Flashback kejadian sebelum nya
Tim Debtcollector mendatangi kediaman Vani pagi itu, ia hendak bergegas berangkat kerja, namun kedatangan 2 orang berbadan tinggi besar menghalangi aktivitas rutinitas nya. Salah seorang nya menyodorkan selembar perjanjian hutang yang di tanda tangani mantan suami nya yang bernama Doni. Bahkan kini suami nya itu telah pergi entah kemana seperti di telan bumi setelah Vani memergoki nya berselingkuh di sebuah hotel beberapa minggu yang lalu.
Sudah pergi entah kemana masih juga meninggalkan setumpuk hutang kepada mantan istri nya. Vani langung lemas memandangi deretan urutan nominal angka nol yang begitu banyak.
" Nyonya Vani, tolong segera di lunasi dalam tenggat waktu satu minggu, atau rumah ini sebagai jaminan nya."
Rumah hasil kerja keras nya selama ini ia bangun dengan jerih payah sebagai buruh pabrik harus rela di sita bank, ia seperti tidak yakin bisa melunasi hutang yang menggunung itu. Air mata terus mengalir di pipi nya, beberapa kali ia mencoba meminjam uang ke beberapa sanak saudara dan rekan kerja nya namun yang di dapat hanya hinaan dan caci maki.
" Memang nya kamu bisa mengembalikan uang nya nanti, sudah biarkan saja bank menyita rumah mu dari pada kamu dikejar-kejar hutang." Celetuk salah seorang yang di hubungi Vani.
Disaat kebingungan nya yang memuncak seseorang menghubungi nya dan berjanji melunasi hutang nya.
*Datang ke Bar Ane**lise di pusat jakarta lantai atas nomor 411*.
Konsekuensi itu telah di pikirkan nya matang-matang, Vani terpaksa menjual kehormatan nya demi bisa melunasi hutang-hutang nya. Malam itu sesuai intruksi dari informan.
Ia mendatangi Club malam itu dengan nomor kamar yang di berikan bahkan disana tersedia baju untuk nya berganti, sebuah gaun malam hitam yang sangat sexy.
Entah apa yang ada di benak Vani ia memberanikan diri malam itu dengan pasrah, lalu seseorang yang datang seolah malaikat yang turun dari langit membebaskan nya dengan cuma-cuma malam itu namun tak berselang lama ia kembali lagi dan melampiaskan hasrat nya.
Dasar manusia plin-plan gerutu vani dalam hati, Vani memandangi pria yang tidur disamping nya itu meski begitu tampan bak seorang pangeran tapi pria itu hanya lah pria hidung belang yang ingin di puaskan hasratnya bagi Vani.
Tepat pukul 05.00 dini hari Vani memakai kembali baju nya dan berkemas meninggalkan pria itu sendirian di kamar, ia membawa amplop coklat berisi ceck senilai jumlah hutang yang sudah di janjikan. Ia menaiki taksi pagi itu dan kembali ke rumah nya yang berjarak lumayan jauh.
Sesampai nya di rumah Ia membakar Gaun malam hitam itu dengan sengit, di lihat nya dirinya dalam pantulan cermin bekas ciuman begitu banyak di sekitar dada dan leher nya. Ia merasa dirinya begitu hina telah menjual diri nya.
Ia membasahi badan nya dan terus mengguyurkan air ke tubuh nya dengan perasaan yang bercampur aduk.
Hampir tiga hari setelah kejadian itu Vani tidak bekerja ia masih berbaring di kasur nya dengan melamun menatap langit-langit kamar nya.
Dan di sebrang sana Seseorang juga merasakah hal yang demikian, ia terus melamun hanya terus menerus membolak-balik kertas tender nya, Pria yang dikenal fokus bekerja itu terlihat aneh belakangan ini.
Kala itu ia terbangun dengan keadaan tanpa busana hanya tertutup selimut tanpa seorang pun disamping nya, yang ia ingat malam itu ia seperti melihat Sasa, mantan kekasih nya yang telah lama meninggalkan nya pergi ke luar negeri, namun setelah ia ingat-ingat kembali ternyata ia meniduri wanita lain malam itu, ia menyayangkan kenapa ia bisa begitu mabuk semalam dan bisa ceroboh meniduri seorang Wanita.
Bahkan keberadaan wanita itu tidak ia ketahui, David dibuat stres karena memikirkan wanita itu, dimana ia sekarang. David terus memikirkan keadaan wanita itu bahkan ia menyewa orang untuk mencari keberadaan nya namun hasil nya masih nihil. Ia sama sekali tak bisa menemukan nya.
" Pak David." Seseorang melambaikan tangan dan seketika membuyarkan lamunan nya.
David memandang sekretaris nya yang telah menyodorkan berkas-berkas untuk ia tanda tangani.
" Ah, hari ini seperti nya aku pulang cepat tolong rapat di tunda dulu." Ucap David yang langsung menyambar Jaz dan tas kantor nya. Sekretaris itu lalu mengangguk dan sedikit kebingungan oleh perubahan sikap ceo itu. Dalam perjalanan pulang nya ia berpapasan dengan Joe di lobby kantor
" Bro, kemana saja." Ucap Joe yang langsung menghampiri David, kebetulan Joe sedang ada kunjungan di kantor itu.
" Apa..?" Ucap David kikuk kebingungan menjawab.
" Tempo hari saat kita di club malam, kamu tiba-tiba menghilang begitu aja, akhirnya aku pulang karena Randy sangat mabuk semalam."
"Ahh, aku di jemput asisten ku malam itu, aku juga mabuk berat soalnya." Ucap David sedikit terbata.
Joe hanya tersenyum dan berkata Syukurlah lalu berpamitan karena masih ada kunjungan di kantor itu.
Joe memejamkan mata nya sedikit kuat dan menghela nafas panjang saat sahabat nya itu tidak menaruh kecurigaan apapun padanya. David masih terus menghubungi informan sewaan nya namun masih sama jawaban nihil yang ia terima.
Dalam apartement nya ia terus memikirkan peristiwa malam itu nomor kunci yang di bawa Joe sama persis dengan kamar yang ia datangi malam itu. " Ahh, benar." David baru menyadari nya.
Dalam hati nya ia berkata Gila loe David, Joe menolak hadiah wanita itu loe malah yang dantang nidurin.
Tak berselang lama ada telpon masuk dari informan sewaan nya yang telah menemukan keberadaan orang yang di cari nya. David langsung menyambar hodie dan kunci mobil nya ia langsung melaju menuju cafe tempat janji temu bersama informan sewaan nya.
" Nama nya Vani Natali, usia 25 tahun bekerja di pabrik textile pinggir kota Jakarta, status nya seorang Janda."
Informan itu memberikan kertas data diri Vani beserta Foto nya. David menganga setelah melihat wajah dalam foto itu, wajah yang sama persis dalam ingatan nya semalam.
" Kabarnya suami nya meninggalkan hutang yang banyak dengan agunan Rumah mereka." Informan itu mengimbuhkan lagi tentang Vani. David melamunkan mata nya sejenak dengan sedikit berfikir.
" Uang nya sudah aku transfer ke rekeningmu, terima kasih atas informasi nya." Informan sewaan itu mengangguk memberi hormat. David langsung meninggalkan Cafe itu dan menancapkan lagi Gas nya ke alamat yang tertera di kertas itu. Sebelum sampai di depan rumah Vani, Pria itu tiba-tiba kebingungan.
" Apa yang harus aku katakan pada nya, meminta maaf lalu memberi uang atau aku harus menikahi nya, Gila-gila gua." Sambil mengacak-acak rambut.
David terus menggerutu cemas tak karuan dalam perjalanan itu. Sesampainya ia disana, ia melihat Vani keluar dari rumah nya dan pergi menaiki sebuah angkutan umum. David langsung mengikuti nya dari belakang hingga Vani turun di sebuah tempat yang membuat David terkejut.
Terimakasih atas dukungan nya, menerima kritikan yang membangun ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments