Drama mandi ++ 2.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Ayo laliiiiiii..." gelak tawa Lintang dalam pelukan Samudera menggema keseisi lift. Bocah itu terus saja cekikikan saat kabur dari hadapan Tuan besar Rahardian.

"Napa nda naik tangga?" tanya Lintang.

"Lilin berat, emang mau jalan sendiri?" sam balik bertanya yang langsung di jawab gelengan kepala.

"Nda, apek!"

Sam yang begitu merindukan cucunya terus saja menciumi wajah menggemaskan Lintang. Si bungsu yang tak bisa jauh darinya itu akan betah berada di ketiak sang Tutut meski 24 jam lamanya.

Cek lek

"Miyuuuh, Lilin udah puwang, Eh"

Biru yang sedang merapihkan tempat tidur pun langsung menoleh, ia senang dengan kedatangan tiga jagoannya yang pasti akan membuat Rumah utama ramai kembali. Tak seperti kemarin-kemarin yang sepi bagai tak berpenghuni.

"Abang Asha sama Aa Fajar mana?" tanya Biru.

"Abang sama PapAy kalau Aa nda entut. Mahu sama Abah aja tanyanya, " jawab si bungsu.

"KATANYA!" timpal Samudera.

"Iya, itu. Tanyanya" ulang Lintang yang masih tetap salah, sulit membenarkan kalimat yang keluar dari bibir bocah itu, karna bukan tak bisa tapi tak mau. Jika di biarkan mungkin akan seperti si Bayi Buaya Cengeng nantinya.

"Sudah makan?"

"Udah, sama Ayam di goleng. Abang Asha dadanya yang besal telus Aa Fajal sama pahanya banak-banak," celoteh Lintang.

"Banyaknya berapa?" tanya Sam yang mulai larut dalam cerita si bungsu.

"Dua, paha yang nanan sama paha lili," jawabnya sambil cekikikan karna pasti mengundang protes lagi.

"KANAN DAN KIRI." ucap Samudera dan Biru berbarengan yang akhirnya membuat tiga manusia ciptaan Teteh cantik itu tertawa bahagia.

#NgalemSorangan😆

.

.

Lintang yang dibawa ke ranjang langsung bermain dengan mainannya, kamar putra mahkota Rahardian itu kini selalu berantakan dengan berbagai macam robot dari yang paling kecil sampai yang paling besar setinggi Samudera.

"Tanyanya, Ultlamen nda mahu culik Lilin. Lilin angis mulu, Piyuh" adu Lintang.

"Siapa yang bilang gitu? wah cari gara-gara ya" sahut Samudera dengan kesal.

"Hayooooo.... Capa ya malen yang bilang ntu ke Lilin. Cung-cung-cung, Piyuh lilin malah nih" kekeh nya sambil tepuk tangan.

"Phiu gak marah, kok"

"Napa nda malah?" tanya Lintang.

"Kan emang bener, Ultramannya gak mau culik, katanya berisik terus gak bisa terbang,"

"Huaaaaaaaaaaaaa, Piyuh Akal!"

Biru yang mendengar semua cerita cucunya hanya tersenyum kecil. semenjak Rain dan Rindu ke luar negeri rumah utama memang tampak berbeda, tak ada yang bergelayut manja lagi meski anak dan menantunya itu sering pulang dan pergi lagi. Angkasa, Fajar dan Lintang satu-satunya obat lara Biru.

Lintang yang menangis langsung di gendong oleh Samudera, sedangkan Biru hanya bisa meledek suaminya yang harus ekstra sabar merayu cucu mereka tersebut.

"Eh, kita mandi yuk. Mau Semprot-sempot, keh" ajak Samudera yang tentunya langsung di iyakan.

"Mplot-mplot ya?" tanya Lintang lagi memastikan.

"Iya, Sayang."

Samudera langsung membawa bocah tampan yang terisak itu ke kamar mandi, di bukanya satu persatu baju Lintang sampai tak memakai apapun.

"Piyuh butaaaaaaaaaaa" teriaknya kesal.

"BUKA!" protes Samudera, mana mungkin pria setampan itu di sebut buta oleh cucunya sendiri.

"Iya, Buta dali---dali mana ya?"

"Aish! Cicit biaya kurang asem" gerutu Sam kesal.

Samudera yang sudah membuka baju kini berdiri di depan Lintang dengan keadaan polos sambil menunggu air bathup penuh.

"Nih, tutut nah panjang yaaaaa?"

"Hem, kalo gak panjang ntar gak bisa masuk sawah, kalo gak masuk sawah gak bisa nyembur, kalo gak di sembur gak bakal ada Bubun, kalo gak ada Bubun ya gak ada kamu, Lin," jelas panjang kali lebar Samudera pada Lintang.

"Apa? Lilin nda ngeleti"

"Bagus, emang kamu gak harus tahu" jawab Samudera sambil tertawa.

"Ntal, punya Lilin panjang nda?"

"Iya, kalau Lilin tinggi ya"

Lintang menggangguk paham, lalu ia memegang inti miliknya sendiri sambil di usap usap pelan.

.

.

*Tetepan nd**e ya, Ulet Dudut*....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***