Bab 15

David yang telah kesal pergi meninggalkan rekan-rekan nya. Ia melihat Sasa yang masih berbicara dengan Pak direktur.

Baru saja ingin menghindari, Sasa sudah melihat nya terlebih dahulu, Wanita ber lipstik merah menyala itu berjalan menghampiri David.

Pria itu memejamkan sejenak mata nya, ia sebenarnya sangat malas berbicara dengan Sasa, namun di sana ada Pak direktur dan rekan-rekan nya.

" Sayang, kamu tidak makan siang." Ucap Sasa yang lalu menengok rekan-rekan di belakang David.

Wanita itu langsung menunjukkan wajah kesal begitu melihat Vani juga ada di sana.

" Sasa, kenapa kamu disini." Ucap David yang seakan ingin mengusir Sasa dari hadapan nya.

" Ini kan perusahaan kakek aku juga, jadi aku berhak dong datang kesini, lagian kakek menawari ku jabatan sebagai Ceo perusahaan." Ucap Sasa bertingkah mesra kepada David, yang juga ingin memanasi Vani.

" Sasa cukup, ini di tempat umum nggak enak dilihat banyak orang." Ucap David melepaskan rangkulan tangan Sasa.

" Kalau tidak mau ada yang lihat, kenapa kita tidak cari tempat lain." Ucap Sasa merayu David.

David yang sudah tak ingin melihat kedekatan Vani dan Joe langsung menerima tawaran Sasa.

Mereka lantas pergi berdua meninggalkan Cafe.

Mereka datang ke restoran cina untuk makan siang, Sasa terus berbicara panjang lebar, namun sama sekali tak masuk ke dalam pikiran David, ia terus memikirkan Vani dan Joe yang begitu dekat, semakin di pikirkan semakin membuat nya kesal.

" Arrhhhh...". David membanting gelas dalam genggaman nya, Sasa yang melihat aksi spontan itu langsung kaget bukan main.

" Kenapa sih Sayang kok kamu kelihatan kesal begitu, kamu bikin aku jantungan tahu nggak." Ucap Sasa yang masih memegangi dada nya.

" Jangan-jangan kamu sama sekali nggak dengerin aku ngomong ya, apa gara-gara wanita itu." Ucap Sasa yang begitu kesal.

David menghela nafas nya dalam, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

" Memang nya kamu mau jadi Ceo di departemen kakek kamu..?". Ucap David yang langsung mendapat topik pembicaraan.

" Iyalah, biar aku setiap hari bisa lihat kamu, memang nya kenapa, kamu nggak suka..?".

" Iya.., eh maksud aku suka-suka aja sih." Ucap David terbata.

" Siapa nama wanita tadi..?".

" Sudahlah Sa, kita lagi makan jangan membicarakan orang lain." Ucap David yang teringat Vani lagi.

Sasa hanya melirik kan mata nya kesal sambil menyuap lagi makanan nya.

Siang itu telah berganti dengan sore dan mulai meredupkan sinar nya.

" Van sudah jam 7, lebih baik kamu pulang, takut kemalaman, tapi maaf aku nggak bisa antar, masih banyak proposal yang harus aku urusin." Ucap Joe yang begitu tak enak melihat karyawan baru nya itu.

" Benar, kamu tidak apa-apa sendirian pak Joe." Ucap Vani yang mengkhawatirkan nya.

Joe mengangguk dan berkata pulanglah.

Vani lantas berkemas pulang, ternyata kerja di perusahaan ternama juga sangat melelahkan. Ia berjalan ke depan dan menunggu di halte busway, hari itu sangat sepi hingga ia mendapat kursi untuk duduk, ia memandangi dari kaca jendela jalan yang diterangi lampu-lampu dan melihat hirup pikuk ibu kota, entah sudah berapa halte ia lewati hingga duduklah seseorang di samping nya.

" Van, aku ingin berbicara dengan mu." Ucap nya sedikit berbisik ke telinga nya.

