Langit mulai berwarna jingga, Vani turun dari ranjang nya dengan berbalutkan kain tipis. Ia berjalan ke arah dapur membasahi wajah nya di wastafel, Pantulan diri nya di cermin terlihat sangat lesu. Ia ingin sekali memaki-maki dirinya yang begitu bodoh hari ini, tak terasa air mata menitik di raut wajah datar nya.
Ia lantas mandi membasahi sekujur badan nya, berharap sisa-sisa perbuatan hina nya bisa luruh dan pergi dari tubuh nya.
Seduhan daun teh beraroma melati menemani sore hari nya dengan memandang burung gereja yang berlalu lalang di atas pepohonan.
Ia tiba-tiba teringat kejadian tiga bulan yang lalu, saat ia mempergoki perselingkuhan mantan suami nya di dalam hotel, tak tanggung-tanggung wanita yang merebut suami nya adalah adik tiri nya.
Mereka bahkan bersengkongkol menggadaikan sertifikat rumah Vani tanpa seijin nya, setelah tiga bulan berjalan tanpa angsuran, pihak bank akhirnya datang menagih kepada nya dengan jumlah pinjaman yang cukup fantastis beserta suku bunga nya.
" Doni, apa kabarmu bersama Maya, apakah uang hasil dari rumah ku ini sudah habis..?." Ucap sengit Vani sambil memandang segelas teh di depan nya.
Seketika ingatan itu terkubur berganti menjadi dendam yang membekas di hati nya.
Vani berjalan ke arah kamar nya setelah menghabis nya secangkir teh nya, ia memandangi David yang masih tertidur di atas ranjang nya, Pria itu masih tak memakai apapun, hanya sehelai kain tipis yang menutupi lekuk tubuh nya yang begitu atletis.
Wajah tampan yang begitu teduh, dengan bibir merah yang merekah seketika membuat Vani ingin menyetuh bibir manis itu, begitu lembut dan mempesona.
Seketika David terbangun dengan memandang kedua mata Vani, bahkan mata mereka saling bertemu, Vani yang terkejut lantas menjauhkan jari nya dari bibir itu, namun David langsung menarik badan Vani ke pelukan nya.
" Sayang, permainan kita belum selesai." Bisik David ke telinga Vani. Entah apa yang dirasakan Vani saat itu, debaran jantung dan desiran hasrat merasuk ke tubuh nya, bahkan ia tak kuasa untuk menolak nya.
Aku sudah terikat dan tak bisa lepas, Ucap Vani di dalam hati kecil nya.
Vani yang sudah goyah langsung mencium bibir David yang merah merekah itu dengan sedikit garang, begitupun David membalas nya, ia membiarkan Vani bermain di atas nya dan mengikuti permainan nya, Wanita itu mulai menanggalkan baju nya satu persatu, semerbak aroma citrus langsung tercium dari tubuh nya, Kedua nya terengah-engah dengan keringat yang sedikit mengucur, memberikan kesan panas dalam ruangan itu. Bahkan mereka berlomba saling memberikan bekas ciuman di dada, saat David hendak meraih leher Vani, ia langsung menolak.
David tersenyum dan mengerti. Kedua insan itu saling melampiaskan gelora asmara mereka yang menggebu-gebu hingga langit yang berwarna jingga berubah menjadi gelap.
Meskipun awal pertemuan mereka tidak mengenakan, namun David adalah Pria yang menawarkan cinta dengan kehangatan kepada Vani.
" Van, Bagaimana dengan tawaran lamaran ku..?" Tanya David yang merangkul nya.
Vani yang memeluk dada David langsung memandang Pria tampan itu dan melemparkan senyuman.
" Entahlah, aku masih ragu." Timpal Vani menggoda David.
" Masih ragu..? aku akan memberikan apapun untuk mu dan aku berjanji tidak akan membuatmu menangis. Jawab David sambil mengelus rambut Vani yang ber aroma sangat harum.
" Oke, baiklah aku akan memberimu waktu beberapa hari untuk berfikir, yang pasti aku sangat serius dengan mu." Ucap David mematapkan dengan mencium rambut Vani.
Wanita itu mengangguk membuat David semakin gemas di buat oleh nya.
" Van, aku lapar, ayo kita keluar makan malam." Vani tersenyum lalu turun dari ranjang nya.
Mereka naik mobil berkeliling kota malam itu, penerangan lampu jalan yang hangat semakin menambah Perasaan insan yang baru di mabuk cinta itu.
Restoran steik dengan tema candelight dinner yang begitu sangat romantis menjadi pilihan mereka.
David menarik kan kursi untuk Vani yang begitu menawan malam ini, Gaun hitam dengan riasan yang tipis terlihat begitu sangat anggun.
Mereka ternyata sangat cocok mengobrol, baik David maupun Vani bisa membangun topik pembicaraan, dengan sesekali tawa menyelingi obrolan mereka.
Tiba-tiba ponsel Vani berdering dengan nama Joe di layar ponsel nya, Wanita itu langsung mengangkat telepon nya dengan mode pengeras suara.
" iya halo, pak Joe." Ucap Vani yang masih memandang David.
" Van, besuk aku ada client di surabaya, bisakah kau datang bersama ku untuk menjadi pembicara..?". Ucap Joe dari sebrang.
David memegang tangan Vani di atas meja, ia lalu memberi isyarat dengan mengangguk.
" Oke baik Pak Joe, Saya akan datang ke kantor." Ucap Vani mengiyakan lalu menutup pembicaraan mereka.
Vani memandang David, Pria itu masih santai menyantap makanan di atas meja.
" Besuk aku akan menyusul mu ke surabaya." Timpal David sambil masih mengunyah makanan nya.
Vani mengkerut kan alisnya keheranan sambil mengangguk.
Pagi itu Vani berangkat ke Surabaya untuk menemui Client, Joe membuka kan pintu mobil untuk Vani.
Sedangkan David mengikuti mereka dari belakang sambil mengarahkan supir nya untuk mengikuti mobil yang di tumpangi Joe dan Vani.
" Kita hanya menginap satu hari, aku sudah mereservasi kan hotel untuk mu." Ucap Joe yang masih menatap I-pad nya.
Vani hanya tersenyum mengangguk.
" Mengenai tawaran kerja dari ku, apakah sudah kamu pikirkan Van..?." Ucap Joe langsung memandang ke arah Vani. Wanita berpakaian kantor itu mengangguk.
" Saya bersedia pak Joe." ucap Vani mantap. Joe tersenyum.
Mereka pergi ke bandara untuk mengejar jadwal pertemuan itu.
Salah satu restoran bintang lima terkemuka di surabaya menjadi pilihan mereka untuk membahas proyek besar itu, hingga terjadi kesepakatan di malam hari setelah perjamuan cukup lama.
" Van, ini kunci kamar hotel nya, aku juga di hotel yang sama, hanya berbeda nomor saja." Ucap Joe memberikan kunci kamar hotel kepada Vani.
Vani menerima nya, ia memandang sosok Joe yang sangat dewasa dengan tutur dan tingkah yang sangat santun.
" Panggil Saja nama, kalau kita sudah di luar jam kantor, mulai hari senin kamu sudah bisa mulai masuk kerja." Ucap Joe mengimbuhkan.
Vani mengangguk dan berterimakasih.
Malam itu tepat pukul 8 malam, Vani merebahkan badan nya di kasur hotel itu, ia memandang ponsel nya yang seharian ini tak bergetar, ia menunggu kabar dari David yang berjanji akan menyusul nya ke surabaya.
Ia lantas menelepon David karena tidak sabar, tiba-tiba suara dering telepon begitu keras terdengar di sebelah kamar nya, Vani seperti keheranan, apakah David membooking kamar di sebelah nya.
Suara dering telepon itu tak berhenti dan cukup terdengar keras di pintu kamar sebelah nya. Seperti nya David memang ingin memberi kejutan kepada nya, Vani menyipitkan alis nya dan langsung membuka pintu kamar itu yang memang tak terkunci, dan benar saja ia memang benar-benar terkejut setelah membuka pintu kamar itu.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan dan saran yang membangun ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Avidea Safira
lanjut thor
2022-11-07
0