Ulah Renita

Dua minggu sudah kedekatan Riani dan Gilang semakin lengket seperti lem perangko, Berangkat pulang selalu bersama terkadang membuat Vanes menjadi obat nyamuk nya, dua minggu terkadang sikap Vita berubah ubah. Saat dirinya akan pergi dengan Gilang, Vita selalu saja mengusulkan untuk ikut bersama. Tak jarang juga Riani mendapat ancaman ancaman receh dari kakal kelas nya siapa lagi kalau bukan Renita, setiap hari selalu ada saja tingkahnya.

"Pagi Rin" sapa Vanes

"Pagi Nes, gimana udah siap belum buat praktek olahraga?" Tanya Riani

"Udah dong..."

"Gimana kabar Tante Mita Rin?"

"Baik, kamu sih dua minggu kemana aja hayo?"

"Dirumah lah... Mami sama Papi di rumah jadi gue di kurung"

"Hem ada ada aja kamu"

"Tumben Vita belum dateng Rin.. Biasanya pagi banget udah dateng tu anak"

"Entahlah"

Tet tet tet tet

Saat bell berbunyi Vita baru memasuki kelas dengan terburu buru. Entah kenapa Vita bisa terlambat

"Tumben terlambat lo?" Tanya Vanes

"Haa, emm itu tadi gue bangun ke siangan"

Vanes memandang wajah Vita gelagat yang mencurigakan dan dari tatapan matanya hanya ada kebohongan. Vanes menjadi curiga pada Vita.

"Selamat pagi anak-anak" sapa guru pria dengan tinggi sekitar 165 dan bagian perut sedikit membuncit

"Pagi pak!!"

"Perkenalkan nama saya Ridwan, saya guru olahraga baru yang mengantikan Pak Danu yang sudah di pindahkan ke sekolah lain. Di minggu lalu pak Danu memeberi tugas, dan hari ini kita laksanakan. Salam kenal anak anak"

"Iya pakk" mereka menjawab dengan serempak

"Baik saya kasih waktu 10 menit untuk mengganti baju kalian"

Dengan tergesa gesa siswi perempuan segera berlari ke arah loker yang di dekat kamar mandi, Riani segera membuka loker nya tapi kosong nihil ngga ada apa pun. Ia merasa bingung perasaan tadi pagi masih ada.

"Loh Rin kok belum ganti?" Tanya Vita

"Baju olah raga gue ngga ada Vit"

"Haa kok bisa sih? Lupa ngga bawa kali"

Vanes yang sudah selesai melihat Riani kebingungan segera menghampir. "Belum ganti baju Rin?"

"Baju gue ngga ada Nes, padahal tadi pagi gue liat masih ada" ia sudah merasa cemas

Vanes membuka loker untuk memastikan memang benar ke ada di loker kosong, makan makanan yang di kasih Gilang pun raib, ia melirik kanan kiri tidak ada yang mencurigakan, saat pandangan nya tak sengaja melirik Vita terlihat ada senyum sinis di wajah nya. Vanes berpikir pasti kerjaan Vita

Prittt prittt

Suara peluit membuat terkejut, mereka harus segera ke lapangan saat peluit di bunyikan. Riani pasarah jika nanti mendapat hukuman.

"Gimana Rin?" Vanes juga merasakan kecemasan yang di alami Riani

"Udah ngga papa kok, kita ke lapangan yuk" ia mencoba tersenyum untuk menutup i ke cemasannya

"Gue ganti baju dulu ya, kalau di hukum biar kita berdua. Tunggu sebentar ya!"

Vanes yang akan menuju ke kamar mandi di tahan oleh Riani. "Ngga usah Nes, yuk buruan dari pada kena marah"

mereka bertiga segera menghampiri murid murid lain yang sudah di tengah tengah lapangan.

"Kemana baju olahragamu??" Tanya pak Ridwan sedikit marah

"Maaf pak baju saya ketinggalan" lirih Riani

"Halah Alasan!! Pasti ngga suka ya sama saya!"

"Beneran pak baju saya ketinggalan"

"Saya tidak perduli, sekarang hormat sama bendera merah putih sampai jam istirahat nanti!!"

"Baik pak" dengan rasa lemas Riani menjalankan hukumannya, perut terasa perih karena tadi pagi ia lupa untuk sarapan. Baru 30 menit berdiri tubuh Riani sempoyongan dan mata berkunang kunang, tubuh semakin lemas jujur ia sudah tak tahan apalagi pagi ini terik nya matahari sangat menyengat di kulit.

Bruukk

Mendengar suara jatuh mereka yang berada di lapangan seketika menoleh, Vanes yang melihat tubuh Riani terkapara ber siap akan menghampiri

"Satu langkah kamu menolong, maka saya tidak akan memberi nilai pada kamu!"

Mata Vanes melotot mendengar ancaman yang di berikan pa Ridwan, ia tak habis pikir ada guru seperti itu jelas jelas di depan nya ada orang pingsan.

"Persetan dengan nilai!!" Vanes berlari ke arah Riani ia melihat wajah sahabatnya terlihat sangat pucat

"Rin bangun Rin!" ia menepuk pelan pipi Riani

Vanes melihat kanan kiri tak ada yang lewat sama sekali, jika dirinya sendiri tak akan mungkin bisa membopong tubuh Riani, dari arah toliet ia melihat Gilang yang habis keluar dari sana segera Vanes berteriak memanggil nama Gilang.

"Kak Gilangg!!!" Teriakan Vanes yang keras membuat Gilang menoleh ia melihat Vanes memangku seseorang, ia segera mengampir

"Kenapa Nes?" Tanya Gilang, ia ya belum memyadari Riani hanya bertanya ke Vanes

"Ini Riani kak, Tolong bawa ke UKS muka nya udah pucet banget"

"Apa!!!" Gilang terkejut jika di depan nya sekarang adalah Riani, ia segera membopong tubuh mungil Riani untuk di bawa ke UKS. Vanes mengikuti langkah Gilang di belakangnya

Tok tok tok

"Ini kenapa?" Tanya petugas di UKS

"Pingsan buk"

"Belum sarapan ya?"

"Belum buk"

"Kenapa Riani bisa pingsan Nes?" Tanya Gilang

"Tadi Riani baju olahraga nya ngga ada di loker kak, tadi pagi masih ada saat mau ganti udah kosong sama makanan yang di kasih kak Gilang hilang semua" penjelasan yang di berikan Vanes membuat Gilang Marah

"Terus Riani pingsan kenapa ngga ada yang nolongin?" Tanya Gilang sekali lagi

"Ngga di bolehin kak sama guru baru nya, tadi aja Vanes di ancem mau nolongin Riani"

"Apa? Diancem?" Gilang semakin marah

"Iya kalau nolongin Riani nantai ngga dapet nilai"

"Kurang ajar!!" Gilang melirik Riani yang belum sadar, ia bergegas keluar untuk menuju lapangan, Dia melihat laki laki itu sedang minum es teh dengan santai nya dan para murid di suruh praktek sendiri.

"Heh Guru kurang ajar lo ya!!" Gilang menarik kaos laki laki itu dan segera menojok pipinya

Buggg... Bugg... Bugg

Tiga kali Gilang menonjok pria ya mengaku sebagi guru tapi tidak bisa memberikan contoh yang baik.

"Murid kurang ajar!!" ia akan membalas menonjok wajah Gilang belum juga melayang kan tinjuanan dari depan sudah ada Seorang paling penting di sekolah ini.

"Ada apa ini?"

Gilang yang seperti mendegar suara Daddy nya segera menoleh ke belakang, dan benar saja Daddy nya disini.

"Daddy" Gilang segera menghampiri daddy nya dan memeluk nya

"Kenapa kamu disini? Bukan nya belajar?"

"Gilang mau membasim guru yang tak berguna di sekolah kita Dad!"

"Bisa jelas kan ada apa?"

Mereka semua hanya diam dan saling pandang satu sama lain, apa lagi saat ini ada pemiliki sekolah membuat mereka merasa kan takut.

"Lo ngga mau jelasin Vit? Masa iya liat teman nya pingsan ngga di bantu!!"

Vita hanya menundukan kepala nya tak ada niatan sama sekali untuk menjawab.

"Kamu ikut ke ruangan saya" Tunjuk Daddy ke arah Guru gila itu

"Baik pak"

"Ya udah daddy masuk dulu, sekolah yang bener"

"Yes Dad"

Gilang kembali menuju ke raung UKS di sana ia melihat Riani sudah sadar dari pingsan nya, ia segera menghampiri Riani

"Gimana masih pusing?" Tanya Gilang

"Engga kak, udah mendingan kok"

"Kak Gilang, ternyata ini semua ulah Renita" Ucap Vanes

"Apa? Kok bisa? Dari awal kan emang di ngga suka sama Riani kak. Aku denger sendiri tadi di dalam toilet"

"Kurang ajar!!"

Gilang memikirankan akan membalas Renita nanti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!