14. Pantang Makan Sebelum Suami Makan

Pukul 05.00 Wib, Nara pun tersadar dan bangun dari tidurnya. Sambil bangun ia melihat sekitar dengan kebingungan berada di ranjang seseorang dan melihat kamarnya berbeda.

"Di mana ini?" Tanya Nara yang masih lemas

Ketika Nara bangun, Edgar yang sudah bangun di awal langsung ke kamar mandi. Setelah keluar selesai mandi, ia langsung keluar dan melihat Nara sudah bangun.

"Sudah bangun kau rupanya, bagaimana tidurmu apakah nyenyak? Bagaimana tidak kau tidur di ranjang ku ini, sedangkan aku pemiliknya malah tidur di sofa." Sinis Edgar

Nara kebingungan. Dan ia mengingat kemarin jika ia sudah pingsan.

"Jadi semalam aku tidur di ranjangnya Kak Edgar, dan ini sebabnya dia marah padaku dan menyindirku pagi hari sekali." Gumam Nara

"Maaf, Karena aku kau jadi tidur di sofa. Aku berjanji tidak akan tidur di ranjang mu lagi." Kata Nara

"Baguslah jika kau sadar bahwa kau tidak pantas tidur di ranjang ku." Sarkas Edgar

"I-iya..." Jawab Nara sambil menunduk

Ketika Nara ingin pergi untuk mandi, ia terkejut dan menyadari pakaiannya sudah terganti. Nara heran siapa yang menggantikan baju pengantinnya itu dengan piyama ketika sedang tidak sadarkan diri.

Edgar pun yang melihat Nara yang terlihat kebingungan. Ia pun menghentikan aktivitasnya.

"Ada apa? Kau heran kenapa bajumu sudah diganti." Ucap Edgar yang sudah menduga

"I-iya, Apa kau..." Sambil menunduk. Tanpa melanjutkan pertanyaannya karena Edgar langsung memotong pertanyaan Nara.

"Pelayan ku yang menggantikan pakaianmu semalam itu. Kau berpikir aku yang menggantinya? Jangan berharap!! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyentuhmu. Melihat tubuhmu saja aku jijik." Ucap Edgar sarkas dan langsung pergi ke bawah untuk sarapan.

Perkataan Edgar membuat Nara ingin menangis. Tapi ia bisa menahannya dan pergi ke kamar mandi untuk mandi karena tidak ada gunanya menangis.

Di bawah ayah dan ibunya beserta keluarga Pak Herman sudah berkumpul di meja makan. Edgar pun turun sambil menyusuri anak tangga menuju meja makan lalu duduk di kursi meja makannya.

"Edgar kau sudah bangun, bagaimana istrimu dia sudah sadarkan diri?" Tanya Bu Clarissa

"Sudah." Jawab singkat Edgar dengan wajah datar

"Di mana dia sekarang? Kenapa kalian tidak turun bersama." Ucap Bu Clarissa

"Dia sedang mandi." Jawab singkat Edgar

"Bagaimana tidurnya, Apakah nyaman dan juga nyenyak?" Tanya Pak Herman

"Bisakah jangan terus menanyakan wanita itu. Ini saatnya makan, bukan acara talk show." Hardik Edgar kesal

"Sajikan aku makanan!" Lanjut perintah Edgar pada pelayan yang biasa menyajikan makanan.

"Tidak boleh ada yang menyajikan makanan pada Edgar. Mulai dari sekarang Nara istrinya yang akan merawat Edgar mulai dari menyajikannya makannya. Cepat panggil dia untuk turun!" Ucap Pak Abraham

Pelayan yang ingin menyajikan makanan pada Edgar langsung mundur. Sedangkan Edgar menjadi sangat marah dan kesal padahal ia sudah sangat lapar.

Tak lama kemudian Nara turun dan menuju meja makan di mana semua orang sudah berkumpul.

"Maaf kalian harus menungguku." Bicara Nara lembut dan sopan sambil menunduk

"Jangan basa-basi lagi cepat sajikan makanannya aku sudah lapar! Jangan membuatku mati kelaparan karena harus menunggumu berpikir." Sinis Edgar pada Nara

"Baiklah." Nara pun langsung mengambil nasi dan menyajikannya pada piring Edgar. Setelah itu, Nara terdiam ia bingung dengan lauk pauk apa yang harus ia sajikan pada Edgar yang membuatnya semakin kesal karena menunggu Nara.

"Nara, Edgar suka sekali dengan Omelette, lebih baik kau sajikan itu padanya." Jawab Bu Clarissa lembut memberitahu putrinya

"Baik." Jawab Nara patuh, Ia pun langsung menuruti perintah ibu mertuanya dan menyajikannya pada Edgar.

Ketika makanannya sudah tersedia membuat Edgar semakin tidak bernafsu lagi untuk makan. Tapi karena lapar juga ia pun memakannya. Dan semua orang pun langsung makan, kecuali Nara yang sesuai peraturan rumah Pak Abraham, Seorang istri tidak boleh makan bersama suaminya, Jika mereka ingin makan harus menunggu suaminya selesai makan terlebih dahulu.

Nara belum banyak tahu bagaimana kehidupan dan peraturan keluarga Pak Abraham, tapi ia anggap ini adalah penghinaan pada seorang istri makan saja harus memastikan suaminya makan dan selesai dulu.

Semua orang sudah selesai sarapan. Dan lanjut berbincang untuk resepsi pernikahan.

"Acara pesta pernikahan sudah ayah pesankan dan siapkan. Acaranya akan di mulai pukul 10.00, dan masih lama. Sekarang baru jam 07.00 ada waktu untuk bersantai." Ucap Pak Abraham

"Pesta Pernikahan untuk apa ayah? Pernikahan ini tidak begitu spesial untukku. Kenapa ayah melakukan hal yang tidak berguna seperti ini." Ucap Edgar karena menganggap Pak Abraham begitu serius dalam menanggapi pernikahan ini sampai mengadakan pesta pernikahan.

"Sudahlah Edgar, Kau ikuti saja perintah ku. Sebaiknya kalian persiapkan diri kalian. Semua tata rias akan datang untuk membantu kalian bersiap sebentar lagi." Ucap Pak Abraham

"Oh iya baik Pak." Ucap Pak Herman yang selalu antusias

Semuanya pun bubar. Begitu pun Edgar langsung pergi ke kamarnya dengan menahan amarah.

Di meja makan hanya ada Clarissa dan juga Nara.

"Mari menantu, sekarang kita yang akan makan." Ajak Bu Clarissa sambil duduk

"I-iya Nyonya..." Ucap Nara sambil menunduk

"Apa yang tadi kau katakan? Jangan panggil itu. Aku ibu mertuamu. Kau adalah istri dari putraku, dan aku juga sudah menganggapmu sebagai anakku, Jadi panggil saja ibu ya." Baik hati Bu Clarissa

"Ba-baik Nyonya!! Maksudnya Ibu." Ucap Nara penuh penekanan

"Nah begitu lebih bagus. Jika begitu silakan makan." Ucap Bu Clarissa sambil memulai makan

Clarissa dan Nara pun mulai sarapan hanya berdua saja.

Setelah sarapan lebih dari 10 menit. Akhirnya mereka sudah selesai.

"Bagaimana apa kau sudah kenyang?" Tanya Bu Clarissa sopan dan lembut

"Iya bu, aku sudah kenyang." Jawab Nara

"Ibu mertuaku sangat baik, Aku merasa senang. Rasanya dia hadir sebagai ibuku sendiri." Batin Nara senang

"Ibu apa aku boleh menanyakan sesuatu." Tanya Nara

"Tanyakan saja nak, ada apa?" Ramah Bu Clarissa

"Maaf jika ini lancang, kenapa di rumah ini ada peraturan jika seorang istri tidak boleh makan bersama dengan suaminya, dan tidak boleh makan jika suaminya sendiri belum makan. Bukankah itu menyiksa kita." Kata Nara

Pertanyaan Nara menyentuh hati Clarissa.

"Itu karena, Ayahnya Edgar senang dengan peraturan. Jadi ia menerapkan apapun di rumah ataupun di kantornya sehingga penghuni di rumah ini tidak bebas melakukan apapun sebelum mendapat izin dari ayahnya Edgar. Ibi sendiri pun yang sebagai istrinya tidak bebas untuk bergerak. Ibu pernah mendengar jika saat kecil ia tumbuh dengan ketegasan dari orang tuanya. Sejak kecil ia tidak pernah luput dari peraturan orang tua sampai mungkin terbawa hingga sekarang."

"Tapi ibu, bukankah ini hal penindasan pada seorang wanita terutama kita sebagai istri."

"Em...emm, Ibu tidak bisa menjawab pertanyaanmu. Tapi yang jelas kita harus menerima peraturan ayahnya Edgar, Ibu permisi harus menyiram tanaman di belakang rumah. Jika kau masih lapar, kau bisa melanjutkannya lagi." Ucap Bu Clarissa pergi setelahnya

"Kenapa seolah-olah ibu sangat takut pada Pak Abraham. Seakan dia sudah di ancam oleh suaminya." Pikir Nara heran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!