Di tempat lain, seorang pemuda yang kini terlihat semakin lusuh karena pekerjaannya yang mengharuskan dirinya menentang terik matahari yang sangat menyengat.
Dia tak lagi pernah memperhatikan penampilannya, 2 tahun terakhir dia memilih hidup menyendiri di tengah hutan.
Bermalam di kebun tanpa seorang pun yang menemaninya. Hari-hari dilaluinya dalam rasa penuh kesepian.
Hanya bekerja dan bekerja menjadi pengusir rasa sepi yang merasuk jiwanya.
Rambutnya kini mulai panjang dan tak terurus. Kumis serta bulu-bulu halus di wajahnya tak terawat sama sekali.
Dia sama sekali tidak peduli dengan kondisi dirinya meskipun dia kini sudah memiliki harta yang melimpah.
Rama sang pemuda desa nan tampan itu, kini tak sama seperti dulu. Ketampanannya sirna setelah kepergian Diska yang membawa cintanya.
Pemuda yang tampan itu memilih menyendiri setelah kegagalan pernikahannya dengan Annisa.
Flash back on.
Pernikahan Annisa dan Rama baru saja usai, kediaman pak Didin terlihat ramai di datangi para tamu serta warga yang ikut membantu perayaan acara pernikahan mereka.
Resepsi pernikahan yang megah diselenggarakan pak Didin sebagi ungkapan syukur dapat menikahkan putrinya dengan pria yang selama ini diincarnya menjadi menantunya.
"Rama," panggil Uci Desmi saat acara resepsi baru saja selesai.
Uci Desmi membawa Rama menjauh dari keramaian.
"Ada apa, Uci?" tanya Rama.
"Selama kamu berada di sini, berhati-hatilah, kamu harus tetap berwaspada," pesan Uci Desmi pada Rama.
Rama menautkan kedua alisnya, dia heran mendengar ucapan Uci Desmi.
"Memangnya ada apa, Uci?" tanya Rama penasaran.
"Tidak apa-apa, Nak. Uci cuma meminta kamu untuk hati-hati saja," ujar Uci Desmi.
"Iya, Uci. Aku akan berusaha untuk tetap waspada," ujar Rama menenangkan Uci Desmi yang sangat mencemaskan dirinya.
"Uci ingin sekali menggagalkan pernikahanmu dengan Annisa, tapi Uci tak punya daya sama sekali," tutur Uci Desmi mengungkapkan isi hatinya.
"Kenapa, Uci?" tanya Rama semakin penasaran.
"Uci juga tidak tahu bagaimana cara memberitahukan kamu alasan kekhawatiran Uci," ujar Uci Desmi lagi.
"Yang jelas, Uci curiga dengan gerak gerik pak Didin." Uci Desmi pun pergi meninggalkan Rama.
Uci Desmi tidak berani menyampaikan apa yang selama ini dipendamnya.
Setelah kepergian Uci Desmi, Rama pun masuk ke dalam rumah Pak Didin melalui pintu dapur.
"Bapak senang sekali, Buk. Akhirnya Rama menjadi menantu kita, jika suatu saat Rama mendapatkan harta yang disimpan oleh kedua orang tuanya maka kita akan ikut kaya," ujar Pak Didin Yangs Edang berbicara dengan istrinya.
"Iya, Pak. Ibu juga ikut senang. Seandainya bapak enggak ceroboh waktu itu langsung membunuh kedua orang tuanya mungkin kita sudah tahu keberadaan benda berharga itu," ujar Bu Yuyun.
Mereka berdua asyik membicarakan tentang Rama dan masa lalu.
Rama kaget saat mendengar penuturan dari sepasang suami istri itu, dia tak menyangka kedua orang tua yang kini sudah sah menjadi mertuanya adalah pelaku pembunuhan kedua orang tuanya sendiri.
Rama mengepalkan tangannya menahan amarah yang memuncak di hatinya.
Hari itu juga, Rama pergi dari kediaman pak Didin. Dia meninggalkan Annisa yang sudah berharap akan memadu kasih dengan orang yang sangat dicintainya.
Rama langsung melangkah menuju rumah Uci Desmi. Kelihatannya wanita paruh baya itu baru saja hendak masuk ke dalam rumahnya.
"Uci," panggil Rama.
"Uci Desmi menghentikan langkahnya yang hendak membuka pintu rumah.
Dia heran melihat kedatangan Rama ke rumahnya.
"Ada apa kamu ke sini?" tanya Uci Desmi heran.
Rama tak mengacuhkan pertanyaan wanita paruh baya itu.
"Uci, bukalah pintunya aku mau masuk," pinta Rama memohon pada Uci Desmi.
Uci Desmi pun membukakan pintu rumahnya, lalu mengajak Rama untuk duduk di ruang tamu.
"Ada apa, Ram?" tanya Uci Desmi heran.
Dia menangkap wajah gelisah dan kesedihan yang terpancar dari raut wajah pemuda yang sudah dianggapnya sebagai putranya.
Tiba-tiba Rama menangis, dia meluapkan rasa kesedihan yang tak terbendung lagi.
Uci Desmi membiarkan Rama menangis terlebih dahulu.
"Katakan apa yang terjadi," ujar Uci Desmi setelah Rama selesai menangis.
"Ternyata, Pak Didin adalah orang yang sudah membunuh kedua orang tuaku," ujar Rama mengadukan apa yang baru saja didengarnya.
"Apa?" Uci Desmi kaget dengan apa yang dikatakan oleh Rama.
"Dari mana kamu tahu kalau Pak Didin adalah pembunuh kedua orang tuamu?" tanya Uci Desmi.
Jantung Uci Desmi berdegup kencang.
Rama pun menceritakan apa yang baru saja terjadi pada Uci Desmi.
Uci Desmi mendengarkan dengan seksama penjelasan Rama.
"Akhirnya kamu tahu juga siapa pembunuh kedua orang tua mu," ujar Uci Desmi.
"Apa maksud, Uci?" tanya Rama.
Rama melihat dengan jelas Uci Desmi sudah tahu tentang berita yang dibicarakannya saat ini.
"Sejak awal Uci sudah yakin bahwa dia adalah pelaku pembunuhan terhadap kedua orang tuamu, tapi Uci tidak memiliki bukti yang kuat, karena setahu Uci dia ingin mencari sesuatu berharga yang dimiliki oleh kedua orang tuamu," ujar Uci Desmi menceritakan kejadian di beberapa tahun yang lalu.
"Beruntung aku tahu semua ini sekarang, sebelum semuanya terlambat," lirih Rama.
Uci Desmi senang Rama sudah mengetahui semuanya.
"Aku akan menceraikan Annisa secepatnya," ujar Rama penuh penekanan.
Rama tidak sudi memiliki istri yang merupakan putri dari pembunuh kedua orang tuanya.
Di kediaman Pak Didin semua orang tengah mencari Rama yang pergi tanpa kabar.
Terlihat Annisa merasa hidupnya hancur karena suaminya pergi meninggalkan dirinya pada malam pertama.
"Bang Rama! Aakh!" teriaknya.
"Pak, Pak Didin!" Seorang pria yang hampir seumuran dengan Pak Didin datang menghampiri sang Kepala Desa.
"Ada apa, Pak?" tanya Pak Didin menghampiri warga tersebut.
"Ada yang lihat kalau Rama berjalan menuju rumah Uci Desmi," ujar salah satu warga itu pada Pak Didin.
"Apa? Rama pergi ke rumah Uci Desmi?" tanya Pak Didin memastikan perkataan sang warga benar.
"Iya, Pak," sahut di warga itu.
Annisa mendengar apa yang dikatakan oleh sang warga yang menghampiri ayahnya.
"Yah, ayo kita ke rumah Uci Desmi," ajak Annisa tidak sabar ingin bertemu dengan sang suami.
Akhirnya, Pak Didin dan Annisa berangkat menuju rumah Uci Desmi untuk melihat keberadaan Rama di sana.
Pak Didin penasaran dengan alasan menantu tega meninggalkan sang putri pada malam pertama.
Pak Didin diikuti oleh 2 orang warga menuju rumah Uci Desmi. Sesampai mereka di rumah Uci Desmi, Annisa hendak berlari menuju pintu rumah Uci Desmi.
Tok tok tok.
Annisa mengetuk pintu rumah Uci Desmi.
"Uci, Uci Desmi." Annisa memanggil-manggil Uci Desmi dari luar rumah.
Uci Desmi yang masih mengobrol dengan Rama langsung menoleh pada Rama.
Uci Desmi dan Rama pun melangkah keluar, dia membuka pintu rumahnya.
"Bang Rama," ujar Annisa saat melihat sosok pria yang baru saja sah menjadi suaminya.
Annisa hendak melangkah mendekati sang suami.
"Stop! Jangan sentuh aku!" ujar Rama.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
ArgaNov
Hai Kak, aku singgah sampai bab lima dulu ya, nanti aku singgah lagi.
Aku tunggu kedatangannya di Tukar Jiwa🥰
2022-11-05
0
Cici Azhaa
sudah kuduga mertua Rama pasti mengejar sesuatu darinya
2022-10-02
1
Agung Andria
apa sesuatubyang berharga yang dimiliki kedua orangbtua rama???
2022-10-02
1