Bab 18

Vani masih mengendap di balik tembok menenteng keranjang buah yang ia beli di supermarket tadi.

Firasat nya kali ini benar-benar tidak enak.

Adik tiri nya itu sudah masuk ke rumah nya tanpa ada dirinya dirumah itu.

Vani akhirnya berjalan kembali ke rumah nya untuk memastikan, apakah firasat nya benar.

Vani memegang kunci yang dipakai adik nya untuk membuka gembok rumah nya, seakan adik tiri nya itu sengaja memesan kunci cadangan nya, karena kunci cadangan nya yang asli ada di tangan nya semua.

Vani berjalan masuk di rumah nya, sampai ia terhenti di depan kamar nya, ia seakan tidak ingin mempercayai apa yang ia lihat, ia benar-benar melihat adik tiri nya itu sedang menggeledah kamar nya.

" Maya, kamu sedang apa..?". Ucap Vani sedikit kencang, Wanita itu langsung kaget atas suara Vani yang memanggil nama nya.

" Ah, kak Vani, aku.. bisa jelaskan kak, kita bicarakan baik-baik." Ucap Maya yang gagap begitu melihat Vani di hadapan nya.

Kedua saudara tiri itu duduk di kursi makan, Vani masih berbesar hati menunggu penjelasan Maya.

" Kak, Maafkan aku telah lancang masuk ke rumah kakak tanpa permisi, sebenarnya aku sedang mencari Flashdisk yang waktu itu aku berikan ke kak Vani."

Ucap Maya dengan menunduk.

Vani langsung mengerutkan kening nya.

" Flashdisk, kenapa kamu ingin mengambilnya lagi, kenapa seakan kamu mengendap seperti pencuri."

Vani tambah mengerutkan kening nya.

" Begini kak, sebenarnya aku bertemu lagi dengan mas Doni, dia mengancam ingin membunuhku dan janin dalam kandungan ku kak, kalau aku tidak melenyapkan bukti dalam flashdisk itu." Ucap Maya yang tiba-tiba mengeluarkan air mata.

Vani menyilang kan kedua tangan nya seakan kebingungan.

" Doni mengancam kamu..?". Tanya Vani dengan nada mengintrogasi.

Maya langsung mengangguk sambil berderai air mata.

" Bukti dalam flashdisk itu kurang kuat Maya agar bisa menyeretnya ke persidangan, kenapa Doni begitu ingin memusnahkan nya." Ucap Vani sedikit mencurigai. Maya yang merasa terpojokkan akhirnya buka suara.

" Dalam Video itu mas Doni berbicara dengan mucikari yang menawarkan kak Vani kepada Mr. Lim". Maya berbicara terbata.

Vani yang mendengar ucapan Saudara tiri nya itu langsung terkejut.

" Kamu tahu itu dari siapa May..?". Ucap Vani yang langsung ingin mengetahui kebenaran nya.

" Ann..nu kak, Mas Doni yang menjual kakak ke Mucikari itu, karena mas Doni tahu kakak tidak akan menolak tawaran itu." Maya begitu ketakutan menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada kakak tiri nya itu.

Vani langsung syok mendengar ucapan adik tiri nya itu, air mata tak terasa langsung menetes di pipi nya dengan tangan yang mengepal begitu kuat.

" Tega sekali kamu Doni memperlakukan ku seperti ini, setelah apapun yang aku miliki aku berikan padamu." Ucap dalam batin Vani yang berkecambuk.

Luka yang sudah terbuka lebar itu kian menganga bersarang di hati nya.

" Kenapa kamu tidak bilang dari awal Maya, bahwa Doni yang menjual ku di Club malam itu." Vani menggenggam kedua tangan Maya sambil mengeluarkan air mata.

" Kak, aku benar-benar minta maaf, aku tidak bisa berbuat apa-apa kak, jika aku bercerita aku takut melukai hati kak Vani." Ucap Maya menjelaskan.

🍁🍁🍁

Vani memandangi jam di halte bus, waktu menunjukkan pukul 8 malam.

Vani terdiam dan berjalan dengan tampang murung.

Ia menaiki busway lagi menuju ke rumah sakit.

Vani melihat Joe yang sudah siuman itu, tidak ada seorangpun yang menjaga nya.

" Joe, bagaimana keadaan mu..?". Ucap Vani sambil meletakkan keranjang buah di meja dekat ranjang Joe.

" Baik Van, ini semua berkat kamu yang selalu ada dan tanggap." Joe benar-benar sumringah akan kedatangan Vani yang menjenguk nya.

" Syukurlah kamu kini baik-baik saja, aku khawatir waktu itu kamu kenapa-napa." Ucap Vani sambil mengupas kan Apel untuk Joe.

" Van, kamu kenapa, apa kamu lagi ada masalah." Ucap Joe yang langsung bisa membaca raut wajah Vani yang murung.

Wanita itu menggeleng, namun  wajah itu tidak bisa membohongi.

" Katakan Van, kenapa." Ucap Joe yang terus menatap mata Vani yang sudah sangat merah.

Vani terus menggelengkan kepala nya.

Tak berselang lama kedua sahabat itu datang, Davis dan Randy melihat Vani dan Joe seakan berbicara serius.

Mereka melihat situasi tegang itu, tiba-tiba Vani mengusap air mata nya, lalu meninggalkan kamar itu berpamitan untuk pergi ke toilet.

David dan Randy yang baru datang ke kebingungan atas perilaku aneh Vani.

" Kenapa Dia..?". Tanya Randy kepada Joe.

Pria berpakaian pasien itu hanya menggelengkan kepala nya.

David langsung pergi mengejar Vani yang belum jauh, ia lalu meraih tangan Vani di koridor rumah sakit.

" Van, kamu kenapa, bisa ceritakan kepadaku." Ucap David yang begitu menghawatirkan nya.

Vani langsung menoleh ke arah David, mata nya berkaca-kaca lagi, ia berpikir hanya David yang dapat mengerti perasaan nya saat ini.

Mereka lalu duduk di ruangan koridor itu.

" Orang yang menjual ku malam itu ternyata Doni, mantan suamiku." Ucap Vani dengan perasaan yang begitu kacau.

David menelaah perlahan ucapan Vani.

" Doni menawarkan kan ku malam itu kepada mucikari Club malam, yang lalu di pesan Mr.Lim untuk melayani mu."

Ucap Vani yang belum mengetahui kejadian sebenarnya.

David menghela nafas panjang, ia begitu bingung untuk menjelaskan situasi pelik itu.

" Van, sebenarnya malam itu, tidak ada sama sekali niatan untuk meniduri mu, hanya saja aku terlalu mabuk dan hilang kendali, maafkan aku." Ucap David menundukkan kepala nya. Vani mencoba mengingat kejadian itu.

Pria plin-plan yang membebaskan nya secara tiba-tiba namun datang lagi untuk menagih cinta satu malam itu, Vani tersenyum sengit mengingat hal itu, meskipun ia akhirnya berdamai dengan keadaan dan menerima David dalam hidup nya.

" Kamu tidak salah, Aku kan di bayar sebagai hadiah dari Mr. Lim untuk melayani mu malam itu." Ucap Vani sambil menyeka air mata nya.

David memeluk Vani erat, ia juga teringat kejadian itu dengan perasaan bersalah yang terus menghantui nya.

Ia lalu menenangkan Vani dengan mengelus rambut lembut wanita itu, seperti nya ia benar-benar syok setelah mengetahui mantan suami nya lah yang menjual dirinya ke mucikari.

" Vani, apapun akan aku lakukan untuk melindungi mu, untuk masalah Doni aku bisa mengurus nya." Ucap David mantap kepada Vani.

" Apa yang akan kamu lakukan..?". Ucap Vani lirih.

" Sesuatu yang membuat nya harus membayar mahal atas setiap air mata yang menetes di pipi mu." Ucap David menahan amarah begitu dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!