Pagi sudah tiba Riani yang masih mengantuk memaksa membuka ke dua mata nya, ia tak ingin terlambat lagi seperti kemarin, ia melihat jam di ponselnya sudah jam 6. Ia segera bangun dengan pelan ia tak ingin mengganggu Vanes tidur karena semalam Vanes bolak balik ke kamar mandi terus terusan dan jam 1 Vanes barus bisa tidur.
Riani yang sudah siap untuk berangkat sekolah segera turun ke Meja makan. "Pagi Ma"
"Pagi sayang, Gimana tidurnya nyenyak?" Tanya Mama Mita
"Enggak terlalu nyenyak Ma.. Kasihan liat Vanes bolak balik kamar mandi"
"Ya udah, sarapan sini dulu sayang "
"Pagi kak Gilang" ia menyapa Gilang yang sedari tadi menatapnya terus
"Pagi Rin, berangkat sama kakak aja ya sekolahnya"
"Emang boleh?"
"Boleh kok, sarapan aja dulu oke"
Riani segera menganggukan kepalanya, ia mengambil roti yang sudah di siap kan Mama Mita. Mita yang melihat perubahan antar Gilang dan Vanes hanya mengerut kan alisnya, ia seneng jika mereka menjadi akrab tapi masih terasa aneh. Lebih baik nanti telfon jeng Indah deh kasih kabar bagus pikir mama Mita
"Papa kemana Ma?"
"Papa udah berangkat tadi"
"Pagi banget Ma berangkatnya"
"Tadi katanya ada sedikit kendala"
"Oh iya Ma Riani nitip Vanes ya tolong jagain dulu"
"Mama ngga bisa sayang, mama nanti harus ke butik dulu"
"Terus yang jagain Vanes siapa dong?"
"Biar kakak aja, nanti kakak ngga ada kelas" Arvino segera menuju meja makan dan duduk di sebelah Gilang
"Gimana bro tidur nya nyenyak ngga? Tanya Arvino
"Biasa aja" Gilang kembali ke mode cuek
"Oh ya tadi malem gue lupa mau tanya, lo dari bawah buru- buru ke kamar ngapain? kaya liat hantu aja sampai nafas ngos ngosan di tambah keringat menetes dimana mana."
Pertanyan Arvino membuat Gilang tersedak makanannya
Uhuk... uhuk... Uhuk
"Pelan pelan nak... Arvino juga Gilang masih makan masa di tanya-tanya"
"Penasaran sih Ma"
"Bukan nya kak Gilang sakit ya makanya ia lari ke kamar"
Ucapan Riani semakin membuat Gilang tersedak, ia tak ingin jika Arvino mendengar omongan dari Riani pasti ia akan di ejek habis-habisan, bulir bulir keringat membasahi wajah Gilang
"Lo kaya sakit beneran deh Lang"
"Gue baik-baik aja Vin"
"Tadi malam tuh Kak Gilang" belum juga selesai bicara Gilang langsung menutup mulut Riani dengan tangan nya
"Ihh kak, kok di tutup sih mulut Riani"
"Habisin sarapannya entar kita telat lagi"
"Hem iya"
Arvino dan Mama Mita penasaran yang akan di ucapkan Riani tadi tapi Gilang suduh membungkam mulut kecil itu
"Lo jangan macem-macem ya Lang sama adik gue" Ancam Arvino
"Ngga paling cuman satu macem" Gilang menjawab dengan santai
"Gilang sakit apa sayang?" Tanya Mama
Gilang masih was was jika Riani akan membicarakan yang terjadi semalam. Arvino yang ingin tau segera pindah duduk nya di tengah jadi Gilang tak akan bisa menghalangi lagi
"Ngapain lo pindah ke sini?"
"Terserah gue dong"
"Gilang yakin kamu sehat? muka kamu pucat tuh" pertanyaan mama membuat Riani menoleh ke arah Gilang
"Itu masih sakit ya kak?" Riani menujuk ke arah area terlarang lagi
"Apanya?" Arvino penasaran kenapa Riani menunjuk ke arah itu
"Tadi malem kak Gilang duduk di sofa terus aku turun, tiba-tiba kak Gilang itu, dibalik celana kak Gilang membesar.. Kak Gilang juga terlihat gelisah, pasti sakit iya kan kak?"
