Merasa Aneh

Mereka yang sudah melihat Vita merasa lega, sekarang mereka menuju ke kelas karena waktu istirahat sudah habis

"Oh iya Riani maaf ya, tadi gue lupa bayar makanan gue... Berapa tadi total makanan gue?"

"Ya elah Vit kaya sama siapa aja... Udah tadi gue yang traktir jadi tenang aja ya"

Tet tet tet tet

Suara bel menandakan istirahat telah usai dan saatnya waktu pelajaran lagi akan di mulai.

"Selamat siang anak-anak!!"

"Siang pak" jawaban mereka pasti selalu serempak

"Hari ini Bu Tia tidak hadir, jadi kalian semua harap diam dan jangan bikin kegaduhan"

"Emang ngga di kasih tugas ya pak?" tanya Roy

"Wih cari muka nih anak" ucap Radit

Huuuuuuuuuuu

Semua murid ikutan bersorak dan tertawa melihat Roy yang di serang satu kelas

"Sudah-sudah jangan berisik!! Nanti kalo ketahuan kelas kalian bikin gaduh satu kelas yang saya hukum!" Ancam pak guru

"Baik pak"

"Ya sudah saya keluar dulu"

"Yess jam kosong!!" teriak Roy dengan kencang

"Woy brisik tau ngga!! Dasar cari muka!" teriak Radit dengan kencang

"Heh kalian bisa diem ngga! Ntar kita semua yang kena hukuman paham ngga! Kalo mau bicara pelan-pelan aja" Riani sebagai wakil kelas memberi peringatan

Kelas yang semula berisik sekarang menjadi lebih tenang meskipun masih ada suara suara mereka yang sedang bercerita

"Oh iya Rin gue mau tanya... Kenapa saat lo pindah ngga kasih kabar gue dulu?" Vita penasaran dengan jawaban Riani

"Emm maaf ya, seberanya gue udah mau kasih tau cuman ngga ada waktu... " lirih Rani ia merasa bersalah dengan Vita pasti Vita mencarinya terus menerus

"Kan bisa telfon Rin? Gue nyari lo terus untung aja ada Dimas yang kasih tau"

"Maaf Vit gue emang salah!"

"Iya udah ngga papa, yang terpenting sekarang kita udah ketemu lagi" Vita tersenyum ke arah Riani ia tak ingin membuat Riani sedih

"Haiss kalian ini peluk pelukan mulu" protes Vanes

"Idih iri ya? Makanya buruan ikut pelukan"

"Ogah males banget gue peluk lo!"

"Aduh kalian ini ya kita kan sahabat, masa iya harus kaya gitu hemm!!" Riani memeluk ke dua sahabatnya

"Iya iya kita juga bercanda kali" ucap vanes

"Oh iya, gimana entar kalo pulang sekolah kita bareng aja?"

"Hem boleh juga.. Lagian mobil gue udah di ambil tadi pagi"

"Kita mampir di warung seblak ya... Kayanya enak deh" Vita merasa ngiler membanyangkan seblak dengan kuah panas dan pedas

"Udah ngiler aja ni anak"

Tak terasa jam sudah menujuk angka 3 waktunya semua murid pulang sekolah

Tet tet tetttt

Para murid yang mendengar bel berbunyi segera bergegas keluar untuk menuju tempat parkiran, tak kecuali tiga sekawan ini mereka juga berlari menuju parkiran dengan tangan bergandengan. Di dekat mobil Vanes sudah ada seorang pria yang berdiri seperti nya menunggu seseorang

"Hai Rin"

"Hai... Oh kak Gilang aku kirain siapa, kenapa kak?" Riani merasa aneh sekarang Gilang berubah sejak tadi pagi biasanya setiap bertemu yang ada hanya adu mulut

"Tadi Vino telpon kamu di suruh balik sama kakak... Karena ngga ada yang bisa jemput kamu" ucap Giliang

"Oh tapi ngga usah deh kak, lagian aku juga bisa sama Vanes... Lain kali aja ya kak" ia tersenyum canggung karena menolak ajakan Gilang

"Ya udah ngga papa... Buruan pulang biar ngga di cariin nanti" Giliang mengusap rambut Riani dengan pelan

Degg

Riani terkejut dengan sikap Gilang ia merasa jantungnya berdegup dengan kencang, kenapa rasanya nyaman saat bersama Dimas dulu ia tak merasa seperti ini apa lagi merasa jantung nya berdebar debar

Ehem

Suara Vita membuat ku tersadar aduh kenapa bisa bisa nya ia menikmati usapan dari Gilang

"Maaf ya kak, lain kali pasti balik sama kak Gilang kok!"

"Iya ngga papa kok... Ya udah kakak balik duluan" Gilang segera pergi dari sana ia sungguh malu karena telah berani mengusap rambut Riani

"Sejak kapan lo baikan sama Kak gilang? Perasaan setiap ketemu selalu adu mulut" tanya Vita dengan nada kesal

"Ya bagus dong kalo Riani sama kak Gilang baikan! Siapa tau entar bisa jadian.. Lagian ya gue ngaras aneh deh sama lo, harus nya ikut seneng dong liat teman kita ngga adu mulut terus!" Vanes sudah merasa aneh dengan sikap Vita

"Udah udah yuk buruan kata nya mau beli seblak" Riani segera menengahi agar tak terjadi perdebatam antara ke dua sahabatnya, sebenarnya ia juga merasa aneh dengan sikap Vita sedari uks tadi pagi.

Di perjalanan mereka hanya diam masih fokus dengan pikiran masing- masing.

"Yang mana Vit tempatnya?" tanya Vanes

"Tinggal maju dikit, udah sampai kok"

Vanes membawa mobil nya dengan pelan agar tak kebabalasan saat berhenti

"Nahh ini tempatnya"

Vanes segera mencari parkiran agar mobilnya tak menggangu kendaran lainnya yang akan lewat

"Ya ampun rame juga ya.. Kebanyakan anak sekolah deh!"

"Udah yuk cari meja yang masih kosong"

Vita melihat meja kosong di sebelah pohon dengan suasan yang sejuk ia segera mengajak temannya untuk mengikutinya

"Mau pesen apa mbak?" tanya mbak pelayan

"Seblak ceker mbak 3 yang pedes banget, Minum nya es lemon tea " ucap Viat yang sudah di setujui ke dua temannya untuk memesan seblak yang sama

"Baik mohon di tunggu ya kak"

"Gimana susananya enak kan? Apalagi kalo makannya sama pujaan hati" Vita terkekeh membayangkan ia makan bersama Gilang

"Emang lo udah punya pujaan hati? Yang ada cowok pada takut kali liat muka lo" Mulut Vanes yang lemes tak bisa di kondisikan

"Enak aja deh gini gini juga gue cantik lo kata Papa sama Bunda" Vita merasa tak terima dengan ucapan Vanes meskipun hanya bercanda entah kenapa ia merasa dirinya dan vanes tak bisa berteman dengan dekat

"Permisi mbak, ini silahkan pesenananya"

"Terimakasih mbak"

Mereka segera memikmati seblak ceker dengan kuah yang panas

"Gila panas banget" Riani yang tak tahan dengan makanan yang panas segera mengambil buku di dalam tas untuk mengipasi seblak nya

"Ya ampun gue ke pedasan anjir!!" Vanes mengeluarkan air mata nya karenan tak tahan dengan kuah yang pedas, dan keringat sudah membasahi wajah cantik nya

"Ya ampun gitu aja kalian udah KO"

Uacapan Vita membuat Vanes marah entah kenapa ia merasa Vita sedang mengerjainya

"Sorry gue udah ngga tahan" Vanes merasa perutnya sakit dan terasa perih

"Minum yang banyak Nes biar agak mendingan" Raini segera menyodorokan gelasnya ke arah Vanes

"Makasih.. Minuman lo jadi gue abisin juga, bentar gue pesen lagi ya"

"Oke"

Vanes segera berdiri untuk memesan minum lagi, ia yang ta kuat dengan level pedes yang di berikan Vita membuat perutnya serasa di remas remas

" Mbak es lemon tea dua lagi ya"

" Iya mbak... Tunggu sebentar ya"

Vanes sudah tak tahan lagi dengan perut ya, aduh jangan sampai harus bolak balik kamar mandi deh pikir Vanes

"Ini mbak"

" Ya makasih mbak, semuanya total nya berapa mbak?"

"100 ribu mbak"

" Ya udah ini mbak pas ya" vanes meberikan uang selembar berwarna merah, lemon tea sudah ada ditangan nya segera ia menuju meja tadi

"Nih lemon tea nya.. Maaf ya lama"

"Iya ngga papa lagi ini juga baru abis" muka Riani memerah karean rasa panasnya kuah membaut lidah nya perih

Riani yang melihat muka Vanes menjadi pucat segera mendekat. "Lo baik-baik aja kan?"

"Ya ampun Vanes! masa makan pedes aja bisa bikin muka lo pucat sih" Vita terkekeh pelan

Riani yang mendengar ucapan Vita menjadi kesal. "Vit bisa diem ngga sih? Liat muka Vanes udah pucat!"

"Gue ngga papa kok!" ucapan Vanes terdengar lirih

Riani segera mempah tubuh Vanes ke dalam mobil ia segera membuka pintu mobil belakang agar Vanes bisa tiduran.

"Tunggu bentar ya gue bayar dulu"

"Riani tadi udah gue bayar kok" lirih Vanes lagi

"Ya udah, Vit buruan masuk lo ngapain diem di situ?"

Vita segera masuk ke dalam mobil ia merasa kesel karena Riani berubah setelah berteman dengan Vanes. Riani yang sudah sangat khawatir melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia seger membelokan mobilnya menuju ke arah rumah nya jika pergi ke rumah Vanes sendiri pasti sangat jauh

"Rin pelan- pelan bawa mobil nya" Vita sangat takut dengan sikap Riani yang sangat khawatir dan ugal ugalan membawa mobilnya seperti orang ke setanan

Dari luar gerbang masih di tutup dengan tak sabar riani membunyikan klakson berkali kali

Tin tin tin tin tinnnnn

Pak Agus segera membuka gerbang melihat mobil teman nona muda nya

Riani seger masuk ke halaman rumah ia berhenti di dekat pintu agar mudah membawa Vanes ke dalam, Riani segera keluar dari mobil ia masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, ia yang melihat Arvino di raung tamu segera menghampirnya

Dengan nafas tersengal-sengal Riani minta bantuan Vino. " Hah huf ,kak tol- tolongin Vanes di mobil muka nya udah pucet banget"

Arvino mendengar Vanes sakit segera berlari ke luar rumah ia membuka pintu mobil dengan kasar, ia terkejut melihat muka Vanes yang pucat dan keringat membanjiri seluruh tubuhnya

Glek

Arvino dengan susah payah menelan ludah nya sendiri, jiwa ke lakiannya meronta melihat seragam Vanes yang tembus pandang dan keringat mengalir di leher nya

"Kak, kenapa diem kaya patung burunan di angkat"

"Iya iya sabar" Arvino segera membopong tubuh Vanes , ia semakin tak tahan melihat tubuh Vanes yang berada di depannya. Pasti yang di bawah sudah membengkak pikir Arvino

Riani segera membuka kamar Arvino yang di bawah karena di atas pasti ke jauhan dan susah bawanya

Riani seger keluar kamar ia menghubungi dokter pribadinya. " Pak Rama segera ke rumah ya.."

Tanpa menunggu jawaban dari dokter Rama, Riani segera mengakhiri sambung telfon ia sudah sangat khawatri dengan ke adaan sahabatnya

Riani bergegas masuk ke dalam kamar Arvino tanpa mengetuk pintu ia menrobos masuk

"Kak!! Kakak ngapain? Ia terkejut melihat Arvino berada di atas tubuh Vanes

Arvino yang terkejut segera bangkit." Jangan salah paham kakak tadi jatuh makanya di atas tubuh Vanes"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!