Masih Flashback : Pengalaman Horror Suci sama Mantan di Puskesmas (2)

KAMPRET! Boleh ditabok nggak ini anak?! Jagain aku yang lagi sakit malah mimpiin Citra. Dijagain sama dia bukannya sembuh, tapi malah makin sakit. SAKIT HATI!

Ngapain kamu nembak dan bahkan ngelamar aku, kalau kamu cintanya sama Citra, Satria! Nikah sama Satria bakal bikin kriputan dan cepat tua! Bikin emosian mulu. Kalau nggak takut ngeganggu kenyamanan pasien lain, udah kutendang nih cowok!

Kesal dengan Satria yang tidak kunjung bangun, akhirnya dengan terpincang-pincang dan kaki yang diseret-seret, aku pergi sendiri ke toilet. Toiletnya ada di kamar sih, di pojok ruangan. Kalau aja ini siang hari dan kondisiku normal, aku nggak bakal kesakitan dan takut. Cuma suasana di puskesmas malam hari bikin ngeri. Sunyi. Sepi. Ada sih perawat yang jaga diluar, tapi pakaian perawatnya putih-putih dan sejujurnya kalau malam, apalagi di rumah sakit atau puskesmas, aku paling takut sama warna putih. Cerita-cerita seram horror, baik itu yang disampaikan secara lisan ataupun tertulis, banyak yang make setting Rumah Sakit atau puskesmas, inget itu bikin aku makin takut.

Ya Allah selamatkanlah hambamu ini. Setidaknya kalau ada hantu atau setan yang mau gangguin saya, tolong suruh tunggu dia sampai saya selesai buang air kecil di toilet. Nggak elit banget kalau saya harus buang air kecil dan pingsan di toilet gara-gara ketemu hantu--kalau celana saya nanti basah apa kata Satria? Nanti dikira saya ngompol lagi, malu-maluin!

Usai membaca do'a, akupun segera masuk ke toilet. Setelah selesai dan saat hendak keluar.

"Huuuuhuuuuhuuu."

Aku berjengit ngeri mendengar suara tangisan pilu dari luar ruang rawatku.

Apa-apaan?

"Huuuhuuuhuu."

Glek.

Memberanikan diri aku keluar dari Toilet. Dan berjalan menuju ke arah sumber suara. Diluar ruang rawatku--yang terhubung dengan ruangan tempat para perawat dan dokter berjaga, beberapa perawat dan pak dokter tengah sibuk memberikan pertolongan untuk seorang pasien yang baru masuk. Anak muda, laki-laki yang mungkin beberapa tahun lebih muda di bawahku, sepertinya murid SMA, kondisinya mengenaskan, bermandi darah. Aku tidak berani mendeskripsikan luka-lukanya, karena itu sangat mengerikan.

Kulihat seorang gadis muda cantik yang datang bersamanya tampak histeris di sudut ruangan itu. Dia terus menangis sambil menyebutkan nama kekasihnya. 'Laskar.' Nama yang bagus.

Aku menatap perihatin pada tubuh luka pemuda yang sedang coba diselamatkan oleh Dokter itu. Dan gadis yang kuasumsikan sebagai kekasihnya, masih histeris--dia berteriak memaki, dan menyalahkan seseorang bernama Rindu atas apa yang menimpa pacarnya, Laskar. Teman-temannya menahan dan mencoba menenangkannya.

"Asha! Hentikan Asha, plis jangan gini. Laskar pasti selamat, percayalah Selaksa, Laskar pasti selamat untukmu," Bujuk salah satu teman laki-lakinya yang bertubuh besar sambil memeluk gadis bernama Selaksa itu.

Hiks. Hiks. Jadi pengen nangis, berasa nonton sinetron. Tapi ini ... Feelnya lebih dapet.

Di tengah perjuangan para perawat, dan dokter di puskesmas kecil itu. Si dokter kemudian menghentikan usahanya, dia menatap sedih ke arah si pasien baru, korban kecelakaan itu, lalu menoleh ke arah si gadis yang histeris dan teman-temannya. Gadis bernama Selaksa itu termangu.

"Maaf," Pak dokter berkata muram. "Kami tidak bisa menyelamatkannya."

Pekikan histerispun keluar dari mulut Selaksa sebelum dia pingsan. Disusul tangisan teman-temannya yang lain.

Tak tahan melihat adegan sedih yang mengharu-biru di depanku, aku segera berbalik untuk kembali ke ruang rawat. Kalau terus di sana aku bisa ikut-ikutan nangis, ntar orang-orang pada berpikiran yang nggak-nggak lagi, aku yang bukan siapa-siapa si pasien yang meninggal, ikutan nangis histeris. Nanti aku disangka gila.

Menghela napas berat aku berjalan menyeret kakiku yang sakit untuk kembali ke ranjang, dan langkahku tiba-tiba berhenti saat menyadari ada sosok lain yang berdiri di depanku. Dia laki-laki. Muda, dan sangat ganteng, cuma sayang terlalu pucat. Mengenakan kaos berwarna putih, ditutupi jaket kulit berwarna gelap, dan celana levis biru. Dia menatapku datar.

Kayaknya aku pernah lihat deh, tapi ... Wait! Wait!

Pasien yang tadi! Pasien yang tadi! Pasien meninggal yang tadi!

Ya Allah, selamatkanlah hambamu ini!

"Lho, Suci dari mana? Ini udah malam lho. Kamu ini masih sakit udah jalan-jalan," omel Satria. Dari sudut mataku kulihat dia sudah bangun dan mengulet di kursinya. Dia cemberut menatapku.

Satria, kamu buta ya? Di depanku ada ... Hweeee! Ini kalau mau mati, mati aja ngapa? Kagak usah datangin gue, gue kagak kenal lu! Hwaaaa!

Badanku mendadak jadi berat dan kaku, dan mulutku nggak bisa bersuara.

Yeeee. Dia masih berdiri juga di sana. Maaamaaaaa!

"Suci! Kamu ngapain sih di sana? Ayo ke sini, tidur!" Kata Satria gusar.

Yeeee, kampret! Lu yang kemari, gue kagak bisa gerak nih. Jangankan gerak, ngomong pun nggak bisa. Sat! Satria! Di depan gue ada setan!

"Suci!"

Haaahhh.

Haaaahhh.

Haaaahhhh.

Tiba-tiba sesak napas, padahal nggak punya penyakit asma. Mana hantu di depanku masih berdiri tegak dan nggak ngasih jalan.

Nah lho, nah lho. Kok mata jadi berkunang-kunang, dan ruangan muter-muter?

"Suci!"

Yaelah, siapa sih yang matiin lampu, kok tiba-tiba gelap?

BRUKKK!

Itu suara karung beras jatuh ya?

"SUCI!"

Refleksmu telat Bang Sat, aku udah nemplok, pingsan nyium lantai.

*FLASHBACK SELESAI*

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!