu saja. Aku teramat mencintainya, gimana aku tidak bahagia?"

"Oh, Sayang, kamu masih terlalu muda dan usia kalian terpaut jauh. Tidak semestinya terburu-buru! Hanes lebih muda dan kalian sungguh cocok. Umur kalian hampir sepantaran."

"Ayolah, Mom! Kami hanya berteman, tidak mungkin lebih dari itu. Robbin bisa menjagaku, Mom. Dia juga menaruh perasaan terhadapku, hanya saja terlalu takut mengakuinya," papar Clay penuh keyakinan.

Belle memeluk erat anak semata wayangnya. Dia hanya bisa mendoakan saja. Percaya atas segala hal yang telah digariskan, Tuhan tidak akan menyengsarakan umatnya.

"Semua sudah siap, Bu," panggil salah satu pengurus acara.

Kedua wanita memesona itu menyudahi pelukan lantas keluar dari kamar.

Gaun putih yang membalut tubuh mempelai menjuntai sampai menyapu lantai andai tidak diangkat sang penata rias. Dengan langkah gemulai Clay menyusuri koridor rumah megahnya.

Jarak rumah utama dengan Kapel Santa Maria agak jauh walaupun masih berada dalam satu pagar.

Belle membimbing Clay ketika naik ke atas kendaraan listrik beroda empat sejenis mobil golf dengan kapasitas tiga orang—satu pengemudi dan dua penumpang.

"Mom, aku sangat gugup," aku Clay sembari menggenggam erat-erat jemari ibunda.

"Mom dulu juga begitu, lalu mulai berhitung."

Clay pun menutup mata perlahan, dia berusaha menghitung detak jantung yang bertalu-talu. Dia baru membuka mata setelah merasakan tepukan lembut di pundak yang tidak tertutup.

Cuaca siang itu begitu cerah, langit biru membentang bagai samudra berhiaskan buih-buih seputih kapas. Tetumbuhan di sekitar kapel bergoyang-goyang disapa angin. Kuncup bunga merekah bak musim semi.

"Sayang," tegur Albert.

Clay mengulas senyum simpul seraya menerima uluran tangan sang ayah. Perasaan gugup seketika terbang jauh, berganti desir lembut sayap kupu-kupu yang menggelitiki hati. Hampir-hampir air mata menetes karena didera bahagia.

Dengan didampingi orang tuanya, Clay melangkah ke arah mimbar dan di mana sudah ada Robbin. Dia merasakan detak jantung berdegup hebat saat mendapat tatapan tajam calon suaminya. Beruntung keduabelas tulang rusuk ciptaan Tuhan. Seumpama buatan manusia pastilah tidak sanggup menahan gejolak di dalam dada.

Kedua mempelai kini sudah berdiri di area mimbar. Wajah masam Robbin berbanding terbalik dengan seraut paras memukau Clay. Kentara sekali kalau pemuda itu tidak senang, sedangkan sang gadis mengumbar senyum kemenangan.

Tempat duduk paling depan yang semestinya diisi sanak keluarga tampak lenggang. Pada barisan setelahnya hanya ada beberapa penjaga dan pengurus rumah.

Pujian dilantunkan bersama-sama sebagai awalan prosesi pernikahan, sebelum pemberitaan firman Tuhan. Lalu, upacara peneguhan nikah yang dipimpin langsung oleh pendeta.

Berikutnya kedua mempelai akan mengucapkan janji pernikahan, dipandu langsung oleh pendeta dan harus diucapkan secara jelas dan lantang. Di mana menyatakan kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan hubungan suami dan istri seumur hidup.

"Saudara Robbin son Robet bisa menyematkan cincin di jari manis Saudari Claymira Marcusya," titah Pendeta.

"Sayang sekali, saya tidak membawa cincin pernikahan," kata Robbin dengan memasang wajah tanpa dosa.

"Aku membawa cincinnya!"

Suara seseorang dari kejauhan memecah hening, semua yang ada di sana menoleh serempak.

Siku-siku rahang Robbin mengeras, bahkan jari-jemari kokohnya mengepal sampai otot-ototnya terlihat tegas. Dia jelas tidak mengharapkan kehadiran orang itu.

Terpopuler

Comments

𝓓𝓮𝓪

𝓓𝓮𝓪

ciee uhuk uhuk

2023-01-16

0

Zey ✨️

Zey ✨️

Yakin sekali anda Clay, dan apa yg membuatmu berpikir bahwa Robbin mencintaimu?

2023-01-15

2

A girl 👸

A girl 👸

Segitunya Clay,padahal masih banyk di luar sana yg lebih baik dari Robbin loh

2023-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tidak Ada Pesta
2 Bab 2: Oh, Robbin I Need You
3 Bab 3: Pantang Menyerah
4 Bab 4: Buru-buru Sejujurnya Bukan Sifatku
5 Bab 5: Senang Bisa Bersamamu
6 Bab 6: Mode Martirmu, Kak Robbin, Sampai Kapan itu Bertahan?
7 Bab 7: Sukses Tidak, Ya?
8 Bab 8: Drama Alat Pencegah Kehamilan itu Patut Diapresiasi
9 Bab 9: Tanpa Sadar Senyum Clay Menular
10 Bab 10: Berhentilah Merayu
11 Bab 11: Aku Bukan Fatalis
12 Bab 12: Meskipun ini Tentang Robbin?"
13 Bab 13: Aku Istimewa
14 Bab 14: Tuan dan Nyonya Marcus
15 Bab 15: Han, Terima Kasih
16 Bab 16: Ini Bencana!
17 Bab 17: Claymira, Sayang
18 Bab 18: Percaya Kepadaku, Kak Robbin
19 Bab 19: Ya, Gadis yang Cukup Religius
20 Bab 20: Kapan Pulang?
21 Bab 21: Hari-hariku Kosong Tanpamu
22 Bab 22: Jangan Coba-coba, Karena Istriku Tidak Akan Membiarkan itu
23 Bab 23: Suami yang Protektif
24 Bab 24: Jangan Ungkit Lagi, Jo
25 Bab 25: Kak Robbin, Aku Mau Buat Pengakuan Dosa
26 Bab 26: Kehangatan Keluarga
27 Bab 27: Memikirkanmu
28 Bab 28: Sempurna
29 Bab 29: Cukup Membakar Hati
30 Bab 30: Darurat
31 Bab 31: Kisah Cinta Robbin
32 Bab 32: Kucing Belang
33 Bab 33: Perangkap
34 Bab 34: Hati Bercabang Dua
35 Bab 35: Saling Mengenal
36 Bab 36: Curang
37 Bab 37: Tuhan Bantu Aku
38 Bab 38: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
39 Bab 39: God Bless You
40 Bab 40: Kecemburuan
41 Bab 41: Jangan Keras Kepala
42 Bab 42: Tak Sanggup Lagi
43 Bab 43: Terakhir Kalinya
44 Bab 44: Seperti yang Sudah direncanakan.
45 Bab 45: Clay?
46 Bab 46: Ini Baru Adil, Bukan Hanya Kamu, kan, yang Berdarah-darah
47 Bab 47: Radar Intelektual
48 Bab 48: Membangun Cinta
49 Bab 49: Sekarang menurutlah
50 Bab 50: Butuh alasan?
51 Bab 51: Hal lain?
52 Bab 52: Bukan Masalah
53 Bab 53: Tidak Adil
54 Bab 54: Aku Berencana Pensiun
55 Bab 55: Oke, Dia Teman
56 Bab 56: Menyatukan Kalian dengan Tanah
57 Bab 57: Sejenak Pikiran Suntuknya Hilang
58 Bab 58: Detektif Memiliki Peran penting
59 Bab 59: Sampai Lubang Semut
60 Bab 60: Mendengar Suara Lembut Itu Lagi
61 Bab 61: Keselamatan
62 Bab 62: Aku Berjiwa Petualang, Mom
63 Bab 63: Telah Berakhir
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1: Tidak Ada Pesta
2
Bab 2: Oh, Robbin I Need You
3
Bab 3: Pantang Menyerah
4
Bab 4: Buru-buru Sejujurnya Bukan Sifatku
5
Bab 5: Senang Bisa Bersamamu
6
Bab 6: Mode Martirmu, Kak Robbin, Sampai Kapan itu Bertahan?
7
Bab 7: Sukses Tidak, Ya?
8
Bab 8: Drama Alat Pencegah Kehamilan itu Patut Diapresiasi
9
Bab 9: Tanpa Sadar Senyum Clay Menular
10
Bab 10: Berhentilah Merayu
11
Bab 11: Aku Bukan Fatalis
12
Bab 12: Meskipun ini Tentang Robbin?"
13
Bab 13: Aku Istimewa
14
Bab 14: Tuan dan Nyonya Marcus
15
Bab 15: Han, Terima Kasih
16
Bab 16: Ini Bencana!
17
Bab 17: Claymira, Sayang
18
Bab 18: Percaya Kepadaku, Kak Robbin
19
Bab 19: Ya, Gadis yang Cukup Religius
20
Bab 20: Kapan Pulang?
21
Bab 21: Hari-hariku Kosong Tanpamu
22
Bab 22: Jangan Coba-coba, Karena Istriku Tidak Akan Membiarkan itu
23
Bab 23: Suami yang Protektif
24
Bab 24: Jangan Ungkit Lagi, Jo
25
Bab 25: Kak Robbin, Aku Mau Buat Pengakuan Dosa
26
Bab 26: Kehangatan Keluarga
27
Bab 27: Memikirkanmu
28
Bab 28: Sempurna
29
Bab 29: Cukup Membakar Hati
30
Bab 30: Darurat
31
Bab 31: Kisah Cinta Robbin
32
Bab 32: Kucing Belang
33
Bab 33: Perangkap
34
Bab 34: Hati Bercabang Dua
35
Bab 35: Saling Mengenal
36
Bab 36: Curang
37
Bab 37: Tuhan Bantu Aku
38
Bab 38: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
39
Bab 39: God Bless You
40
Bab 40: Kecemburuan
41
Bab 41: Jangan Keras Kepala
42
Bab 42: Tak Sanggup Lagi
43
Bab 43: Terakhir Kalinya
44
Bab 44: Seperti yang Sudah direncanakan.
45
Bab 45: Clay?
46
Bab 46: Ini Baru Adil, Bukan Hanya Kamu, kan, yang Berdarah-darah
47
Bab 47: Radar Intelektual
48
Bab 48: Membangun Cinta
49
Bab 49: Sekarang menurutlah
50
Bab 50: Butuh alasan?
51
Bab 51: Hal lain?
52
Bab 52: Bukan Masalah
53
Bab 53: Tidak Adil
54
Bab 54: Aku Berencana Pensiun
55
Bab 55: Oke, Dia Teman
56
Bab 56: Menyatukan Kalian dengan Tanah
57
Bab 57: Sejenak Pikiran Suntuknya Hilang
58
Bab 58: Detektif Memiliki Peran penting
59
Bab 59: Sampai Lubang Semut
60
Bab 60: Mendengar Suara Lembut Itu Lagi
61
Bab 61: Keselamatan
62
Bab 62: Aku Berjiwa Petualang, Mom
63
Bab 63: Telah Berakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!