Mama dan Arvino yang mendengar jawabaan Riani melotot tak percaya kenapa Riani bisa sepolos itu. Beda lagi dengan Gilang ia merasa sangat malu ia juga merasa heran kenapa ada manusia sepolos ini, ia merasa ingin segera lari dari rumah ini.
"Wihh kenapa nih bisa bisanya bengkak" tanpa di filter Arvino main jeplak aja mulut nya
"Tante saya berangkat sekolah dulu udah mau telat" ia bergegas berdiri dan mencium tangan Mita
"Eh tungguin kak" Riani mengambil tas dan mencium ke dua pipi Mita
"Berangkat dulu Ma, Kak nitip Vanes dulu jangan lupa kasih sarapan"
"Ya hati hati , Takutnya ada yang bengkak lagi kaya semalam" teriak Arvino dengan tawa kencang
"Hus kamu ini... Gilang jadi malu tuh, lagian ya adik kamu juga kelewat polos" Mama Mita menepuk jidatnya
"Anak Mama itu"
"Kamu juga anak mama sama aja, ya udah mama mau berangkat ke butik... Jagain calon mantu mama jangan lupa kasih makan"
"Apaan sih Ma, Iya hati-hati di jalan Ma"
......................
Arvino yang sudah di tugaskan untuk menjaga Vanes langsung membawa sarapan ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu ia segera masuk, ia mengira jika Vanes masih tidur
Ceklek!
Pintu sudah Arvino tutup tak lupa ia mengunci pintunya, ia segera membalikan badannya menghadap Vanes dan
Aaaaaaaaaaaaaa!!!
Keduanya menjerit bersamaan. Mereka sama-sama terkenjutnya, Arvino yang melihat itu membuat dirinya salah tingkah dan tanpa bisa di kendalikan di bawah perutnya memberontak minta di keluarkan.
"Kakak kenapa ngga ketuk pintu dulu?"
"aku kira kamu masih tidur... Terus kenapa kamu lepas bajunya? Sengaja goda kakak ya biar di pegang pegang sama kakak"
"Enak aja dasar mesum!! Sejak kapan sih Riani punya kakak mesum"
"Buruan pake bajunya... Kalo ngga mau kakak makan!"
"Emang apa yang mau di makan?" Tanya Vanes dengan polos
Arvino yang sudah tidak tahan segera menaruh nampan di meja ia menghampir Vanes yang masih di ranjang dengan ke adan tak menggunakan baju.
"Kak kakak mau ngapain?" ia merasa takut dengan Arvino ia menggeser tubuhnya .
Arvino yang sudah tak tahan melihat tubuh Vanes segera mendorongnya ia mennindihi tubuh Vanes
"Kak" entah kenapa Vanes merasa tersihir dengan tatapan Vino
Arvino yang sudah tak tahan segera mencium bibir Vanes
"Emmm... Kak"
Vanes yang mendapatan serangan dari Arvino hanya bisa pasarah ia merelakan ciuman pertamanya di ambil Arvino.
Arvino yang tersadar dengan kelakuan nya segera melapas ciumannya, ia merasa malu dan canggung
"Maaf kakak ngga bermaksud"
"Ah ya kak.. Tolong kakak liat ke sana dulu Vanes mau pake baju"
Vanes merasa malu pipinya terasa panas, mungkin saja pipi Vanes sudah memerah seperti kepiting rebus
Dret dret dret
Ponsel Vanes bergetar, ia segera mengambil ponselnya dan benar saja Riani sudah menelfon nya sejak tadi
"Ya halo rin, kenapa?"
"............"
"Udah ini baru aja sarapan"
"........"
"Iya iya bawel, ya udah gue mau istirahat lagi"
"Siapa?" Tanya Arvino
"Riani"
Arvino segera keluar ia menuju kamar nya sendiri, ia duduk di balkon kamar nya sambil menikmati rokok, ia masih terbayang bayang dengan ciuman singkat tadi. Tanpa sadar Arvino menyentuh bibir nya sambil tersenyum
Apakah se enak itu ciuman di bibir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments