Vani menutup telepon nya dan langsung berlari meninggalkan kantor, ia memberhentikan taksi secepat nya.
" Pak, jalan cepat sedikit ya, ke arah Rumah sakit Silaom."
Sopir taksi itu mengangguk mengikuti perintah pelanggan nya, mereka melaju ke arah utara kota Jakarta.
Vani sedikit cemas, dalam perjalanan nya ia terus menggigit bibir bawah nya.
Setengah jam kemudian ia sampai di rumah sakit itu.
Vani lalu berlari ke arah IGD dan menemui perawat yang tadi menelpon nya.
" Benar dengan Nyonya Vani." Ucap perawat yang sedang membawa buku catatan.
Vani lalu mengangguk, ia di giring ke ruangan dokter spesialis.
" Silahkan duduk Nyonya Vani, benar anda wali dari Pak Joe Richart." Ucap seorang dokter sambil membawa bukti rontgen. Vani sedikit bingung, apakah sanak saudara Joe tidak ada di Jakarta, sehingga hanya dirinya yang mewakilkan.
" Beliau harus segera di berikan penanganan prosedur pembedahan operasi tukak lambung, hari ini harus segera dilaksanakan, kalau tidak kondisi beliau akan semakin memburuk." Ucap dokter itu sambil memberikan bukti Rontgen.
" Tapi pak Dokter, saya hanya karyawan nya saja, apa tidak menunggu persetujuan dari pihak keluarga saja." Ucap Vani bingung.
" Beliau berpesan, katanya cukup Nyonya Vani sebagai Wali nya, mengingat kondisi ini sangat darurat."
Dokter itu lalu memberikan selembar kertas untuk persetujuan tindakan bedah.
Vani menggigiti bibir bawah nya, ia benar-benar bingung harus berbuat apa, dengan sedikit gemetaran ia menandatangani surat itu.
Vani memandang Joe dari balik kaca IGD, ia benar-benar dalam kondisi memprihatinkan terpasang oksigen dan selang infus.
Vani lantas menghubungi kedua sahabat Joe, baik Randy dan David langsung secepat kilat datang begitu di kabari oleh Vani mengenai kondisi Joe.
" Ini Anak, dari gelagat nya tadi sudah mencurigakan, kalau sakit kenapa dipaksakan masuk kantor." Ucap Randy yang menyayangkan sahabatnya terbaring dalam ruang IGD itu.
David lalu menghampiri Vani.
" Van, kamu datang sendiri ke sini..?" Ucap David ikut duduk bersama Vani.
Wanita itu hanya mengangguk.
David lalu memberikan sebotol air mineral untuk Vani, dengan cepat Vani menegak air mineral itu lalu menyeka sisa air di bibir nya.
" Pak Joe harus melakukan tindakan operasi bedah hari ini, beliau menyuruhku menjadi wali untuk menandatangani persetujuan itu." Randy dan David langsung terkejut mendengar ucapan Vani barusan.
" Apa, tindakan bedah, sampai separah itu." Randy berjalan ke arah Vani dengan tatapan seakan tak percaya.
Vani terus menunduk dan mengangguk.
" Jam berapa operasi nya berlangsung Van..?". Ucap David bertanya padanya.
" Nanti Sore jam 4." Vani mengimbuhkan.
" Astaga ini Anak, kedua orang tua nya masih di Amerika, Om dan tante sangat susah di hubungi pasti mereka syok mendengar kabar Joe." Randy terus menggelengkan kepala nya.
" Untuk biaya Administrasi nya, bagaimana apa sudah di urus..?". David bertanya kepada Vani.
" Aku sudah mengurusnya." Vani menjawab dengan masih menunduk.
Randy dan David melupakan biaya administrasi itu.
" Apakah Joe sudah memberikan kartu bank nya untuk administrasi..?". Randy gantian bertanya.
" Iya." Vani menjawab dengan singkat.
Kedua sahabat itu langsung mengangguk, baik Randy dan David sangat tidak keberatan jika mereka harus menanggung biaya operasi Joe.
Randy masih sibuk dengan terus mencoba menghubungi keluarga Joe yang kini masih di Amerika.
Tak berselang lama datang Sasa berjalan ke arah mereka.
" Bagaimana kondisi Joe, apakah dia baik-baik saja." Ucap Sasa yang langsung menanyai rekan-rekan nya itu.
Baik Randy maupun David menggeleng, Sasa yang melihat itu langsung merasa khawatir akan kondisi teman masa kecil nya itu."
Ia lalu menghampiri Vani dengan memperkeruh suasana.
" Pasti kamu yang membuat Joe seperti ini, sebelum ada kamu Joe baik-baik saja." Ucap Sasa yang langsung menyalahkan Vani secara tiba-tiba.
Vani yang dari tadi menunduk tiba-tiba kebingungan atas tuduhan itu.
" Cukup Sa, kamu apa-apa an sih, datang kesini ribut-ribut."
David memegangi tangan Sasa.
" Oh, jadi kamu membela wanita ini, yang jelas-jelas bikin teman kita terbaring di rumah sakit."
" Apaan sih kamu, kalau kamu tidak tahu apa-apa lebih baik diam jangan berargumen menyalahkan orang lain."
David melepaskan tangan Sasa dengan sedikit muak.
Randy lantas membawa Sasa ketempat lain untuk menenangkan suasana.
David menghela nafas panjang ia mengusap rambut Vani untuk menenangkan nya.
" Maafkan aku ya, kamu selalu terusik dengan tingkah laku Sasa, di mana pun berada aku akan terus melindungi mu." Ucap David yang masih mengusap rambut halus Vani.
Sore hari telah menjelang, Operasi itu akhirnya berjalan. Mereka semua menunggu jalan nya operasi dengan perasaan cemas.
Tindakan operasi itu membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit, hingga lampu operasi yang tadi nya merah berubah menjadi hijau.
Seorang dokter berpakaian hijau keluar dengan melepaskan masker nya.
" Operasi nya berjalan lancar, kami akan memindahkan pasien keruangan lain." Ucap Dokter yang membuat teman-teman yang menunggui nya bernafas lega.
Meskipun belum sadar dari tindakan operasi itu, namun teman-teman nya sudah bisa menjenguk nya, sekedar untuk melihat kondisi nya.
" Van, lebih baik kamu pulang, biarkan Aku dan Randy yang menunggui nya disini." Ucap David menyuruh Vani pulang.
" Aku akan pulang dulu, nanti malam aku kesini lagi." Ucap Vani menyetujui perkataan David, ia lantas berpamitan kepada teman-teman yang ada di ruangan itu.
Sasa membuang muka, ia sama sekali tidak suka dengan keberadaan Vani.
Vani pulang menaiki busway, ia menyenderkan kepalannya dalam bus itu, dengan pakaian formal kantor nya masih melekat di badan nya, ia terus menghela nafas panjang.
Sesampainya ia di rumah ia lantas segera mandi membasahi tubuhnya yang sudah lengket karena keringat.
Joe selama ini telah begitu baik padanya, untuk biaya operasi itu tidaklah begitu berarti jika disandingkan dengan kebaikan hati Joe selama ini pada nya.
" Entah kenapa aku seakan terus berhutang budi padamu." Ucap Vani dalam guyuran air di atas shower nya.
Vani makan malam dengan tidak berselera, ia hanya meminum teh hangat beraroma melati di atas meja.
Ia lalu mendapat pesan singkat dari Randy.
From : Randy
Joe sudah sadarkan diri, dia mencari mu bisakah nanti kamu kesini.
Vani tersenyum membaca pesan singkat itu, ia benar-benar bernafas lega, syukurlah operasi nya berjalan begitu lancar hingga ia cepat sadarkan diri.
Vani berkemas lagi dan mampir ke mini market dekat rumah nya untuk membeli buah, namun sebelum ia pergi meninggalkan mini market itu ia melihat adik tiri nya, Maya berjalan ke arah rumah nya.
Vani mengikuti nya, hanya untuk berkata bahwa ia akan pergi ke rumah sakit, namun aneh nya adik tiri nya itu dengan mudah membuka pintu rumah nya, ternyata ia memiliki cadangan kunci serep rumah nya.
" Apa dia tahu aku sedang tidak dirumah." Ucap Vani sambil memantau dari kejauhan.
Namun firasat nya kali ini benar-benar tidak enak, apakah Maya hanya berpura-pura padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments