Pukul 04.00
Diska terbangun dari tidurnya, dia menatap wajah tampan sang buah hati yang masih tertidur lelap.
Diska melihat jam di layar ponselnya.
"Udah pukul empat, aku harus bangun," lirih Diska.
Diska bangkit dari tidurnya, sebelum itu dia mengecup puncak kepala Farel.
Diska melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Diska sadar diri bahwa dirinya seorang pendosa, oleh karena itu dia kini selalu rajin melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba yang penuh dilumuri dosa.
Sebelum azan subuh berkumandang, Diska menunaikan shalat sunat tahajud serta shalat sunat fajar.
Diska mulai menunaikan ibadah secara rutin sejak dia tahu bahwa dirinya tengah mengandung.
Flash back On.
Diska dan Rezi sedang menikmati santap makan siang di kantin Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Rezi juga melanjutkan pendidikan kedokterannya sambil bekerja di salah satu rumah sakit ternama di kota Jakarta.
Saat Arumi hendak menyendokkan nasi soto ke mulutnya, tiba-tiba dia merasa aroma nasi soto itu terasa aneh sehingga menyebabkan dia merasa mual.
Akhirnya Diska pun berlari ke toilet yang tersedia di kantin Fakultas.
"Diska, kamu kenapa?" tanya Rezi heran melihat Diska yang tiba-tiba berlari begitu saja.
Diska mengabaikan panggilan Rezi, pria itu khawatir dengan keadaan Diska, dia pun melangkah mengikuti Diska menuju toilet.
"Kamu kenapa?" tanya Rezi saat Diska sudah keluar dari toilet.
"Aku enggak tau, Kak. Tiba-tiba perutku mual saat mau makan nasi sotonya," ujar Diska.
"Ya udah, kalau gitu kita cari makan tempat lain, ya," ajak Rezi.
"Enggak usah, Kak. Aku mau minum teh anget aja," lirih Diska.
"Ya udah, kamu duduk di sini dulu," ujar Rezi menyuruh Diska untuk duduk di sebuah bangku panjang di luar kantin.
Rezi sengaja mengajak Diska keluar kantin, dia takut Diska kembali menghirup aroma nasi soto yang menurutnya tidak enak.
Mereka kini sudah berada di depan gedung Fakultas kedokteran.
"Kamu tunggu di sini, biar aku yang cari teh anget buat kamu," ujar Rezi khawatir.
Diska mengangguk, lalu membiarkan Rezi kembali masuk ke kantin untuk meminta segelas teh panas.
"Nih, kamu minum dulu, tapi pelan-pelan, ya. Masih, panas," ujar Rezi.
Dia pun menyodorkan segelas teh panas pada Diska, berharap Diska akan merasa lebih baik setelah itu.
"Sepertinya kamu masuk angin," ujar Rezi menganalisa penyakit apa yang kini dialami oleh Diska.
"Aku juga enggak tahu kenapa, nih. Kok tiba-tiba pusing gitu," ujar Diska.
"Atau apa perlu kita ke klinik terdekat?" tawar Rezi.
Dia cemas dengan kondisi tubuh Diska yang kini terlihat pucat pasi.
"Enggak apa-apa, mungkin benar aku cuma masuk angin doang," ujar Diska tidak ingin merepotkan Rezi.
"Kamu yakin?" tanya Rezi memastikan keadaan Diska.
Diska menggelengkan kepalanya berusaha untuk meyakinkan pria yang selalu berada di sampingnya bahwa dia baik-baik saja.
"Iya, aku baik-baik saja," ujar Diska.
Diska menyesap teh hangat yang baru saja diberikan oleh Rezi.
Mereka pun beristirahat terlebih dahulu di sana.
Beberapa menit setelah itu.
"Kak, kita pulang, yuk," ajak Diska setelah dia merasa lebih enakan.
"Ya udah, yuk." Rezi pun membantu Diska melangkah menuju parkiran.
Saat Diska hendak membuka pintu mobil, gadis itu pun terkulai lemas, bersyukur Rezi masih berdiri di samping Diska.
Rezi langsung menangkap tubuh Diska lalu memasukkan Diska ke dalam mobil.
Rezi mengambil keputusan untuk membawa gadis yang bersamanya menuju ke sebuah klinik terdekat.
Dia panik saat melihat Diska jatuh tak sadarkan diri, dia mencemaskan keadaannya saat ini.
Sesampai di klinik, Rezi mengangkat tubuh Diska dan membawanya masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
Diska terlihat masih belum sadarkan diri, dia membaringkan tubuh Diska di atas brangkar lalu mendampinginya masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
"Dokter, tolong teman saya, dia tiba-tiba pingsan," ujar Rezi pada sang dokter.
Sebenarnya saat itu, dia sendiri bisa memeriksa keadaan Diska, tapi dia menyerahkan hal itu pada dokter yang bertugas di klinik tersebut.
Si dokter pun mulai memeriksa keadaan Diska, si dokter dapat merasakan denyut nadi Diska yang berbeda dengan seorang wanita yang normal.
Sang dokter terdiam sejenak, dia menghela napas panjang, sang dokter mengoleskan minyak kayu putih ke hidung Diska berharap Diska lekas bangun.
Diska mulai membuka kelopak matanya secara perlahan. Dia dapat melihat sekelilingnya berwarna putih.
"A-aku di mana?" lirih Diska bingung saat tahu dia berada di tempat asing baginya.
Rezi mendengar ucapan Diska, dia pun berdiri menghampiri gadis yang sangat dicintainya itu.
"Kamu udah bangun?" tanya Rezi.
Dia menggenggam erat tangan Diska.
"Aku di mana?" tanya Diska lagi.
"Kamu sedang berada di klinik, ini dokter masih memeriksa keadaanmu," jawab Rezi.
"Dek, saya sudah periksa, Alhamdulillah kondisimu baik-baik saja. Tapi, ada sesuatu yang harus kita periksa," ujar sang dokter.
Diska dan Rezi saling berpandangan.
"Kamu bisa menyimpan urine kamu di sini," pinta sang dokter sambil memberikan sebuah wadah kecil.
"Untuk apa?" tanya Diska heran.
"Untuk memastikan kamu sedang mengalami sakit apa?" ujar sang dokter.
Akhirnya Diska pun turun dari brangkar, lalu dia melangkah menuju kamar mandi yang terdapat di dalam ruangan pemeriksaan tersebut.
"Ini, Dok," ujar Diska sambil menyodorkan wadah yang sudah berisi urine miliknya.
Setelah itu, Diska melihat sang dokter memasukkan tes peck pada wadah tersebut.
Diska menutup mulutnya, saat dia tahu alasan dokter meminta urine-nya.
Rezi mengernyitkan dahinya, dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Dia berharap apa yang diperkirakan oleh Dokter tidak benar.
Tak berapa lama sang dokter mengeluarkan tes peck tersebut.
Rezi membulatkan matanya tak percaya saat melihat garis dua di alat tes peck tersebut.
Dia menatap tak percaya pada Diska, hatinya hancur seketika saat tahu Diska hamil.
Diska terlihat shock dengan apa yang dilihatnya saat ini, dia menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Selamat, Nona. Anda positif hamil," ujar sang dokter.
Diska hanya diam, dia masih bingung harus berbuat apa.
"Baiklah, Dok. Kami pamit dulu, terima kasih," ujar Rezi setelah rasa shocknya hilang.
Rezi menarik tangan Diska untuk keluar dari klinik tersebut. Dia pun membawa Diska masuk ke dalam mobil.
"Apakah kamu bisa jelaskan ini semua?" tanya Rezi menahan hatinya yang bergemuruh.
Hatinya hancur berkeping-keping, selama ini dia selalu memendam cintanya terhadap Diska tapi kini dia mengetahui bahwa gadis yang selama ini dicintainya telah hamil, itu artinya Diska telah menyerahkan harta berharga dalam dirinya pada pria lain.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rinjani
walah Rama yaaa
2023-01-17
1
Agung Andria
ternyata ini certa lanjutan sebelah???
semangat
2022-10-02
3
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
waaaduuuuh positif anak siapa itu🤔🤔🤔🤔🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-09-26
3