Ini Ethan Sanchez. Dia ... muda, tampan dan sangat jenius. Ethan digilai gadis satu sekolah bahkan Ethan miliki fans garis keras.
Dia ini ..., seniorku dan suka galak padaku.
Suatu hari ....
Tiga orang senior dari tingkat tiga masuki kelas Arumi di hari terakhir kegiatan dalam Masa Orientasi Sekolah.
"Kita telah jalani awal Tradisi Kehidupan Akademik tahun ini. Sebagai panitia, kami berharap teman-teman siswa baru dapat menyerap banyak manfaat. Namun, ada sedikit catatan.
Hening. Membaca notes.
"Arumi Chavez?!"
Nama dipanggil, Arumi segera julurkan tangan ragu-ragu lewati kepala sambil celingukan.
"Hadir, Senior!"
"Ikut aku!" Cowok jutek yang berseru padanya adalah salah satu panitia Masa Orientasi Sekolah, Abram Hartley.
Di sebelah Abram, Ketua OSIS yang sangat galak dan terkenal disiplin, Ethan Sanchez tampak tak peduli padanya.
Mereka bertemu pertama kali saat pendaftaran masuk sekolah. Ethan jadi panitia penerimaan siswa baru bersama Aruhi. Ethan ternyata sahabat kakak tirinya.
Ethan selalu berasumsi Arumi bodoh, manja dan cengeng juga sombong. Jadi, cowok itu mengabaikannya.
"Mengapa ..., aku dipanggil sendiri?"
Ethan Sanchez sangat terusik pada ucapan Arumi, menatap Arumi dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Jadi, kamu tak tahu letak kesalahanmu?" tanya Abram Hartley wakili tatapan garang Ethan Sanchez. "Attitude yang buruk, bolos saat masa orientasi hari kedua sedang berlangsung, kamu tak ada dalam kelompokmu. Kamu juga telat datang pagi ini."
"Aku harus syuting," sahut Arumi jujur.
Abram Hartley pandangi Arumi, kerucutkan bibir.
"Sayang sekali, tak ada kompensasi, Nona Arumi! Kami tak akan anak-emaskan dirimu hanya karena kamu seorang artis," jawab Abram Hartley tanpa senyum.
"Baiklah, maafkan aku! Apa yang aku lewatkan?" tanya Arumi kali ini pada Ethan Sanchez hingga mau tak mau mereka bertatapan. Ethan melihat tepat di pupil matanya tanpa kedip sebelum bicara.
"Tanda-tangan para pendidik, staf sekolah dan senior tingkat tiga. Kamu tak miliki itu."
"Baiklah," angguk Arumi segera berpaling, mengambil pena dan buku. "Siapa saja siswa tingkat tiga yang perlu aku minta tanda-tangan mereka?" tanya Arumi bersiap menulis nama.
"Semuanya, tanpa terkecuali," sahut Ethan Sanchez datar.
"Satu-persatu?!" Arumi terbelalak. "Aku pikir Masa Orientasi Sekolah tujuannya jelas untuk pengenalan lingkungan sekolah. Tanda tangan senior hanyalah mengada-ada," sungut Arumi.
"Plus rapikan buku di perpustakaan lantai satu nanti siang karena pertontonkan ketidaktaatan," tambah Ethan lagi.
"Oh, aku rasa kamu sangat berlebihan!" keluh Arumi jengkel.
"Apa menurutmu mengenal seniormu di sekolah bukan hal penting, Nona Arumi? Berlebihan?"
Arumi menatap Ethan, ingin kuasai Ethan. Ia keliru. Menghela napas panjang. "Aku tak bisa! Aku harus syuting nanti siang."
"Lalu ..., mengapa kamu ke sekolah, Nona?" tanya Ethan lagi. "Patuhi aturan yang dibuat panitia untuk membentuk disiplin siswa baru sebab itu adalah tujuan kegiatan ini. Bekerja sama dan ikut denganku atau hukumanmu bertambah?"
Arumi Chavez tak punya pilihan lain, ia segera mengekor di belakang Ethan. Tak mungkin mengadu pada Ibu, karena Ibu menyuruhnya pergi ke sekolah dan lupakan dunia akting. Yang benar saja. Ia dapatkan banyak uang dari berakting juga popularitas.
"Tidak akan susah bagimu. Kamu artis hebat dan popular, kamu bisa main drama untuk menarik simpati anak-anak tingkat tiga." Sekalipun diucapkan dengan datar, nada Ethan sangat tidak enak didengar. Sangat sinis.
"Baiklah."
"Bawa ke perpustakaan jika sudah selesai!"
"Apakah Aruhi minta kamu ...."
Ethan berbalik cepat dan menyergap tajam padanya lewat tatapan mata sedingin es, "Arumi, apakah kamu sangat bodoh?"
"Apa?!"
"Berhenti bicara yang tidak-tidak tentang Aruhi! Kamu tak sadari pelanggaran yang kamu buat?"
Ethan Sanchez itu kejam dan dingin, terlebih Ethan sama sekali tak peduli pada kecantikan parasnya, tetapi sikap itulah yang membuat cowok itu sangat menarik.
***
Arumi bergegas susuri koridor sekolah menuju kelas. Melambai pada beberapa teman cowok yang menyapa sangat antusias padanya.
"Pagi, Arumi!"
"Hai, pagi juga," balas menyapa.
"Kelas akan segera dimulai."
"Ya, aku hampir telat."
"Kami mendukungmu, Arumi Chavez," seru beberapa teman cowok lain buat senyuman Arumi mengembang.
"Apa tugas akutansi-mu sudah selesai, Arumi?"
"Tentu saja selesai dengan cepat, ia pacari makhluk paling jenius di sekolah ini. Jelas saja tak susah bagi Ethan kerjakan tugas sekolahnya." Beberapa siswi berbicara cukup keras.
Arumi tak menggubris, masuk ke dalam kelas yang ramai dan duduk tenang di bangkunya. Meskipun popular di dunia selebriti, Arumi sedikit dikucilkan dalam kelas. Itu karena ia pacari bintang sekolah, idola para gadis. Senior mereka dari tingkat tiga.
Cowok di-maksud sedang lewat depan kelas. Para gadis menengok ke arah jendela, di mana, si pria tampan terlihat di sana.
Teman-teman cewek terang-terangan memuja, tetapi Arumi palingkan wajah, sedikit bersembunyi di samping meja, berharap si cowok terus pergi ke kelas tiga.
Nyaris bernapas lega. Arumi tersedak liur saat ekor mata menangkap sosok yang hampir lenyap di ujung kelas, tiba-tiba mundur hingga depan kelas Arumi. Ia menoleh ke dalam kelas lalu bertanya pada salah satu teman yang paling dekat di jendela.
"Apakah Arumi Chavez sudah datang?"
"Ya, ada di bangkunya!"
Arumi mengintip dari balik tas, sedikit berengut, tambahkan bedak di wajah hingga sangat tebal.
"Arumi Chavez?! Apa yang kamu lakukan di kolong meja?"
Ethan Sanchez berjongkok di depan Arumi hingga Arumi terkaget-kaget. Seluruh isi kelas perhatikan mereka kini.
"Eh, Ethan?" Arumi tersenyum kecut.
Lipatan kening Ethan tampak jelas saat mata bentrok pada sepatu Arumi. Jemari tangannya langsung bergerak ke sana.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Arumi kelabakan, Ethan mengikat ulang tali sepatu Arumi.
"Selesai," sahut Ethan singkat.
"Trims."
Ethan menengok wajah Arumi.
"Bukankah riasan wajahmu terlalu tebal? Sungguh tak bersinergi." Ethan menarik bangku terdekat dan duduk di depan Arumi. "Kamu kehilangan wajah aslimu!"
Arumi tersenyum lebar. Ethan berdecak panjang.
Arumi berhasil taklukan Ethan yang dingin dan kejam padanya diawal pertemuan mereka dan tak ingin pacaran. Bahkan Ethan pernah bersumpah, tak tertarik padanya meski dunia kehabisan cewek. Lihat pria ini sekarang!
Meskipun Ethan diperbudak cinta parah padanya, Ethan sebutkan beberapa peraturan jelas dalam hubungan pacaran mereka. Tak bisa sering bertemu, tak boleh terlalu berkencan tetapi wajib bertukar kabar. Tak boleh terlalu mengekang dan bicarakan salah paham. Jika Arumi kedapatan malas belajar, mereka akan langsung putus. Pacaran dengan Ethan Sanchez syaratnya lumayan bikin Arumi pusing tetapi bukankah itu yang ia butuhkan?
Ethan secara berkala mengecek tugas sekolahnya. Bukankah Ethan sempurna? Mereka tak pernah berkencan lagi setelah Arumi lolos casting untuk drama on going ditambah Ethan sibuk persiapan pergi ke Universitas ternama di Amerika. Ethan juga harus bekerja di kafe setelah pulang sekolah setelah pemilik kafe serahkan bisnis itu sepenuhnya pada Ethan.
"Arumi?" tegur Ethan buyarkan lamunan.
"Wajahku terlalu pucat karena tidur larut malam. Itulah mengapa aku memakai sedikit bedak."
"Kamu syuting sampai malam?" tanya Ethan Sanchez tidak suka. "Harusnya cukup jadi siswa sekolah saja, Arumi. Keluargamu kaya raya, haruskah jadi artis?"
"Aku mendadak pintar saat menghapal dialog. Aku rasa hanya itu kemampuanku."
"Masuk akal. Apa tugas akuntansimu sudah selesai?"
"Ya. Mau periksa?"
Ethan menatap tanpa senyum. "Apa kamu kerjakan kali ini sendiri atau kamu memaksa Archilles kerjakan untukmu? Hmmm?"
"I swear, aku kerjain sendiri. Archilles bekerja pada Pamanku."
"Aku percaya. Tali sepatumu berantakan pertanda tak ada Archilles Lucca."
Ethan bangkit berdiri, ulurkan tangan. "Ayo ke laboratorium denganku."
"Apa?!"
"Kami meracik beberapa bunga untuk dijadikan parfum," kata Ethan Sanchez lagi.
"Kami?"
"Ya, aku, Reinha Durante dan Claire Luciano."
"Aku pikir kamu dan Sarah."
"Sarah bukan siswa sekolah sini."
"Pelajaranku akan segera dimulai."
"Guru-guru rapat bersama orang-orang dari kementrian pendidikan. Kelasmu akan kosong sementara waktu."
Ethan meraih tangan Arumi sebelum Arumi banyak protes dan tinggalkan kelas diiringi tatapan teman-teman kelasnya. Mereka lewati koridor sekolah.
"Kamu tak keberatan teman-teman perhatikan kita?" tanya Arumi.
Papan skor mencatat nama Ethan Sanchez kedua terpandai di sekolah ini setelah Marya Corazon sedangkan Arumi ada di urutan terakhir. Walaupun mereka beda angkatan tetapi di papan skor ranking terpajang untuk tiga angkatan tanpa sembunyikan rahasia.
"Apakah kamu hidup untuk merespon pendapat orang tentangmu, Arumi?"
"Kamu pacari gadis terbodoh di sekolahmu."
Ethan menghapus celah di antara mereka.
"Si bodoh yang cantik. Tercantik di sekolah ini."
***
Ini aku cut jadi dua bagian. Biasanya chapter lebih cepat terupdate kalau komentarnya banyak.
Secara serius Novel ini akan ditulis setelah tanggal 23 September.
Arumi akan terjebak pada sebuah peristiwa sebabkan trauma dan di sana perasaannya secara serius akan berkembang entah pada Ethan atau pada Archilles. Lihat saja nanti.
Mohon dukungan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
bunga cinta
gay pacaran yg sehat
2024-05-03
0
Maria Jechika
tetap pada archiles dong jngn berpindah kemana2
2022-12-17
1
Yasmine aja
sama siapa saja kamulah sutradara terbaiknya thor
2022-11-27
0