Mereka yang menunggu di luar sudah mulai jenuh, Bian dan Zahra masih juga tidak keluar padahal malam sudah semakin larut.
Dion, Reza, Ikbal dan Zian, mereka sudah mulai mengantuk saat ini, dan entah sampai kapan mereka harus di sana.
"Mereka sedang apa sih, lama sekali, jam berapa ini mana bisa seperti itu?" tanya Zian.
"Aku juga gak tahu, gimana lagi, gak enak juga mau usir mereka," ucap Dion
"Tapi aku ngantuk nih," tambah Reza
"Sama saja," sahut Ikbal tak mau kalah.
Mereka saling lirik satu sama lain dan bergelut dengan fikirannya masing-masing, apa yang harus mereka lakukan karena mereka merasa tidak enak dengan Bian.
"Dion, kamu kan yang punya rumah, gak masalah kalau kamu usir mereka," ucap Reza
"Gak mau."
Reza berdecak tanpa berkata apa pun lagi, lalu apa mereka harus jadi satpam penjaga untuk Bian dan wanita itu.
Ditengah pertahanan mereka yang mulai goyah untuk berjaga di luar, Bian dan Zahra masih asyik berbincang sampai saat ini.
Keduanya telah terlihat tenang tak ada lagi perseteruan, meski Zahra memang masih tidak setuju dengan permintaan Bian.
"Ya?"
"Enggak ih, berisik."
Bian tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya, untuk pertama kalinya Bian rela seperti ini pada perempuan.
"Kalau aku biarkan kamu tidur di rumah itu malam ini, kamu mau nikah sama aku?"
"Mana bisa."
"Bisa, aku bisa saja bantu kamu masuk lagi ke rumah itu."
"Dan nanti orang tua kamu yang usir aku."
"Janji dulu, kamu mau nikah sama aku."
"Enggak, aku gak bisa janji kalau belum tahu aku sanggup atau enggak memenuhi janji itu."
"Pasti bisa, kita nikah tapi kita teman, teman dibalik pernikahan."
"Apaan sih."
"Kita teman, tapi serumah gitu loh."
"Tidurnya pisah kan?"
"Boleh."
"Serius?" tanya Zahra tak yakin.
"Serius, nanti kita duduk di depan penghulu, aku ijab qobul nikahi kamu, kita sah menikah terus terima tamu, dan begitu kita sampai ke rumah, kita kembali masing-masing, kita teman."
Zahra memejamkan matanya sesaat, mulai mengantuk Zahra sekarang, tapi Bian masih saja mengajaknya bicara.
"Gimana orang tua kamu, gimana wanita itu, kamu belum jawab."
"Aku akan urus mereka, sekarang urusan kita dulu, kamu mau kan bantu aku, aku janji gak akan kurang ajar sama kamu."
"Aku perlu berfikir dulu."
"Semalam ya, besok siang aku temui kamu lagi dan kamu sudah harus memiliki jawaban, ini bukan pilihan dan kamu hanya harus setuju."
Zahra tak menjawab, kenapa seperti itu, itu kan penawaran dan Zahra bisa menerima atau bahkan menolak.
"Zahra, please."
"Iya aku fikirkan dulu."
Bian tersenyum dan mengangguk, biarkan saja besok malam Bian akan bertemu dengan Sintia dan orang tuanya, Bian akan bawa Zahra kesana.
"Ya sudah bangun."
Bian bangkit dan duduk kembali di samping Zahra.
"Ya sudah, biar kamu fokus mikirnya, sekarang aku antar kamu ke rumah kamu ya."
"Rumah aku mana, aku gak punya rumah."
"Rumah kamu ya rumah aku, kita kan akan tinggal satu rumah."
"Ih ...."
Bian tersenyum dan mengusap kepala Zahra, biarkan sajalah asalkan Bian bisa meraih keinginannya.
"Ya sudah, ayo aku bawa kamu kembali ke rumah."
"Aku gak mau, nanti aku diusir, dimaki."
"Gak akan, sudah ayo, atau kamu mau tidur disini sama mereka, disini kamarnya cuma satu namanya juga kost."
Zahra mengernyit, pertanyaan yang sangat bodoh, mana mau Zahra seperti itu.
"Ya sudah ayo makanya aku bawa kamu kembali ke rumah, kamu bisa tidur nyenyak disana."
"Yakin."
"Sudahlah."
Bian bangkit dan menarik Zahra untuk bangkit juga, keduanya berjalan keluar dan langsung mendapat tatapan dari mereka semua.
"Santai santai, aman," ucap Bian.
Mereka saling lirik tanpa berniat menjawab kalimat Bian itu, Zahra turut menatap mereka bergantian, apa lagi yang akan dikatakan oleh mereka.
"Ya sudah, aku pamit ya, makasih untuk ruang diskusinya."
Bian tersenyum dan membawa Zahra memasuki mobil tanpa menunggu jawaban mereka, Bian melajukan mobilnya meninggalkan rumah Dion begitu saja.
"Rese memang ya anak itu," ucap Ikbal.
"Sudahlah, mau balik atau tidur disini?"
"Disinilah, malas sekali pulang mata sudah lengket."
"Ya sudah, ayo masuk."
Mereka memasuki rumah bersama-sama, biarkan saja mereka menginap malam ini, lagi pula mereka sudan merasa lelah.
Bian berhenti di depan gerbang rumahnya, Bian meminta Zahra untuk menunggu di mobil saja, Bian harus pulang terlebih dahulu untuk meminta kunci rumah Zahra.
Setelah lama menunggu, Bian kembali dengan kuci di tangannya, Bian memberikan kunci itu saat telah memasuki mobil.
"Nanti kamu pulang lagi?"
"Ya enggaklah Zahra, kalau aku pulang berarti kamu di kurung di dalam rumah, mau memangnya?"
"Kok dikurung?"
"Ya dikurunglah, kalau aku pulang otomatis aku harus kembalikan kunci itu ke, Papah."
"Jadi maksud kamu ...."
"Tepat sekali," ucap Bian memotong kalimat Zahra.
"Aku tidur sama kamu di rumah itu."
"Ih, enggak, aku gak mau sudah sana kamu saja sendiri, aku mau cari kost saja."
Bian tersenyum dan menggeleng, biarkan saja Bian tak perlu menjawabnya, lagi pula kamar di rumah itu banyak dan Bian bisa tidur dimana saja selain dari kamar Zahra.
"Awas ya kesempatan dalam kesempitan."
"Kalau kamu mau, aku siap."
Zahra berdecak dan memelototi Bian, kenapa menyebalkan sekali lelaki itu, kalimatnya selalu saja membuatnya kesal.
"Jangan takut, aku tidak seperti itu, aku bisa tepati janji jadi kamu bisa pegang janji aku, aku tidak akan kurang ajar sama kamu meski hanya sedikit saja."
"Bagus, itu memang sudah seharusnya."
"Tapi, kamu mau kan nikah sama aku?"
"Aku fikir dulu, berisik banget diulang terus."
Bian sedikit tertawa, Zahra memang emosian dan mungkin itu karena dia belum dewasa, tapi lucu juga buat hiburan Bian.
"Zahra, kamu gak akan menyesal mengikuti keinginan ku, karena hadiahnya pun sangat berharga buat kamu."
"Iya aku tahu, tapi aku tetap mau berfikir dulu dan lebih baik kamu juga fikirkan ulang semuanya."
"Aku sudah fikirakn ini ribuan kali dan aku sudah yakin untuk menikahi kamu, sekarang hanya kamu yang harus setuju dengan semuanya, maka semua akan selesai dan aman."
"Selesai dan aman," ledek Zahra.
"Benar, selesai dan aman, aku aman dapatkan perusahaan lagi, dan kamu pun aman mendapatkan rumah itu lagi, adil dong jadi tidak ada yang harus dipersulit."
Benarkah sesimple itu masalahnya, apa Bian yakin mampu menjaga Zahra dari semua hal yang akan menyakitinya.
Mungkin saja orang tuanya tidak akan setuju, dan wanita yang dijodohkan dengan Bian akan turut membenci Zahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments