Doa..

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Drrttt... drrttt... drrttt.

"By, telepon!"

"Biarin," jawab Samudera yang masih berada diatas tubuh polos istrinya sedang melalukan hal paling menyenangkan.

"Angkat dulu, gak enak banget"

Samudera yang kesal akhirnya melepas si Tutut dari dalam sawah yang membuatnya selalu candu sampai saat ini. Ia memang lupa mematikan data di ponselnya saking sudah berga irahnya mumpung tak ada yang mengganggu.

"Rendra!" gumam pelan Sam saat nama sang besan ada di layar ponselnya.

"Hallo" sapa Sam saat panggilan telepon tersambung.

"Hallo, Pak pulici.... ada yang angis mulu nih, tangkep aja olangnya. Bicik banet." jawab Angkasa tiba tiba yang membuat Sam bingung di awal.

"Hallo, Bang Asha"

"Iya, Hallo Piyuh," jawab Si sulung tertawa tapi Sam justru mendengar juga cucu bungsunya menangis histeris sambil menjerit.

"Abang, Lilin kenapa?"

"Gak tau nih, angis mulu ntal juga belubah jadi kodok," sahut Angkasa lagi yang masih terus meledek adiknya yang meronta dalam gendongan abahnya.

"Cini, Lilin mahu omong piyuuuuuuuuuh" jerit Lintang yang terdengar oleh Samudera, ia pun meminta Angkasa untuk memberikan ponselnya itu pada Lintang.

"Nih," Angkasa yang menurut tentu langsung menyodorkan si benda pipih tersebut pada sang adik.

"Piyuuuuuu, pikol yuuuuuuuuk!"

"VideoCall, Lin" timpal Fajar.

"Iya, itu Pikooool."

Samudera yang mendengar permintaan cucunya mulai sibuk mencari baju yang entah di Lemparnya kemana barusan. tentu semua itu ia lakukan karna ingat dengan pesan Lintang sebelum pergi.

"Tunggu sebentar ya, Sayang"

Samudera meraih kaosnya yang terserak di lantai, ia buru buru memakainya dan langsung mengalihkan teleponnya dari panggilan biasa ke video call.

"Bee, itu bajunya tebalik," ucap Biru yang bersembunyi di balik selimut hingga sebatas leher untuk menutupi tubuh polosnya yang tanpa apapun.

"Bodoamat!"

Lintang yang terisak dengan air mata banjir di pipinya membuat Samudera merasa kasihan, ia yang tega benar-benar ingin menghapus kebasahan itu dengan bibirnya seperti biasa.

"Lilin kenapa, Sayang?"

"Piyuuuuuh, pake baju 'tan?" tanya nya langsung.

"Iya, nih pake," jawab Sam sambil memperlihatkan tubuh bagian atasnya.

"Nananya pake nda?" tanya nya lagi di sela isak tangis.

Deg...

Sam tentu hanya ingat dengan baju saja, ia tak menyangka cucu cengeng nya itu akan menanyakan celana juga yang tentunya sedang tak di pakai olehnya.

"Pake kok, Sayang. Lilin udah makan belum?" tanya Sam mengalihkan pembicaraan.

"Syudah, Eh belum. Belum 'tan Enin?" tanya Lintang pada Cherryl yang ada di dapur.

"Iya, Belum. Habis ini ya, Sayang. Enin buatkan dulu," sahut Cherryl.

Keduanya terus mengobrol sampai makanan siap, Lintang pun mengakhiri teleponnya dengan sangat terpaksa. Bocah itu memang tak bisa jauh dari Samudera sampai sering di ajaknya ke kantor jika sedang sangat rewel tak mau lepas dari gendongan.

"Yuk, makan. Jangan lupa berdoa ya"

"Iyaaaaaaaa," jawab Angkasa dengan sendok dan garpu sudah berada di tangannya.

"Siap, Enin." sambung Fajar dengan senyum lebar di wajahnya yang terlihat semakin tampan. Ia senang karna makanan di atas piringnya adalah salah satu makanan favoritnya. Dan itu sudah biasa Cherryl masakkan jika ia sedang di sini.

"Siapa yang mau pimpin do'a?" tanya Rendra yang semua mata kini terarah ke Lintang yang anteng sendiri.

"Lilin!!!" seru Angkasa dan Fajar.

"Apa Panggil-panggil aku?" tanyanya bingung.

"Baca doa dulu sebelum makan ya, ayo" kata Rendra sambil mengusap kepala cucu bungsunya.

.

.

.

Bimika, lohuma, ahya, Muuuuuuut....

Aamiin yaaaaaa!!!

Salah woy!!!!!!!!!!!!

Si Lintang minta Tututnya gue cium nih 😌😌😌

kan.. kan... jadi pengen bobo sama Gajah 😂

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***