Vani yang masih melihat ke jalanan itu langsung kaget dengan suara yang di kenal nya, ia membulatkan mata nya setelah melihat David yang duduk di samping nya.

" Kamu ..." Ucap Vani yang sulit berbicara.

" Van, ayo kita bicarakan lagi baik-baik, aku benar-benar ingin meluruskan hubungan kita." Ucap David yang sedikit memohon.

Vani memejamkan sedikit mata nya, ia lalu berpikir dengan cepat untuk menjawab.

" Aku sangat lelah hari ini, bisakah lain kali saja." Vani berbicara dengan sedikit lesu.

" Apa.. jadi Joe menyuruhmu bekerja keras, hingga kamu kecapaian seperti ini." Ucap David yang seakan tidak terima dengan kondisi Vani.

" Tidak, bukan seperti itu Joe sangat baik padaku, hanya saja aku sangat ingin ia membantu nya memenangkan tender besar."

David menatap lesu mata Vani, ia begitu cemburu karena perlakuan spesial Vani kepada Joe.

" Ya, dia pantas menerima uluran bantuan mu karena dia tidak pernah membuat mu kecewa, sedangkan aku selalu membuatmu kecewa."

" David, kenapa kamu tidak pernah bisa dewasa dalam bersikap, kamu selalu memikirkan dirimu sendiri, kamu selalu memaksakan kehendak mu kepada orang lain, itu yang membuat terasa berbeda."

Vani menghadap jendela kembali menatap jalanan.

David terdiam, ia benar-benar menelaah perkataan Vani yang baru saja di lontarkan.

" Aku akan berusaha menjadi apapun yang kamu mau Van, tolong kita bicara kan lagi."

David terus memohon padanya.

Vani menghela nafas panjang, hingga busway melaju di pemberhentian halte di dekat rumah nya.

" Ayo turun, kita bicarakan di rumah." Ucap Vani singkat.

David dan Vani turun dan berjalan tidak jauh dari halte untuk sampai ke rumah Vani.

Namun sebelum sampai ke rumah perut David berbunyi.

" Ah, aku sangat lapar, siang tadi aku tidak berselera makan." David menggaruk kepala nya sedikit malu dengan cengegesan.

Vani yang mendengar bunyi keroncongan perut David seketika tertawa.

" Ada ya cowok nyebelin kaya kamu. Ucap Vani yang memegang perut nya karena kram tertawa.

" Aku baru ingat tidak punya apa-apa di rumah, bagaimana kalau ke minimarket dekat rumah." Ucap Vani yang langsung menggeret tangan David. Mereka membeli mie instan dan beberapa pelengkap nya, tak lupa minuman soda menjadi teman makan malam mereka.

Seakan lupa dengan masalah mereka, David dan Vani bergurau lagi layak nya pasangan kekasih, hingga mie instan mereka siap di santap.

" Bagaimana apa aku terlalu banyak memasukkan cabai." Ucap Vani yang melihat David kepedasan.

" Tidak juga, aku sangat suka pedas." Ucap David yang sudah bermuka merah kepedasan.

Vani hanya tersenyum dan malah memberikan tambahan cabai dari mangkuk nya.

David tersedak, muka merah padam itu seperti akan sekarat karena kepedasan.

" Maafkan aku." Vani mengulurkan segelas air dingin untuk David.

Mereka malah tambah tertawa untuk hal yang mereka anggap begitu lucu itu.

" Van, maafkan aku, aku memang salah tidak memberi tahu mu tentang Sasa, namun aku berani bersumpah bahwa hubungan ku dengan Sasa sudah berakhir." Ucap David memegang tangan Vani.

Vani masih terdiam, ia belum memberi jawaban untuk lawan bicara nya.

David terus memandang wajah Vani dengan perasaan penuh harapan.

" Bantu aku, untuk membawa mantan suami ku ke pengadilan." Ucap Vani memandang David dengan tatapan yang begitu serius.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!