Bisanya bilang...

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Tabak totat cacang, wey!" ucap Lintang dengan mata berbinar tak menoleh sama sekali dari atas meja.

"Martabak coklat kacang, Lin!" Sam yang kesal karena tadi sempat khawatir ingin rasanya menggigit pipi bulat putih cucu bungsunya.

"Iya itu, manis tan taya Lilin 'kaaaaan?"

"Hem, iya aja deh dari pada ada paduan suara dadakan," sahut Samudera pelan jangan sampai terdengar oleh Si bungsu.

Sam mendudukan Lintang di kursi meja makan ia memberikan piring kosong untuk bocah menggemaskan tersebut berserta sendok dan garpunya.

"Pake tanan, nda buweh?" tanya Lintang.

"Tanganmu kotor, Sayang. Cepat dimakan kalau mau, nanti dingin," ujar Sam sambil membuatkan Lintang segelas susu.

"Talau ninin, piyuk aja," sahut Lintang yang membuat Sam membuang napas kasar.

"Emang Lilin mau pelukan sama Martabak?"

Beda Lintang beda juga dengah Fajar yang baru saja membuka kedua matanya. Ia bergeliat kecil dalam pelukan Keanu yang memang sedari tadi memeluknya hangat, dari ketiga hasil keringat enaknya memang hanya Fajar yang masih bisa ia dekati karna dua yang lainnya sudah punya kandang masing-masing di Rumah utama.

"Mau minum?" tawar Keanu pada Si tengah.

"Mau, tapi yang hangat," jawab Fajar yang seperti masih mengumpulkan kesadaran.

Keanu turun dari ranjang, mengambil segelas air putih hangat untuk putra kesayangannya yang selalu terlihat santai dan cuek berbeda dengan Si sulung dan Si tengah yang pecicilan dan cengeng.

Setengah gelas kini sudah dihabiskan oleh Fajar, Keanu lalu meminta anak itu untuk mandi karna hari semakin sore bahkan hampir malam.

"Aa mau mandi sendiri aja," ucap Fajar saat mereka diambang pintu kamar mandi.

"Yakin? tapi gak boleh main air lama-lama ya, nanti kamu masuk angin," pesan Keanu.

"Iya Ayah," jawab Fajar sambil tersenyum, dalam urusan mandi sendiri rasanya hanya Fajar yang bisa dipercaya tak seperti kakak dan adiknya.

Lebih dari dua puluh menit, Fajar keluar dengan handuk kimono ditubuh mungilnya, diantara mereka masalah berat badan tak pernah jauh berbeda, tapi Angkasa memang selalu lebih unggul.

"Mau pakai sendiri lagi?"

Fajar mengangguk, ia merapihkan dirinya hingga terakhir menyisir rambut. Keanu tentu bangga sampai ia menciumi putra keduanya itu berkali-kali.

"Ayah sayang Aa," ucap Keanu.

"Aa juga sayan Ayah, sayang semuanya," balas bocah itu yang lalu memeluk Si kadal jantan kesayangan Buaya betina.

Kedunya keluar dari kamar, tujuan mereka kini ke lantai bawah karna ruang tengah atas sepi tak ada siapapun. Namun, ditengah tangga ada Angkasa yang sedang dituntun oleh PapAynya.

"Abang Asha," panggil Fajar, bukan hanya kakaknya yang menoleh tapi juga sang Tuan besar Rahardian pun melakukan hal yang sama.

"Wih, cicit solehnya PapAy udah harum ya," puji Air, jangan sampai ada yang menyebut Fajar atau Lintang ganteng karna yang ganteng hanya Angkasa Rahardian Lee Wijaya seorang.

"Udah dong, PapAy mau cium?" tawar Fajar sambil merentang kan tangannya.

"Tentu," Air menggendong sebentar cicit keduanya itu, lalu kembali diturunkan karna pria baya itu tak kuat lama mengangkat apapun kali ini

#KakakAyGeusUzurOey.

#KetawaApaNangis.

Keempat orang itu meneruskan langkah mereka, tapi kali ini langsung ke ruang makan karna ada gelak tawa Samudera dan Lintang disana.

"Apain, bicik banget?" tanya Angkasa yang datang lebih dulu.

"Nda, Abang Asha mahu tabak-tabak totat cacang nda?" tawar Lintang.

"Matabak, bukan Tabak!"

"Ish, sama aja pada gak bisa ngomong Martabak," sahut Fajar meledek kakak dan adiknya.

"Nah iya, itu" timpal Lintang.

"Apa?" tanya Angkasa.

"Tabak totat Cacang, Abang juga nda ica omongnya 'tan?" ledek Lintang mencibir.