Saat ini Vanes masih di periksa Dokter Rama, Riani sedari tadi masih menunggu Vanes yang belum sadar dari pingsannya.
"Gimana dok?" Tanya Riani
"Asam lambung nya naik, jadi usahakan tidak makan makanan yang pedas.. Resep obatnya sudah saya tulis nanti tinggal ambil obat ke apotek"
"Terimakasih Dok"
"Sama-sama nona"
Riani yang sudah di kasih resep oleh Dokter Rama segera keluar kamar mencari Arvino, ia melihat Arvino duduk di ruang tamu
"Kak tolong ke apotek dong! Beliin obat buat Vanes, Nih udah di kasih resepnya sama Dokter Rama"
"Hem kenapa ngga pergi sendiri aja sih"
"Aku kan mau jagain Vanes kak, entar kalo dia sadar ngga ada yang jagain kan kasihan"
"Ya udah mana resepnya biar kakak yang cari.." Arvino segera berdiri mengambil resep obat yang ada di tangan Riani
"Nih, Hati-hati!"
Riani yang melihat kakak nya sudah pergi segera membalikan badan
Brukk
Tubuh Riani yang bertabrakan dengan Gilang menjadi oleng, Gilang yang menyadiri Riani akan jatuh segera mengakap tubuhnya, mereka berdua saling berpelukan dan mentap satu sama lain, detak jantung mereka berpacu dengan cepat ada debaran debaran aneh yang mereka rasakan
Ehemm
Suara Vita yang keras membuat mereka terkejut, Gilang yang tersadar segera melepaskan dekapannya
"Maaf kak, aku tadi ngga liat ada kakak di belakang" Riani menunduk kan kepalanya ia merasa malu dengan kejadian tadi
"Ah ya " Gilang yang bingung akan menjawab apa hanya bisa menggaruk kepalanya
"Kakak udah dari tadi ya disini?"
"Iya pulang sekolah tadi langsung kesini"
"Aku pergi ke kamar dulu kak" Riani segera pergi dari hadapan Gilang ia masih merasa malu dan jantungnya masih berdebar debar
Riani segera membuka pintu kamar ia melihat Vanes yang masih memejam kan ke dua mata nya
"Ciee yang peluk-pelukan pasti hangat ya"
Deg
Ia yang mendengar suara Vita segera menoleh. "Ehh apaan sih Vit."
Terlihat sekali ke dua pipi Riani memerah seperti kepiting yang di rebus, tanpa sadar ia senyum senyum sendiri
"Ya elah senyum senyum sendiri neng" Vita merasa kesel melihat Riani yang terus- terusan tersenyum tapi ia tak ingin Sahabatnya melihat wajahnya yang terlihat kesal ia segera merubah raut wajahnya
"Apa sih ngga jelas deh"
Tok tok tok tok
"Siapa?" Tanya Riani
"Kakak"
"Masuk aja"
"Nih obatnya, sama Vitamin juga" Arvino seger meletakan obatnya di meja
"Makasih kakak ku tersayang"
"Belum sadar juga?"
"Belum! kayanya dia bukan pingsan deh tapi ketiduran"
"Yang bener aja?" Tanya Vino
"Mungkin"
"Kamu udah makan dek?"
"Belum kak dari tadi kan masih nunggu Vanes"
"Ya udah sana makan dulu ajak teman kamu tuh, sama Gilang tadi dia belum makan juga... Kakak tadi beli bubur ayam sekalian buat Vanes nanti"
"Sore sore makan bubur ayam, Vit makan dulu yuk Vanes biar di jagain kakak dulu"
Vita segera berdiri ia berjalan menuju meja makan, di meja makan sudah ada bubur ayam yang baru saja di beli Arvino.
"Vit panggil kak Gilang buat makan ya" ia menyuruh Vita memanggil Gilang, ia masih malu untuk berhadapan langsung dengan Gilang
"Iya bentar" Vita merasa seneng saat di suruh memanggil Gilang ia merasakan jantungnya deg-degan, ia terus tersenyum
Ia yang melihat Gilang masih sibuk dengan ponsel nya segera menghampiri. "Kak Gilang makan dulu"
Gilang yang merasa namanya di panggil segera menoleh ke samping, ia memperhatikan wajah Vita. " Ya nanti"
Vita yang awal nya tersenyum mendadak diam mendengar jawaban gilang yang terkesan cuek
"Udah di tunggu Riani di meja makan kak"
Gilang yang mendengar nama Riani segera tersenyum tanpa banyak bicara ia seger berdiri dan pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah Vita.
'Sial'
Vita mengepalkan ke dua tangannya, ia tak ingin Gilang jatuh ke pelukan Riani lagi cukup Dimas waktu itu. Ia tak ingin lama lama berada di ruang tamu segera berjalan menyusul ke meja makan
"Vit buruan sini duduk"
"Iya"
Mereka bertiga makan dengan diam hanya suara sendok yang terdengar, dari arah depan Gilang mencuri curi pandang ke arah Riani. Riani merasa ada yang memperhatikannya segera melihat ke depan
Deg
Ke dua mata Gilang dan Riani saling menatap, Riani yang sadar kan tatapan Gilang segera menunduk lagi, ia yakin sekali pasti pipinya memerah lagi
Riani segera menghabiskan bubur ayam nya ia tak ingin lama- lama berada di dekat Gilang, ia merasa jantung nya seperti lomba marton saja setiap dekat dengan Gilang
"Buru- buru banget makannya Rin? Tanya Vita
"Takutnya nanti Vanes sadar kasihan cuma sama kak Vino, lo abisin aja dulu makannya sama temani kak Gilang makan dulu"
"Oke"
Riani segera pergi dari meja makan ia tak tahan berhadapan dengan Gilang apa lagi saat ke dua mata saling ber tatapan ia merasakan jika tatapan Gilang beda dari biasanya. Riani memasuki kamar Arvino tanpa mengetuk pintu ia di buat terkejut lagi dengan ulah Arvino
"Kakak!!!!"
Teraikan Riani membuat Vanes terbangun dan alangkah terkejutnya ia ketika sadar ia di dalam satu selimut yang sama dengan Arvino
Apa yang sudah aku lakukan ya ampun, kenapa ngga inget sama sekali
"Jangan salah paham dulu tadi kakak ikut ketiduran, serius kakak ngga nglakuin apa apa!" Arvino merasa kesel kenapa harus ketiduran
"Awas ya kak kalo sampai terjadi sesuatu sama Vanes" Riani mengancam kakak nya sendiri
"Seriusan kakak ngga berbuat yang aneh-aneh.. Kalo perlu kita cek ke dokter pasti hasilnya masih sama kakak masih perjaka dan Vanes masih perawan"
Vanes yang terkejut dengan ucapan Arvino segera membungkam mulut Arvino dengan ke dua tangan nya ia merasa malu dengan ucapan Arvino yang tanpa di filter lebih dulu
"Hah.. Udah kak Vino pergi aja sana temani kak Gilang"
"Makan dulu ya Nes terus minum obat" Rinai mengambil bubur ayam yang di taruh di meja
"Maaf ya gue ngrepotin lo"
"Ngga ada yang di repotin, oh iya segera hubungin keluarga lo biar ngga di cariin"
"Iya bentar ya" Vanes segera menghubungi Mami nya
Riani yang di samping Vanes hanya menyimak obrolan Vanes dan mami nya
"Udah gue izin tidur disini"
"Gimana Mami lo ngga marah kan?" Tanya Riani
"Ngga lah... Cuman di suruh hati hati lagi kalo soal makanan"
"Ya udah sini buruan abisin bubur nya terus minum obat"
"Rin, Vita ke mana?"
"Di luar tadi makan, kenapa?"
"Ngga papa, boleh tanya ngga?"
"Tanya aja kali Nes kaya sama siapa aja" Riani tertawa dengan ucapan Vanes
"Emang Vita dari dulu kaya gitu ya sifat nya?"
"Enggak juga sih dulu ngga kaya gitu, apa lagi kalo liat orang sakit pasti dia selalu perduli... Sekarang kaya ada yang beda dari dia, maaf ya gara gara dia lo harus sakit kaya gini"
"Bukan salah lo kok, gue nya aja juga bandel udah dari dulu ngga di bolehin makan yang terlalu pedas... Tapi tadi malah ke enak kan makan"
"Hai Nes udah sadar" Vita dari arah belakang seger mengampiri Vanes yang masih di ranjang
"Iya "
"Maaf ya gara-gara gue lo jadi kaya gini"
"Iya lagian gue juga salah kok"
"Oh iya Rin, gue mau pulang ya udah malem juga entar di cariin sama bunda"
"Ya... Kenapa ngga nginep aja?"
"Lain kali aja deh... Cepat sembuh ya Nes, maaf sekali lagi"
"Iya santai aja... Hati hati di jalan"
"Iya, bay gue balik dulu"
Riani yang melihat Vita sudah ke luar segera menutup pintunya lagi
"Nes lo istirahat lagi ya gue mau mandi dulu"
"Iya sana"
"Gue tinggal dulu ya, kalo butuh bantuan panggil Kak Arvino aja"
Riani pergi ke kamar nya sendiri ia ingin mandi karena badannya sudah sangat lengket sekali dari pulang sekolah tadi ia belum menganti baju seragam nya. Ia yang sudah mandi merasa seger kembali, saat di dalam rumah ia hanya menggunkan hotpants dan tank top ia semakin terlihat seksi dan menggemas kan. Ia tak ingin berlama lama di kamar nya segera turun untuk mengampiri Vanes
****
Gilang yang berencana akan tidur di rumah Arvino masih setia duduk di sofa dekat tangga, ia masih melihat film di televisi. Gilang yang fokus dengan film nya terganggu saat mendengar suara sandal dari arah tangga, ia yang penasaran segera melihat siapa yang sedeng menuruni tangga
Deg
Gilang di buat terkejut dengan penampilan Riani yang terbuka, ia menelan ludah ber kali-kali ia sangat mengagumi tubuh seksi Riani, tanpa ia sadari Gilang junior sudah mode on
"Kak Gilang masih disini?" tanya Riani
"I-iya Rin mau tidur disini" Ia merasa gugup saat ini ditambah lagi Riani mendekat ke arah nya
"Kak"
"Ya, kenapa Rin?"
"Itu... Emm itu kenapa kak kok bisa kaya gitu?" dengan polos nya Riani menunjuk ke arah Juniornya Gilang.
Gilang mengikuti arah jari Riani yang menujuk di area terlarangnya, Gilang tersadar ternyata sedari tadi juniornya sudah menegang. Ia semakin malu saat ini ingin sekali rasanya pergi ke pelanet Mars
"Kak"
"Aa hem kakak juga ngga tau" Jawaban yang terasa aneh
"Ha kakak sakit ya?" pertanyaan polos Riani semakin membuat Gilang bingung
"Boleh aku periksa kak? Takutnya sakit lagi?
"Haaa, enggak kok.. Ya udah kakak pergi mandi dulu" Ia melotot mendengar ucapan Riani yang sedikit membuat nya bingung, ia segera berlari ke tangga menuju kamar Arvino, ada ya orang sepolos itu masa iya mau di periksa yang ada dia aku makan batin Gilang
Anehh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments