Burung Bule.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Bi, Lilin udah tidur. bawa sini," ucap Cheryl pada suaminya yang masih menggendong si bungsu.

Alih-alih ingin di ceritakan dongeng Tutut ngumpet di kuping Gajah, Lintang justru sudah terlelap saat Abahnya masih berpikir.

"Yakin, udah merem? nanti pas di tidurin malah bangun"'

" Enggak, udah pules banget itu, ayo sini" Cheryl menggeser tidurnya agar Lintang bisa di baringkan di tengah.

Semenjak tiga bocah menggemaskan itu sering menginap, Keanu sengaja membeli ranjang yang besarnya jauh dua kali lipat dari ukuran normal agar semua bisa tidur bersama tanpa harus berdesakan apalagi mengingat si sulung yang sangat lasak.

Dengan pelan akhirnya Rendra berhasil merebahkan tubuh cucu cengengnya itu di antara Angkasa dan Fajar, ia tak berani menggeser Si tengah yang memang tak bisa jauh darinya.

"Bobo ya, Ganteng"

Seperti hari hari bisanya, Fajar akan bangun lebih awal dari dua saudaranya yang lain. Ia akan ikut Rendra melakukan kewajiban serta aktifitas lainya di luar.

"Kopinya kasih susu gak?" tanya Fajar saat Cheryl datang ke teras dengan nampan di tangannya.

"Aa mau susu? biar Enin buatkan ya," tawar wanita paruh baya itu setelah meletakkan secangkir kopi dan sepiring kue untuk suaminya yang sedang mengurus burung peliharaan.

"Enggak, Aa mahu kopi Abah. Aa boleh minta?"

"Tapi jangan banyak-banyak ya, nanti takut Aa sakit perut. Enin mau liat Abang dan Lilin dulu di kamar," pamit Cheryl sambil mencium kening dan mengusap kepala Fajar.

Wanita yang seringkali mengutuk dirinya tak sempurna itu lalu bergegas ke salah satu kamar tempat ada dua cucu yang lainnya kini berada.

Cek lek..

"Enin---" seru Angkasa sambil bertepuk tangan kecil, bocah itu memang tak akan turun dan keluar dari kamar jika tak ada yang mendatanginya.

"Sudah bangun, Sayang?"

"Syudah, nih Si Lilin yang belum banun," sahutnya sambil melirik kearah si bungsu yang masih terbuai mimpi.

"Gak apa-apa, kan Lilin kalau tidur paling belakangan jadi bangunnya juga terakhir," balas Cheryl.

"Pas dalam piyut Bubun juga pasti bobo mulu nih, makanya lama luarnya, iya kan?" tanya Angkasa yang membuat Eninnya itu tertawa.

Bocah jahil dan pintar itu memang selalu luar biasa saat bicara sampai yang mendengarnya sering geleng-geleng kepala.

"Mau mandi, atau ke Aa dan Abah dulu di teras, biarkan Lilin tidur dan jangan menganggu nya," ucap Cheryl memberi dua tawaran pada si bungsu.

"Abang Asha mau ke Abah, mau pinjem ponselnya telepon papAy, boleh ya?"

"Tentu, Sayang"

Cheryl dan Angkasa keluar dari kamar menuju teras sambil berpegangan tangan, ia tentu berbeda dengan Lintang yang maunya di gendong jika pergi kemana-mana, termasuk ke kamar mandi.

"Abaaaaaaah, Abang Asha udah banun dong," teriak si sulung sambil berjingkrak.

Rendra yang mendengar si biang rusuh datang, buru buru menggantung kan sangkar semua hewan peliharaannya tersebut.

"Ugh, gantengnya Abah. Udah bangun, sayang? Lilin udah bangun?" tanya Rendra mencoba mengalihkan Angkasa agar tak mendekat ke sangkar.

"Belum, macih mimpi jadi kodok," sahutnya Asal.

Angkasa yang sudah ada di atas pangkuan Rendra langsung meminta ponsel untuk menelpon PapAynya. Pria baya itu wajib di lihatnya saat bangun tidur.

"Nih," ujar Rendra sambi menyodorkan ponsel miliknya yang sedang berbunyi nada tunggu.

"Hallo, Abang Asha, ganteng," sapa Air saat panggilan tersambung. Tak perlu basa basi karna Air tahu yang meneleponnya itu pasti cicit kesayangannya.

"Hallo, PapAy. Abang Asha kangen loh"

"Iya, kan nanti sore pulang. Abang lagi apa?" tanya Air yang suaranya serak khas bangun tidur.

"Lagi temenin Abah nih," sahutnya yang kemudian mencium pipi Rendra sekilas.

"Nemenin ngapain sepagi ini?"

"Ituloh, liat bulung,"