Diska hanya bisa menunduk, dia menangis. Kenangan pertemuan terakhir mereka menyisakan benih di dalam rahim sang dokter muda.
Dia bingung harus menjelaskan apa pada Rezi, dia juga takut untuk memberitahukan hal ini pada kedua orang tuanya.
Kenangan indah bersama Rama menjadi penyesalan dalam hidupnya.
Flash back off.
Setelah selesai melaksanakan shalat subuh, Diska pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit untuk bekerja.
Saat ini dia sudah bertugas di salah satu rumah sakit ternama di kota Bandung, selama Diska bertugas dia selalu membawa buah hatinya dengan seorang pengasuh yang menemani Farel selama dia bekerja nanti.
Diska sengaja membawa Farel ke mana pun dia pergi karena dia tidak ingin jauh dari putranya.
"Mbak, Farel masih tidur. Mbak siapin bekal dia aja, nanti biar aku yang mandiin dia," ujar Diska pada Mbak Yuyun, sang pengasuh yang selalu menjaga Farel.
Diska berpesan pada Mbak Yuyun saat dia hendak melangkah menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"Oh, iya, Nona," ujar Mbak Yuyun.
Mbak Yuyun yang tadinya ingin memandikan Farel, akhirnya putar balik ke dapur untuk menyiapkan makanan bekal Farel selama di rumah sakit nanti.
"Pagi, Ma, Pa," sapa Diska pada kedua orang tuanya saat dia baru saja ikut bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan.
Pak Bayu dan Bu Naina hanya diam saat melihat putri mereka sudah berada di dalam ruangan yang sama dengan mereka.
Mereka menatap tajam pada putri satu-satunya itu, mereka masih belum bisa melupakan apa yang sudah dilakukan oleh Diska kemarin malam saat makan malam bersama kedua orang tua Rezi.
Diska merasa aneh dengan sikap kedua orang tuanya.
"Mama, Papa kenapa?" tanya Diska santai.
Dia sudah melupakan kejadian tadi malam.
"Apa? Kamu malah menanyakan kami ini kenapa?" tanya Pak Bayu pada putrinya menahan emosinya yang mulai memuncak.
Diska mengernyitkan dahinya, dia masih belum mengerti maksud kedua orang tuanya.
"Diska salah apa, Pa?" tanya Diska lagi pada sang papa.
"Salah kamu? Kamu menanyakan apa salahmu? Kamu tidak menyadari kesalahanmu?" ujar Pak Bayu dengan nada yang mulai meninggi.
Bu Naina memegangi pundak suaminya agar sang suami bisa mengontrol emosinya.
Diska pun diam setelah mendengar suara papanya yang mulai meninggi.
Dia memilih untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh pria paruh baya yang sudah membesarkan dirinya.
"Kamu sudah salah menolak lamaran Rezi!" Pak Bayu meluapkan emosinya.
"Kamu itu sudah berumur, sudah wajar kamu memikirkan untuk menikah. Sudah jelas-jelas Rezi mau menerima kamu apa adanya, kamu justru menolak lamarannya," ujar Pak Bayu lagi.
Diska kesal mendengar ucapan sang papa.
"Pa, saat ini aku tidak ingin menikah," ujar Diska tegas.
"Lalu? Sampai kapan kamu akan begini?" bentak Pak Bayu mulai emosi saat mendengar bahwa putrinya tidak ingin menikah.
"Aku akan seperti ini sampai aku bisa melupakan Rama," jawab Diska.
Diska pun tak bisa membendung rasa sakit yang harus dirasakannya.
"Rama lagi, Rama lagi. Dia itu hanya pemuda miskin yang bodoh!" bentak Pak Bayu tak bisa lagi menahan emosinya.
Dia mulai berdiri, lalu dia mengacungkan telunjuknya pada sang putri.
"Sampai kapan pun Papa tidak akan pernah mengizinkan kamu berhubungan lagi dengan pria kampungan itu," bentak Pak Bayu lagi.
Buliran bening kini mulai membasahi pipi mulus ibu satu anak itu, dia tidak tahan mendengar cacian dari papanya terhadap pria yang sangat dicintainya.
"Cukup, Pa. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menikah dengan siapa pun," ujar Diska.
Diska pun berdiri, dia hendak melangkah meninggalkan ruang makan.
Pak Bayu menarik tangan Diska.
"Rezi itu orang baik, dia berasal dari keluarga terpandang. Apa salahnya kamu menerima Rezi sebagai suamimu," ujar Pak Bayu lagi.
Dia mulai menurunkan nada suaranya.
"Pa, aku mohon jangan paksa aku," ujar Diska masih teguh hati mempertahankan cintanya pada Rama.
Plak.
Pak Bayu tak sanggup lagi menahan emosinya, akhirnya dia pun melayangkan tangannya dan menampar pipi putri satu-satunya yang sangat disayanginya.
"Papa!" pekik Naina histeris.
Diska merasakan panas di wajahnya, tapi keras hatinya membuat tamparan itu sama sekali tidak terasa sakit baginya.
Diska mengangkat wajahnya.
"Aku tidak percaya papa akan melakukan hal ini demi menuruti kemauan papa," lirih Diska.
Diska sangat kecewa dengan apa yang sudah dilakukan oleh papanya.
Diska berlari menuju kamarnya, dia mengusap air matanya yang sejak tadi terus mengalir begitu saja.
"Diska, berhenti!" bentak Pak Bayu lagi.
Namun, Diska mengabaikan panggilan papanya.
"Nona, kenapa?" tanya Mbak Yuyun saat berpapasan dengan Diska.
Diska hanya diam, lalu masuk ke dalam kamarnya.
Diska menatap sendu ke arah putranya. Lukanya yang selama ini dengan susah payah dihapusnya kembali terasa sakit.
"Bang, seandainya kita bisa hidup bersama kita pasti akan bahagia," lirih Diska.
Perlahan Diska menghapus air matanya yang terus saja mengucur deras.
Rasa sakit kehilangan pria yang sangat dicintainya terus menggerogoti hatinya.
"Nona," panggil Mbak Yuyun sambil mengetuk pintu kamar Diska.
"Iya, Mbak," sahut Diska dengan suara serak.
Mbak Yuyun membuka pintu kamar secara perlahan.
"Nona," lirih Mbak Yuyun.
Mbak Yuyun menghampiri Diska. Wanita yang sudah 2 tahun bekerja dengan Diska itu sangat mengerti bagaimana hati Diska saat ini.
Selain Rezi, hanya Mbak Yuyun yang mengetahui masalah dalam hidupnya.
"Ada apa, Nona?" tanya Mbak Yuyun pada Diska sambil mengajak Diska duduk di tempat tidur.
"Mbak, hiks," tangis Diska pecah.
Diska tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang dijalaninya, selama ini dia terus tetap bertahan dan berusaha untuk kuat meskipun hatinya sangat rapuh.
Mbak Yuyun memeluk Diska dengan erat membiarkan majikannya itu untuk meluapkan rasa sesak di dadanya.
"Istighfar, Nona. Serahkan semuanya pada Allah. Hanya Allah yang bisa memberikan kekuatan pada kita di saat kita rapuh," nasehat Mbak Yuyun pada Diska.
"Mbak, hari ini kita tidak usah ke rumah sakit." Diska tidak mungkin pergi ke rumah sakit dengan kondisi hatinya yang tengah kacau.
"Ya sudah, kalau begitu. Lebih baik Nona menenangkan diri terlebih dahulu," ujar Mbak Yuyun.
"Mbak," lirih Diska lagi.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Iya, Nona," ujar Mbak Yuyun.
"Mhm, kalau aku bawa Mbak Yuyun pergi berlibur. Mbak Yuyun mau, enggak?" tanya Diska pada pengasuh putranya.
"Liburan ke mana, Nona?" tanya Mbak Yuyun semangat.
"Mhm, tapi Mbak Yuyun jangan bilang siapa-siapa," ujar Diska meminta Mbak Yuyun merahasiakan rencananya.
"Siap, Nona." Mbak Yuyun setuju.
"Ya sudah, kalau gitu mbak Yuyun siapkan barang-barang Mbak Yuyun, kita akan pergi selama satu Minggu," ujar Diska.
"Kita berangkat sekarang?" tanya Mbak Yuyun tak percaya.
"Iya," lirih Diska mengangguk.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rinjani
libur nemuin bpk nya Farel ya non
2023-01-17
1
IG: Saya_Muchu
lama bgt
2022-10-02
3
Cici Azhaa
Kasihan banget sih Riska semoga mereka berjodoh lagi....
2022-10-02
2