FLASHBACK : SUCI DI DUA TAHUN LALU (2)

Di saat kami semua udah patah arang buat ngomong sama Suci, Mas Bian, suaminya Mbak Saty , nyaranin buat

nelpon si Satria , suruh dia ke sini dan ngomong baik-baik sama Suci, mau ngomong baik-baik sama Satria . Ide bagus tuh, Mas. Doain aja kalau Satria kemari, Suci nggak ngamuk dan ngelemparin tuh anak orang pake cobek atau penggorengan. Suci yang lagi patah hati kan suka labil-labil nggak jelas gitu. Apa lagi ini udah mau masuk ke ******* alur kisah cintanya sama Satria .

Belum sempat Papanya Suci neken nomor telpon Rumah Satria , pintu kamar Suci terbuka. Kami semua menoleh, dan … astagfirullah haladzim, ta' pikir tadi ada Sadako numpang ngeksis, eh, tahunya si Suci . Ya Allah, penampilanmu Suci, Suci, merinding aku ngeliatnya.

Keluarganya Suci juga Cuma bisa melongo ngeri melihat penampilan anaknya, yang mirip mahluk sejenis kuntilanak atau sundel bolong. Muka pucet, rambut awut-awutan kayak nggak pernah dishampo

ataupun disisir, mata sembab sepertinya habis nangis, ingus meleber kemana-mana, trus piyama tidur yang dia pake, piyama warna putih dengan motif boneka Anabelle. Suci serem deh!

"Suci …"

Tante Hana khawatir ngeliat muka anaknya yang pucat dengan keringat bercucuran.

"Suci … kemari, Nak …" Tante Hana bangkit dari sofa, membuka tangan untuk memeluk puterinya.

Si Suci ngacir, bukannya masuk ke pelukan Tante Hana, dia malah ngacir ke … Toilet?

HAH?

Suara tangisan pilu Suci disusul suara keran menyala, dan musik aneh 'brebet-brebet' yang terdengar dari

dalam toilet, membuat Mas Bian meringis, Mbak Saty tepok jidat, dan orangtuanya Suci sukses nyungsep balik ke sofa.

Emang si Suci makan apa kemarin sampai menceret heboh gitu?

"Huahahahahah." Ini yang aku sukai dari Suci, dia selalu bikin aku nggak bisa berhenti ngakak.

Suer deh, temenku ini gilanya nggak ketulungan. Biar lagi sedih ataupun patah hati, dia tetap masih somplak!

Bukannya aku nggak perihatin sama masalah yang menimpa Suci, tapi sumpah! Ini anak kelakuannya emang bikin sakit perut.

Tadi, karena Suci nggak bisa berhenti bolak-balik toilet sambil mewek-mewek, Tante Hana mutusin manggil Pak

Mantri buat meriksa Suci . Tadi sih kami pikir Suci cuma kena diare atau muntaber biasa, eh, tahunya … Hmmph, over dosis obat pelangsing.

"HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"

Ini anak setres kali ya? Udah tahu badan kurus gitu, masih mau dilangsingin, memangnya dia mau nyisain tulang aja di badannya ya?

"Udah puas ketawanya?" Suci yang lagi rebahan tak berdaya di atas tempat tidur mendelik sinis ke arahku—yang duduk di kursi di samping ranjangnya.

"Kamu sih, udah badan kurus kek papan penggilasan gitu masih aja minum obat pelangsing. Memang mau

kurus kayak gimana lagi?" ledekku.

Dia mendecih sambil buang muka.

"Aku juga nggak tahu kalau itu obat pelangsingnya Mbak Saty."

Hah? "Terus?"

"Aku nggak tahu itu obat pelangsing, aku pikir itu obat tidur jadi aku minum!" Bentak Suci emosi.

Aku melongo. Jadi nih anak bener-benar niat mau bunuh diri? Waduh, gawat. Tapi niatnya mau ke akhirat pake obat tidur, eh tahunya malah transit sengsara ke toilet gara-gara obat pelangsing.

HAHAHAHHAHAHAH.

"IKAAAAAAAAAAA! BERHENTI KETAWA!"

Buru-buru kabur keluar kamar sebelum Ibu Guru yang sedang patah hati ngeluarin semua jurus pamungkasnya.

SELESAI

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***