Mie instan panas tersaji di atas meja, mereka menyantap nya dengan canda ria.
Hingga Vani memberikan sebuah tawaran kepada David.
" Berikan saja data orang itu, aku akan membantu mu." David berkata santai dengan masih memegangi tangan Vani di atas meja.
Malam itu begitu larut dengan hangat nya kedua insan itu.
🍁🍁🍁
David menguap beberapa kali dalam rapat pagi nya, di sana juga ada rekan-rekan sesama pemilik saham.
" Bro, loe begadang ya, nguap terus." Senggol lengan Randy kepada David yang masih menutup mulut nya karena terus menguap.
Pria itu hanya mengangguk.
Joe yang duduk agak menjauh hanya menatap kedua sahabatnya itu dari sudut ruangan.
Para vendor datang pagi-pagi untuk membahas anggaran proyek baru dari gabungan JH Group, tak berselang lama direktur utama Pak Wijaya, mengangkat tangan nya.
" Saya akan mengatur lagi jadwal untuk rapat ini, bisakah kita akhiri dulu rapat hari ini." Ucap nya yang langsung di setujui seisi rapat.
Joe berjalan ke ruangan nya, ia melihat Vani yang tiba-tiba menguap saat mengetik proposal di laptop nya.
" Kamu begadang Van..?." Ucap Joe tiba-tiba menghampiri Vani.
" Ahh, iya Pak Joe, aku tidur jam 2 semalam, sedikit kurang tidur." Ucap Vani menjawab.
Joe langsung mengangguk dan langsung berjalan ke meja nya, ia seakan bisa menyambungkan situasi itu, tiba-tiba rasa cemburu bersarang di hati nya.
" Apa mereka sudah baikan lagi." Ucap dalam batin Joe memandangi Vani yang juga terlihat di balik kaca bening nya.
Ia lalu mengambil obat penenang dalam laci nya dan meraih segelas air putih di atas meja nya.
" Pak Joe, apa anda baik-baik saja." Ucap Vani yang tiba-tiba berdiri mendatangi Joe.
Pria itu kaget melihat Vani yang sudah di depan nya.
" Bisakah kita tunda rapat kita siang ini, aku seperti nya kurang enak badan." Ucap Joe yang sedikit berkeringat.
Vani yang melihat wajah pucat itu langsung khawatir.
" Pak Joe, bagaimana kalau kita ke rumah sakit saja." Ucap Vani menyarankan, namun Joe menolak dengan menggelengkan kepala nya.
" Aku hanya butuh istirahat saja, aku seperti nya akan pulang." Ucap Joe yang semakin pucat wajah nya.
" Pak Joe, seperti nya anda jangan menyetir sendirian, bagaimana kalau diantar oleh supir perusahaan." Vani menyarankan lagi.
Joe hanya mengangguk mengiyakan ucapan Vani, ia lalu memapah Joe sampai ke parkiran baseman.
" Tolong antar ya pak Joko." Ucap Vani kepada sopir perusahaan itu, sopir itu lantas mengangguk dan mengemudikan mobil Joe dengan pelan.
Baru hendak keluar dari baseman, Joe melihat Vani yang bertemu David dari kaca spion, mereka lantas ngobrol sambil tersenyum.
Joe yang melihat dari kaca kecil itu langsung merasakan panas di dada nya, ia mengepalkan tangan nya dan sedikit membanting nya di atas kursi yang ia duduki.
" Van, pulang dari kantor, kita makan malam lagi ya." Ucap David mengajak Vani yang sedang berjalan bersama nya.
" Oke." Ucap Vani menjawab simpel dan terus berjalan.
" Buka blokiran aku ya, aku ingin menelpon mu lagi." Ucap David berbisik sambil mendahului jalan Vani.
Vani hanya tersenyum dengan terus berjalan sampai ke depan lift, begitu lift terbuka wanita ber lipstik merah merona sudah berada dalam lift itu.
Vani dan Joe yang mulai lagi kasmaran itu, tiba-tiba merubah raut wajah mereka ketika melihat Sasa yang sudah berada dalam lift itu.
" Sayang, kamu kemana saja, aku tadi ke kantor mu, kamu nggak ada." Ucap manja Sasa kepada David.
Suasana itu begitu canggung, mereka terjebak dalam situasi aneh di dalam lift.
Seketika Vani terdiam melihat Sasa yang terus menempel pada David.
" Kok kamu diam aja sih sayang, apa karena ada wanita ini yang membuat kamu diam." Ucap Sasa yang langsung menatap wajah Vani sinis.
Vani menatap ke dinding lift dengan menghela nafas seakan menahan perasaan nya.
" Cukup Sa, kita bicara kan di kantor ku saja." David menjawab celetukan Sasa dengan sedikit menaikan nada bicara nya.
Sasa melipat tangan nya dengan menekuk raut wajah nya.
Vani langsung turun di departemen nya meninggalkan David dan Sasa berdua dalam lift itu.
David hanya terdiam saat Vani pergi tanpa mengucap kata sedikitpun pada nya.
David memejamkan mata nya kuat-kuat saat menghadapi situasi pelik itu, saat ia tiba di lantai departemen nya ia langsung turun tanpa memperdulikan Sasa yang bersama nya dalam lift itu.
" Sayang tunggu." Ucap Sasa yang terus mengekor ke padanya.
David sudah sangat muak dengan tingkah Sasa yang terus memprovokasi hidup nya.
" Sa, aku sudah bicara berkali-kali bahwa hubungan kita sudah berakhir, kenapa sih kamu tetap keras kepala." Ucap David yang tiba-tiba memarahi Sasa.
" Nggak bisa gitu dong, kamu sama aku udah di jodohkan dan kita akan segera menikah, titik!!!". Ucap Sasa yang meladeni David berargumen.
" Aku dan Papa ku sudah membayar kompensasi, atas pembatalan kontrak kerja sama antara departemen ku dan departemen kakek mu, jadi urusan kita sudah selesai."
David mengeluarkan berkas pembatalan kontrak yang tersimpan di laci dan membanting nya di depan Sasa.
Wanita itu tak dapat menjawab, ia langsung pergi meninggalkan ruangan David dan membanting pintu dengan muka yang sangat kesal.
Sedangkan Vani, ia terduduk di kursi kantor nya sambil melamun memandangi laptop nya, ia terus menerus mengetik typo dalam laptop nya.
Ia memikirkan kejadian dalam lift tadi, apakah benar Sasa dan David tidak akan bisa berpisah, sebuah cinta pertama di masa kecil yang tak pernah terlupakan.
Ia lalu terbangun dari lamunan nya dengan dering panggilan telepon dalam saku blazer nya.
" Iya Halo." Ucap Vani dengan nada sedikit lesu.
Vani langsung membulatkan mata nya begitu mendengar ucapan dari sang penelepon.
Vani dengan sigap membereskan meja dan laptop nya seusai mematikan panggilan telepon itu. Ia lalu mengunci ruangan Ceo itu dan langsung berjalan terburu-buru keluar meninggalkan kantor dan segera memberhentikan taksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments