Malam di luar itu nampak dingin dengan tiba-tiba turun hujan yang begitu deras. David mencium bibir Vani dan merambat ke leher nya Pria itu hendak melepaskan kemeja nya. Vani terasa amat sesak karena David sama sekali tak memberi nya ruang untuk bergerak.
Saat David mencoba lebih jauh lagi, Vani mendorong nya sekuat tenaga, Pria itu langsung terkulai dengan mata terpejam dan sedikit mengigau. Vani terengah-engah memandangi Pria mabuk itu yang terlelap di ranjang nya. Seakan ia memang tidak di takdirkan untuk melupakan kejadian malam itu, karena hal itu seakan seperti terulang lagi dalam hidup nya.
Tringgggg.... Bunyi ponsel David berbunyi cukup keras bahkan getaran nya juga terasa, terlihat di layar nya seseorang bernama "Sasa" menelepon nya, Vani hanya memandangi panggilan itu tanpa mengangkatnya hingga penelepon itu mematikan panggilan nya.
From : Sasa
Sayang.. kamu kemana saja, kenapa sama sekali tidak ada kabar, aku kesepian disini.
Vani melihat pesan yang masuk itu tanpa sama sekali menyentuh ponsel David, Ia berdecak kesal.
" Sudah punya pacar masih saja menggoda wanita lain, dasar pria mata keranjang."
Vani meninggalkan nya dan bergegas ke dapur, ia lalu menyeduh segelas teh hangat untuk menghilangkan rasa lelah nya hari ini. Berkali-kali Vani menghela nafas panjang, Ia terus berfikir bagaimana cara nya menghindari David yang terus menghantui nya.
Meskipun kesan Pria itu tidak menyenangkan bagi Vani ia masih saja memasakkan sup hangat dan segelas teh hangat untuknya, Vani adalah tipikal orang yang susah untuk membenci seseorang.
David akhirnya terbangun setelah hampir dua jam terlelap di kamar nya, ia langsung menghampiri Vani yang sedang sibuk di dapur.
" Vani kau sedang apa..?". Tanya David yang masih memegangi kepala nya karena pening.
" Cepat duduk, makan sup yang di meja selagi masih panas dan minumlah segelas teh hangat itu." David memandangi Sup jagung manis yang masih berasap di atas meja, ia terheran mendapati Vani yang begitu mahir memasak, untuk rasa nya seakan ia seperti bernostalgia masakan almarhum ibu nya.
" Wah, Sup ini sangat enak.. badan juga jadi terasa segar." Ucap David yang begitu memuji kepiawaian Vani membuat Sup itu.
" Iya itu Sup penghilang pengar karena mabuk mu itu, kurangilah mabuk itu tidak baik bagi kesehatan, lalu setelah kamu menghabiskan sup itu kamu langsung pulang, hari sudah malam." Ucap Vani yang masih begitu ketus padanya. David menunduk mengiyakan dengan muka gemas memandang Vani yang masih sibuk di dapur.
Ponsel Vani berdering, wanita itu langsung menjawab panggilan telepon itu.
" Iya pak Joe, ada yang bisa aku bantu." Ucap Vani dengan ekspresi yang langsung berubah sumringah begitu menjawab panggilan itu. David langsung membulatkan mata nya ketika mendengar Nama sahabat nya itu disebut Vani.
Wanita yang masih memakai apron itu berjalan ke arah teras, ia menjauh seperti tidak ingin David mendengar pembicaraan nya. David merasakan seakan sakit di dada nya, ia benar-benar terbakar api cemburu mengetahui kedekatan Vani dan Joe.
Entah apa yang mereka bicarakan, hingga memakan waktu hampir setengah jam, Setelah Vani mematikan telepon itu, ia celingukan mendapati David yang sudah tidak ada di kursi makan, ia melepaskan Apron nya dan mencari David, saat Vani membuka pintu tak sengaja melihat David yang sedang membuka baju nya.
" Ahhhh....". Teriakan spontan Vani yang melihat David benar-benar tak berbusana.
" Vani bolehkan aku meminjam handuk mu, badan ku terasa gatal dan lengket, aku menumpang mandi ya.." Ucap Pria itu mendekati Vani.
Vani yang masih membulatkan mata nya terus ke pinggir dan bergegas mengambilkan handuk untuk David lalu segera menyuruh nya bergegas ke kamar mandi.
Vani menenangkan pikiran nya, sambil mengelus dada, ia terus menghembuskan nafas dengan pelan menghadapi pria yang dianggap nya aneh dan tidak tahu diri itu.
Selain menumpang makan, mandi, ia juga meminjam kaos oversize milik Vani karena kemeja nya sangat lusuh untuk ia kenakan lagi.
" Vani terimakasih banyak malam ini, aku akan sering-sering main kesini." Senyum menyebalkan nya mengembang.
" Tidak perlu repot-repot kemari, pintu ini selalu tertutup untukmu." Timpal Vani sedikit bersungut.
Tapi David masih saja tersenyum, senyum nya memang sangat menggoda, bahkan tidak di pungkiri oleh Vani pria memang sangat rupawan.
" Besuk aku jemput jam 10 pagi, kamu harus sudah siap." Ucap David yang tiba-tiba membuat Vani mengkerutkan dahi nya, Pria itu tanpa basa-basi langsung mencium kening Vani dan melambaikan tangan nya berpamitan.
" Hei, apa-apaan sih, aku nggak mau janji apa-apa." teriak Vani karena David sudah menaiki mobil nya. Pria itu masih saja menggoda nya tanpa bersuara, ia menurunkan kaca mobil nya dan memanyunkan bibir seperti gerakan mencium jarak jauh, lalu melambaikan tangan nya membentuk cinta.
Vani terus mengkerutkan dahi nya dengan kesal.
" Dasar Pria tidak tahu diri, mata keranjang, pemaksaan."
Ucap Vani kesal sambil mengelap kening nya yang tadi di cium David.
Sedangkan Pria itu masih terus tersenyum sambil menyetir mobil nya, meskipun rumah Vani nampak begitu kecil dan sederhana namun bagi nya sangatlah Hangat dan nyaman, Ia terus memikirkan hari esok bertemu lagi dengan Vani tanpa memikirkan perusahaan nya.
Ia benar-benar jatuh cinta kepada Vani hingga melupakan posisi dan tanggung jawab nya sebagai Ceo perusahaan.
" Kemana saja kamu David." Ucap Pria tua yang sudah nampak uban nya, saat David baru saja menginjakkan kaki nya di ruang tamu.
" Ah, aku habis dari rumah Randy, Pah." Ucap nya spontan.
Dengan cepat ayah nya memanggil sahabat nya itu, Randy langsung berjalan dari ruang tengah ke ruang tamu. Seketika David langsung melotot melihat Randy yang ternyata berada di rumahnya.
" Ah, bro loe udah kesini, emm... sebenarnya tadi kerumah Joe Pah." Ucap David berkelit.
Papa nya langsung memberi kode agar Joe juga keluar dan berjalan ke ruang tamu. David langsung melongo mendapati sahabat-sahabat nya yang bersengkongkol dengan Papa nya.
" Kenapa kalian kesini, telepon dulu lah kalau mau main." Ucap David sedikit gagap.
Tawa Randy langsung meledak mengetahui wajah pucat sahabat nya itu yang sedikit berkeringat. Joe dan Randy langsung menghampiri David yang seakan seperti eksekutor yang siap di hakimi.
" Tadi kita kesini, loe nya ga ada kita semua nyariin, di kantor juga nggak ada mana handphone loe nggak aktif lagi." Ucap Randy yang langsung nerocos tak karuan.
" Ah, mana ya handphone gua." Ucap David yang langsung mencari ponsel nya di semua saku celana nya namun tidak menemukan nya.
Papa nya hanya menggeleng, mendapati kelakuan putra nya yang aneh belakangan ini, ia seakan seperti De Javu, karena Papa nya itu sangat mengenal pribadi anak semata wayang nya itu, kelakuan yang sama persis saat putra nya dulu masih duduk di bangku SMA. Pria yang terkenal dingin dan sedikit acuh itu tiba-tiba melunak dengan senyuman yang selalu mengembang.
" Apa mungkin lagi jatuh cinta ya." Gumam Papa nya dalam hati, Tapi Pria tua itu malah berkata demikian.
" Besuk kita pergi ke kolega Papa, Cucu nya seusia mu, mungkin kamu cocok dengan nya." Ucap nya yang langsung berlalu meninggalkan ruang tamu.
Ketiga anak muda itu langsung melongo mendengar perjodohan berkedok bisnis itu, bahkan Sang Anak David langsung mengkerutkan dahi nya seperti tak terima.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan dan saran yang membangun ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments