David kembali ke aktivitas harian nya, namun pria yang terkenal gila kerja itu masih membagi fokus nya dengan kejadian tempo hari. Perasaan nya masih saja mengganjal karena wanita yang dicari-cari nya itu masih tidak memberi kepastian kepada nya.
" Ahh, bukan kah aku seharus nya senang, Wanita itu tidak meminta pertanggung jawaban dariku." Namun David malah mengacak-acak rambut nya yang tertata rapi itu, Otak dalam fikiran nya masih saja di penuhi oleh wanita yang bernama Vani.
" Pak David, apa bapak tidak enak badan, bagaimana kalau periksa saja ke rumah sakit pak." Ucap seorang sekretaris nya yang ternyata sudah dari tadi berdiri di samping nya.
" Ahh, minta tolong ambilkan aku aspirin dan segelas air saja." Ucap David sambil menata lagi rambut nya yang sedikit acak-acakan. Pria itu sudah tidak bisa membagi fokus nya, ia terus terbayang-bayang wajah Vani.
" Apa aku kerumah nya lagi ya, meminta kepastian." David terus berbicara sendiri tak karuan. Sekretaris nya datang membawakan obat dan segelas air yang di minta nya.
" Tunda dulu rapat hari ini, Saya ada urusan ke luar." Ucap David kepada sekretaris nya sambil meminum obat itu.
" Tapi pak, kita sudah menunda nya kemarin, para vendor sudah menunggu rapat siang ini pak David." Ucap Sekertaris nya mencoba mencegah nya, namun David terus berjalan dan tak menggubris nya. Dari kejauhan Sang pemilik perusahaan Ayah David melihat anak nya dengan tingkah yang tak biasa, Pria tua itu menghampiri sekretaris nya dan bertanya.
" Kemana David..?" Sambil masih menatap Anak nya itu yang berjalan keluar dengan tergesa-gesa.
" Pak David bilang, ada urusan mendadak Bapak direktur, padahal semua Vendor sudah menunggu rapat siang ini."
Ayah nya hanya terdiam mengamati kelakuan aneh anak nya akhir-akhir ini, tidak biasanya ia mengabaikan urusan perusahaan untuk kepentingan pribadi nya.
David mengendarai mobil nya melaju ke arah utara rumah Vani, ia lalu berhenti di persimpangan membeli sebuah bouquet mawar putih untuk Vani dan sekotak besar coklat blok.
Ia lalu mengendarai lagi mobil dengan senyum mengembang menatap coklat dan mawar di kursi samping nya, sesampainya ia di rumah Vani ia langsung memakirkan mobil nya dan beranjak turun.
Aneh nya salah seorang sahabat nya yang bernama Joe juga turun dari mobilnya ia datang membawakan keranjang buah dan beberapa roti manis. Mereka berpapasan di pintu rumah Vani, Kedua nya terkejut dan saling bertegur sapa, Sedangkan tuan rumah nya baru saja pulang dari apotek membeli kasa dan obat merah, ia pun juga sama, langsung terheran mendapati dua orang laki-laki menunggu di depan rumah nya dengan masing-masing membawakan buah tangan untuk nya.
Vani menatap David dengan tatapan muram dan terkesan acuh kepada nya sedangkan Joe yang tepat di samping David ia langsung sapa dengan ramah.
" Oh tuan Joe, kamu datang lagi." Ucap Vani yang sudah mengetahui identitas nya dari kartu nama, Vani lalu melemparkan senyum pada Joe . David menatap tajam situasi itu karena merasa di anak tirikan.
Kedua nya di persilahkan masuk oleh Vani, walaupun ia berat mempersilahkan David masuk, Namun Vani masih menghargai nya dengan menyuguhkan teh manis hangat kepada kedua nya yang tampak diam saja.
" Nona ini aku bawakan keranjang buah dan roti manis."
Ucap Joe menyodorkan kepada Vani, Wanita itu menerima nya dan berterima kasih. Sedangkan David tak mau kalah ia juga memberikan Bouquet bunga mawar putih dan sekotak coklat blok.
" Luka nya belum terlalu kering, ia belum bisa memakan coklat itu." Ucap Joe berkata kepada David saat ia memberikan kepada Vani.
" Luka apa..?" Ucap David terheran.
" Ah, kemarin aku kurang hati-hati jadi terserempet mobil."
Vani menjelaskan.
" Aku juga minta maaf karena kurang fokus menyetir hingga melukai mu nona." Ucap Joe yang masih belum mengenal nama Vani.
" Apa..? jadi kau menabrak Vani..?" Ucap David yang terkejut menatap mata Joe dengan bulat.
David beranjak seperti tak terima meski pelaku itu adalah sahabat nya sendiri.
" Aku tidak apa-apa lagian tuan Joe tidak sengaja, aku juga yang jalan tidak hati-hati." Vani mencegah David beradu dengan Joe.
" Kalian berdua saling kenal..?" Tanya Vani kepada dua orang pria di depan nya. Joe tersenyum dan menjawab.
" Kami sahabatan dari kecil, Aku David dan satu orang lagi bernama Randy, Ayah kami berbisnis bersama jadi keluarga kami saling mengenal."
Pantas saja kedua kartu nama mereka berlogo sama. Gumam Vani dalam hati nya.
" Kebetulan sekali ya, memang dunia hanya seluas daun kelor." Ucap Vani menjawab.
" Kalau kalian berdua bisa kenal dari mana..?" Tanya Joe yang spontan membuat David dan Vani gagap.
" Ah..di..." Kedua nya menjawab bersamaan terbata-bata. Joe mengkerutkan alisnya keheranan.
" Ahhh di pabrik.. Waktu itu aku ada kunjungan di Pabrik Textile pinggir kota." Vani langsung mengiyakan ucapan David yang spontan.
" Di pabrik..?" Tanya Joe bingung.
" Ah iya, aku karyawan di pabrik textile milik keluarga kalian." Vani mengimbuhkan meyakinkan Joe.
" Oya, Kenapa bisa kebetulan seperti ini ya." Joe seperti keheranan. Mendengar ucapan Joe yang tak menaruh kecurigaan itu baik David maupun Vani bernafas lega, Vani menatap Tajam mata David yang juga memandangi nya. Mereka tak mungkin jujur bahwa mereka bertemu dalam Club malam dan tidur bersama.
Saat kedua nya sudah pulang dan sang pemilik rumah sudah menutup pintu nya, David menepuk pundak Joe saat Joe hendak menaiki mobil nya.
" Bro, Jangan datang kesini lagi, Vani itu sudah menikah lebih baik berjaga jarak agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan." Ucap David berkata pelan di telinga Joe. Pria itu terkejut saat David berkata demikian, ia seakan seperti tak percaya.
" Bagaimana dengan mu..?" Ucap Joe balik berkata.
" Ah iya aku juga sama, aku hanya datang sebagai permintaan maaf mewakili perusahaan karena kemarin ia di pecat secara sepihak dari pabrik." Joe terkejut mendengar ucapan David, ia hanya terdiam dan tak berbicara memandangi rumah Vani yang masih di depan nya.
Akhirnya Mereka pulang menaiki kendaraan nya masing-masing, Joe yang terkenal super sibuk itu langsung berangkat ke luar kota untuk menghadiri rapat direksi tahunan sedangkan David, ia kembali ke Apartement nya dan tak kembali ke perusahaan nya.
Dalam perjalanan pulang nya David terus kepikiran akan hal tadi, Bagaimana bisa ada kebetulan yang seperti ini.
David terus berfikir bagaimana caranya agar Joe tidak menemui Vani lagi, apalagi sampai tahu bahwa Vani adalah wanita dalam Club malam kala itu, pemberian Mr.Lim sebagai hadiah untuk nya.
David memejamkan mata nya sejenak seakan seperti sulit berfikir. Ponsel nya berdering tertera nomor asing yang tak tersimpan di ponsel nya.
" Iya Halo selamat siang." ucap David menjawab, Pria itu langsung menghentikan laju mobil nya ke pinggir jalan saat sang penelpon itu menjawab salam dari David, dengan cepat ia berputar arah menuju ke arah bandara Soetta dengan menaikkan laju kecepatan mobil nya.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan yang membangun ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments